webnovel

Part 38

  Sebuah getaran kuat terjadi. Dengan cepat aku berdiri begitu mata terbuka, bergegas keluar dari dalam ruangan melalui lubang yang tercipta akibat benturan sebelumnya. Di samping, tampak golem milik Celine yang sepertinya terjebak dalam sebuah kurungan kaca ungu berbentuk sebuah belah ketupat.

  Aku datang mendekat, meraba kaca yang tiba-tiba mengeluarkan gelombang energi besar, mendorongku cukup jauh ke belakang. Golem tersebut melihat ke arahku, berkata "Takkan ada yang dapat membuka ini, segeralah bantu mereka. Tanpa bantuanmu, mereka akan binasa"

  Sesudah mengangguk, aku melompat ke atas dinding, memerhatikan sebuah pilar cahaya yang kembali terbentuk di bawah, menjulang tinggi hingga menembus awan, memancarkan energi gelap yang membuat seluruh bulu kuduk berdiri dan menghadirkan awan badai di atas dengan petir ungu terus menyambar, menciptakan suara-suara gemuruh keras, seolah memberitahu kalau 'Kehancuran Telah tiba'.

  Tiba-tiba dari tangan kanan, terbentuk sebuah mana spiral berwarna hijau mengelilingi lenganku tersebut dalam gerakan pelan dan lembut. Di dalamnya, terdapat partikel-partikel cahaya kecil, bergerak perlahan mengikuti alur mana.

  Hanya mengikuti insting, aku melompat ke sana, tiba tepat di depan mereka yang sudah terlihat tak lagi mampu menyerang. Mata mereka melebar begitu melihatku dengan Celine menyahut memanggil "Zent! Syukurlah kau baik-baik saja!" Di sela-sela suara berisik yang ditimbulkan oleh angin kencang dengan pilar tersebut sebagai pusatnya.

  "Ahh, aku dapat bernapas lega sekarang. Luna akan sangat sedih jika mendengar kau tiada" Ucap Mr. Anderson sembari menepuk pundakku.

  "Kau benar-benar sesuatu Zent. Bagaimana bisa kau selamat dari serangan itu?" Seru Rayven bangga sesudah menghembuskan napas panjang, lega dapat kembali melihatku masih hidup.

  Rio bertepuk tangan dengan sebuah seringai lebar menghias wajah "Aku salut padamu. Tak kusangka kau masih dapat bertahan sesudah tadi"

  Aku tersenyum mendengarnya, kembali memerhatikan pilar di depan.

  "Dia menjadi seperti itu sesudah menghantammu. Kami juga tak mengerti kenapa, tetapi tampaknya ini adalah bagian terakhir dari pertarungan. Hidup dan mati ditentukan dari sekarang" Jelas Mr. Anderson dengan listrik sudah memancar dari tubuhnya, kali ini terlihat jauh lebih besar dan banyak dengan suara yang cukup membuatku merinding.

  Hidup dan mati ya.. Entah mengapa, aku merasa tak seperti itu. Memang benar kami akan mati jika kalah di pertarungan ini, tetapi, aku merasa ada sesuatu yang lain, sesuatu yang kurasakan semenjak mana hijau ini menampakkan diri.

  "Aku punya permintaan pada kalian semua" Kataku menarik perhatian mereka "Aku tahu ini mungkin akan terdengar sedikit gila.. Oke, ini memang gila, tapi tolong percayalah padaku. Aku merasa ini tak hanya akan menyelesaikan pertarungan, tetapi juga memberikan kita sesuatu yang baru"

  Mereka saling berpandangan, lalu menunggu jawaban Mr. Anderson yang akhirnya mengangguk.

  Aku mulai menjelaskan pada mereka apa yang sudah kurasakan semenjak aku membuka mata di istana. Awalnya, mereka terlihat skeptis dan berpikir aku mungkin sudah stres karena terus menerima benturan di kepala. Tetapi, semakin lama, raut wajah mereka berubah netral, tak menerima sekaligus tak menolak, kecuali Sang komandan tentunya yang menolak ideku mentah-mentah sembari mengatakan aku sudah gila dan lebih baik mereka segera menghentikan apapun yang sedang dilakukan oleh perempuan tersebut.

