webnovel

Game Offline World ( Indonesia )

(Cerita sudah dihentikan, Author pindah) Ayu Octaviani Ningsih Putri Nartono Ningratmojo Hayunda Astari, adalah pemain game offline. Dia hanya menghabiskan waktu bermain game Virtual Reality (VR) offline yang rilis di tahun 2050. Dia tidak bisa bangun dari tempat tidur rumah sakit, tubuhnya sangat kurus bahkan makan dan minum harus menggunakan alat bantu berupa selang Nasogastrik melalui hidungnya, dan infus tak pernah berhenti menopang kehidupannya, dia sudah seperti itu sejak berumur 10 tahun. Dia hanya bisa terbaring lemah saat bermain game offline, dunianya hanya dalam game sampai waktu mengikisnya hingga akhir hayatnya. Di dalam game, dia adalah seorang Apoteker sekaligus penyihir dengan Class Necromancer level 100 (level limit) dia begitu kuat dalam game offline yang dia mainkan bahkan Red Dragon, bisa tumbang melawannya. Tapi, game offline tetap game offline, semua penghuni di game hanya mengucapkan dialog yang sama berulang-ulang tapi kali ini berbeda ketika dia bereinkarnasi di game offline yang di kenal sebagai (G.O.W).

Yayang_ · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
147 Chs

Rencana Gadis Muda Yang Jenius

"Hiro, temani aku tidur, jangan pergi."

Ayu berharap Hiro tetap dekat dengannya karena suatu alasan dia sangat ingin Hiro tinggal di kamarnya untuk tidur dengannya. Tentu saja Hiro tidak menolaknya, mereka tidur bersama seperti sebelumnya, itu sangat membuatnya sangat bahagia, meskipun tidak benar-benar dibenarkan bagi seorang lelaki dan seorang perempuan untuk berada di kamar yang sama. Tidur di ranjang yang sama berbalut seprai putih memang mendebarkan jika Hiro tidak berpikir jernih siapa Ayu sebenarnya, Hiro pasti sudah lepas kendali sekarang. Hiro menghela nafas memikirkan sesuatu yang buruk. Mereka saling berpandangan terjebak dalam pikiran masing-masing, saling mengagumi dan ada rasa khawatir dari salah satu dari mereka. "Aku masih takut setiap kali memikirkannya." Ayu yang merasa bisa mengatasi semua musuhnya, kini sadar bahwa ada titik lemah dalam dirinya, sekali kelemahan ada di hatinya, ia hampir kehilangan sesuatu yang dianggapnya sangat berharga.

"Jangan pikirkan masa lalu, aku baik-baik saja, kamu lihat aku dalam keadaan sehat, jangan pikirkan apa yang membuatmu sedih." Hiro membelai rambut Ayu, rambut yang terurai terlihat sangat indah dan lembut saat disentuh, wajah polos tanpa rona merah menunjukkan bahwa Ayu tidak pemalu sama sekali, Hiro sangat sadar bahwa Ayu masih anak-anak. Peran Hiro sebagai kakak bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan Hiro, ia menyentuh pipinya dan tersenyum menenangkan Ayu. "Kamu harus lebih kuat untuk tumbuh dengan cepat." Hiro hanya bisa berperana sebagai kakak laki-laki karena hanya itu yang bisa dia lakukan. Hiro menyentuh pipi dan tersenyum untuk menenangkan Ayu.

"Hiro, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?"

"Boleh, apa yang ingin kamu tanyakan?"

"Kamu tidak akan meninggalkanku kan?"

"Tidak, mengapa bertanya begitu?"

"Tiba-tiba aku berpikir nanti kamu akan meninggalkanku karena kamu akan menikah."

"Hahaha, apakah kamu lupa bahwa kita berjanji untuk tetap bersama bahkan jika aku ini menikah, aku pastinya akan menikah denganmu, aduh ..."

"Dengan aku?"

Pipi Hiro memerah karena malu ketika dia mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dia katakan meskipun Ayu mungkin tidak begitu mengerti tetapi itu sangat memalukan. Ayu menjadi penasaran dan semakin dekat, Ayu memahami arti pernikahan ketika seseorang berkumpul dan membuat keluarga bersama seperti kisah ibunya. Hiro mengalihkan pembicaraan ke masalah pergerakan Kerajaan Holy. Ayu hanya bisa menatap Hiro yang terlihat serius saat berbicara, Hiro menjadi sangat gugup saat melihat mata Ayu yang begitu serius menatapnya, Hiro merasa telah melakukan sesuatu yang sangat salah saat tiba-tiba dia mengubah alur pembicaraan.

"K-kenapa kamu menatapku seperti itu Ayu, kenapa kamu mengerutkan kening?"

"Kamu menyebalkan, kamu membicarakan hal lain saat aku senang."

"Senang?"

"Aku padahal tadi senang kalau kamu menikah denganku, sialnya tiba-tiba bicara tentang Kerajaan Holy. Aku tahu kejadian ini sangat penting tapi kita sedang bicara hal yang lebih penting, eh malah ganti."

Hiro merasa sangat malu jika harus terus membicarakan masalah pernikahan, terutama saat berbicara dengan orang yang dicintainya. Sayangnya, ia masih belum mengerti masalah cinta yang langsung sampai ke tahap menikah dan lebih parah lagi membicarakan nama anak.