  Namun, Mr. Anderson menggeleng, mengatakan "Mari kita percaya pada Zent, lagipula sampai sekarang, Zent selalu melakukan segala sesuatunya untuk kita. Anggap saja ini sebagai cara kita membayar perbuatannya itu"

  Rayven menggeleng tak terima. Kepalanya terangkat, menampilkan senyum lebar penuh semangat "Mohon maaf Mr. Anderson, tapi kali ini aku harus menolaknya. Aku tentu akan mempercayai Zent apapun yang terjadi!" Serunya sembari menepuk dada.

  Rio mengangguk setuju "Itu benar. Meski kami baru saja bertemu dengannya, tapi apa yang kami miliki sudah jauh lebih kuat dibanding ikatan pertemanan, kami adalah saudara seperjuangan! Jadi kami pasti percaya padanya!"

  "Aku.. Tanpa perlu ditanya, aku pasti percaya pada Zent, terlebih.. " Tanpa perlu melanjutkan kata-katanya itu, kami semua sudah mengerti apa yang dia maksud dari wajah Celine yang memerah dengan senyum lembut. Sepasang mata hijau itu menatapku penuh perasaan, membuatku merasa hangat di dalam dada sekaligus malu karena harus menerima tatapan penuh arti yang lain.

  Sang komandan yang kalah, tak dapat melakukan apapun selain merasa kesal dan menahan emosinya yang bergejolak. Dia terus melihat ke arahku sampai sebuah hempasan energi kuat keluar dari arah pilar.

Kami kembali fokus ke sana, saling berpandangan dan mengangguk untuk menjalankan rencana. Mungkin kami dapat dianggap bodoh karena melakukan sesuatu seperti ini, tetapi berkat kepercayaan mereka, aku yakin kami justru akan disebut sebagai jenius.

  Begitu pilar tersebut menghilang, memperlihatkan sosok perempuan yang kini menatap tajam diriku, mereka berempat maju menerjang. Sesuai permintaan, mereka tak berniat untuk melukainya, hanya menahannya untuk sementara. Rayven menembakkan empat anak panah yang kemudian mengikat kedua lengan dia ke samping. Dilanjutkan lima buah pedang mana masuk menancap jalan, mengelilinginya dan membentuk sebuah kurungan mana berwarna keemasan. Tak sampai sedetik kemudian, Rio menggunakan palunya untuk menghantam sisi atas kurungan, memaksanya untuk jatuh berlutut di atas tanah yang lalu disengat oleh listrik berdaya tinggi oleh Mr. Anderson.

  Setelah menerima serangan beruntun itu, aku yakin kini dia merasa pusing dengan tubuh terasa lemah, keadaan yang cocok bagiku untuk mencoba ini.

  Aku berjalan mendekat, berusaha untuk tak memedulikan tatapan tajamnya yang masih mengarah padaku dan meletakkan telapak tangan pada kepalanya "Sadarlah" Mana hijau kukerahkan mengisi kepalanya itu, membuat pilar cahaya kembali muncul, kali ini dengan kekuatan lebih besar hingga membuatku merasa seperti terbakar hidup-hidup. Namun, aku harus bertahan karena aku yakin, aku dapat menyelamatkannya!

  Lebih banyak lagi mana hijau kukeluarkan, berusaha sekuat tenaga untuk tak kehilangan kesadaran oleh rssa sakit. Perlahan-lahan, pilar cahaya itu meredup dan meredup bersamaan dengan jeritannya yang akhirnya berhenti. Pilar cahaya menghilang, sinar mentari mulai masuk melalui sela-sela awan, memberi kami terang dan kehangatan.

  Di depanku, kini tampak seorang perempuan cantik berambut pirang panjang dengan sepasang mata tajam yang kini terlihat sayu. Sinar mentari di atas, memberi kontras pada warna mata biru lautnya. Tangan dia terangkat, meraih diriku, mengucapkan "Kau telah kembali.. " Dengan sebuah senyum hangat sebelum jatuh pingsan. Untung saja aku cepat bertindak dan menangkap tubuhnya, kalau tidak wajah cantiknya itu akan jatuh mencium jalan.

  "Aku kembali?" Tanyaku bingung.

  Tiba-tiba dari arah belakang, sebuah pedang masuk menusuk. Dapat kulihat dengan jelas bilah pedang keluar dari dalam dada berhias cairan merah kental yang kini jatuh menetes mengenai wajah perempuan tersebut. Di belakang, tampak Loid yang sedang tersenyum gembira. Tawa kepuasan kini keluar dari dalam mulutnya "Dia adalah musuh, dia adalah mata-mata! Dia harus dibunuh!"