"K-kita harus tidur, pertanyaan tentang nama anak itu terlalu awa-."

"Aku memikirkan nama anak-anak kita."

"Anak-anak kita," gumam Hiro, semakin merona.

"Aku ingin punya sepuluh anak."

"Se-sepuluh!"

Hiro menjelaskan bahwa memiliki anak tidak harus sebanyak itu. Satu sudah lebih dari cukup, karena kebanyakan orang memiliki paling banyak empat anak itupun hanya bangsawan yang diberikan banyak, sedangkan orang biasanya hanya memiliki satu. Ayu pikir itu sangat aneh, seolah-olah seseorang mengendalikannya meskipun sesuatu seperti anak kecil dapat memilih berapa banyak. Hiro hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya karena masalah melahirkan seorang anak ke dunia ini seperti sebuah hadiah. Misalnya, seorang anak lahir ke dunia berkat Dewi Nira.

"Dewi Nira? Siapa dia?"

"Dewi Nira adalah dewi yang dikatakan bertugas sebagai dewi perjodohan, kelahiran dan dewi ikatan pernikahan dan dialah yang menurunkan cincin Silvermoon, siapa pun yang selingkuh dengan sengaja akan mati seketika."

Nama asing bagi Ayu, jelas tidak ada nama Dewi Nira di game yang dimainkannya, apalagi ini sangat berbeda dengan Bumi. Ketika seseorang menikah jika salah satu pasangannya berselingkuh maka dia akan mati. Keputusan untuk menikah di dunia ini sangat berat jika tidak serius seperti membunuh diri sendiri itulah sebabnya banyak laki-laki memilih akad nikah tanpa cincin Silvermoon, namun banyak wanita yang sangat menolak. Hiro menjelaskan tanpa ragu-ragu dan yakin Ayu akan ketakutan karena hal ini namun yang dilihat Hiro justru sebaliknya Ayu malah semakin heboh.

"Ayo menikah! Aku tenang maka kamu tidak akan menikah lagi!"

"Hah?"

"Dulu aku punya guru waktu masih sekolah. Dia ngobrol dengan guru lain kalau suaminya mau menikah lagi, untunya di sini tidak boleh punya istri lebih dari satu."

Hiro hanya bisa tercengang ketika dipeluk, mereka belum menyatakan cinta satu sama lain, tidak pernah pacaran. Bisakah mereka segera menikah dan haruskah Hiro menjadi egois dan memanfaatkan ketidaktahuan Ayu tentang cinta? Ayu terlihat sangat antusias menunggu jawaban Hiro. Hiro merasa bahwa apa yang dia lakukan salah, dia membuat keputusan sepihak. "Oke kalau kamu mau kita akan menikah bulan depan."

"Kenapa begitu lama, bagaimana kalau besok?"

"Aah, kamu ingin menikah besok?"

"Ya, aku mau besok!"

Pikiran Hiro memang sangat senang tapi ada sedikit rasa bersalah karena Ayu sendiri masih sangat polos mungkin Hiro harus meminta bantuan Mokul untuk meyakinkan keputusan Ayu untuk menikah, Ayu sangat sulit ditebak karena cara berpikirnya kadang berubah-ubah, menginginkan apapun yang dia suka.

"Ayu, ayo tidur dulu, kita akan melanjutkan urusan pernikahan besok, tidak baik jika kamu begadang."

"Keren sekali, kita besok akan menikah."

Hiro masih ingat betul Ayu belum siap seperti saat itu tapi entah kenapa gadis muda lugu ini begitu bersemangat? Mungkinkah semua terjadi karena kejadian Ratu Goblin mengubah semua yang dia pikirkan sebelumnya, Hiro melihat Ayu memejamkan matanya dengan paksa. Ayu sangat senang dengan cara ini dia akan terus bersama Hiro, Hiro pasti tidak akan meninggalkannya karena menikah. Ayu sangat sadar kalau Hiro lebih tua darinya dia tidak peduli jika dia masih muda.

"Ahh! Tidak bisa tidur!

"Kamu jangan memaksa begitu, kamu harus bersikap biasa cobalah tenang, Ayu.

"Aku coba..."

Hiro mencoba menenangkan Ayu yang panik dan sulit tidur, sehingga Hiro harus menyanyikan lagu pengantar tidur yang dia pelajari liriknya dari Ayu. Ayu justru tertawa karena suara sumbang, Hiro yang tidak bisa bernyanyi malah jadi bahan tertawaan. Beberapa menit berlalu, Ayu membuka matanya, dia masih belum bisa tidur, ketika dia berbalik untuk melihat Hiro tertidur lelap, matanya tidak bisa berhenti menatap wajah Hiro. Ayu yang belum bisa tidur berinisiatif mendekati dan membimbing lengan Hiro sebagai bantal. Dia hanya melamun tanpa memejamkan mata. Dia memikirkan nama putranya, padahal anak yang dia pikirkan belum lahir dan bahkan menikah hanyalah sebuah rencana yang belum terlaksana. "Namanya harus dari nama kita berdua, namamu dan namaku... Hirayu... Gordan...

(Update: Senin, 14 Februari 2022)

Jangan bosan dengan alur lambat ini ya, kawan! Mulai dari sinilah akan mulai alur serius!