webnovel

Rencanaku Terhadap Pak Jatmiko

"Kamu suka aku?? Ahh.. Kenapa hidupku seperti ini.. Andai aku tidak menerima pernyataan cinta Junaedi yang berkali- kali menyatakan cinta karena rasa kasihan, mungkin kita sudah berhubungan, dan aku tidak perlu menikah terpaksa dengan papamu" ujarku dengan sedih yang tanpa terasa airmataku menetes di kedua pipiku mendengar pengakuan Kevin dan penyesalan aku yang memutuskan berpacaran dengan Junaedi.

"Iya.. Makanya karena aku selalu menolak saat manajerku menyarankan agar kamu menjadi salah satu pemenang 'meet n' greet' denganku saat ada acara di Medan karena aku tidak mau menjadi perusak hubungan cinta orang. Walau dia pun tahu aku belum bisa menyingkirkan perasaanku padamu, karena aku masi 'stalking' ke akunmu menggunakan akun manajerku. Dan aku makin sedih dan kecewa karena mendengar kabar papaku menikah denganmu padahal kamu saat itu masih berpacaran dengan Junaedi. Aku kecewa terutama pada diriku karena sok ideal tidak mau mengejar dan memperjuangkan rasa sukaku kepadamu, yang mungkin kalau aku nekad mengejarmu kamu yang menikah denganku bukan papa" ujarnya dengan mata berkaca- kaca namun berusaha untuk tidak menangis.

"Maafkan aku.. Maafkan aku.. Andai aku tahu.. Aku yang juga suka kepadamu pasti ga akan diam saja saat bertemu denganmu walau sebentar waktu itu. Andai aku memanfaatkan momen itu ini semua ga akan terjadi.. Ini semua salahku!! Aku wanita bodoh!!" ujarku menyalahkan diriku sembari memeluknya erat.

"Sebenarnya aku tidak ingin datang selumbari malam itu, aku marah dan kesal kepada papaku karena berhasil mendapatkanmu. Tapi aku akhirnya sadar, bahwa papaku tidak salah sedikitpun karena dia tidak bisa membaca perasaan tersembunyiku padamu sejak lama, dan kemarahanku itu sangat tidak dewasa. Akhirnya selumbari siang itu aku membeli tiket, tapi sialnya aku tidak bisa bertemu papaku, karena dia sudah keburu masuk rs, dan aku sangat menyesali itu, makanya aku mulai mabuk- mabukan karena sedih tidak bisa bertemu papa yang sekarang sudah telat karena papa tergeletak tidak sadar di ICU" ujarnya berbicara makin pelan karena sepertinya masih menahan tangisnya.

"Aku yakin pak Jatmiko orang yang kuat sayang.. Dia pasti kembali sadar.." ujarku menenangkannya.

"Kalau kamu yakin sadar kenapa kamu malah ke kamarku dan mengajakku berhubungan intim? Sebegitu terpaksanya kah kamu menikah dengannya? Tapi kalau kamu terpaksa mengapa kamu menangis saat di rs? Apakah itu hanya berpura- pura?" tanya Kevin sembari membiarkan aku tetap memeluknya erat.

"Aku tidak berpura- pura menangis.. Aku memang sedih dengan kondisi papamu. Aku memutuskan berhubungan intim dengamu karena aku sudah memutuskan meminta cerai dengan papamu saat beliau bisa pulih dan kembali ke rumah, karena aku merasa sangat bersalah berselingkuh denganmu dibelakangnya walau dalam keadaan mabuk, dan aku ingin mengetahui apakah aku menyesal atau tidak bila berhubungan intim denganmu tanpa pengaruh alkohol, karena aku tidak tahu apakah aku hanya kagum padamu atau aku benar- benar ada perasaan kepadamu, karena sejujurnya jauh di dalam lubuk hatiku aku ga mau berbohong kalau aku bahagia keperawananku kamu yang ambil bukan papamu, setidaknya aku memberikan sesuatu yang paling berharga kepada orang yang selalu aku kagumi." ujarku yang akhirnya mengungkapkan semua perasaan dan pikirkan terdalamku kepada Kevin.

"Jadi? Setelah kamu melakukan lagi bersamaku, apa yang kamu rasakan? Menyesal atau tidak?" ujarnya menanyakan perasaanku sekarang.

"Tidak.. Aku tidak menyesal. Aku menangis bukan karena menyesal, aku menangis karena aku sedih menyakitimu orang yang rupanya menyukaiku juga. Awalnya aku meniatkan diri setelah aku mengungkapkan semua perselingkuhan aku denganmu dan meminta cerai dari papamu, aku akan pergi menghilang dari kota ini dan mencari kehidupan ditempat lain setelah urusan perceraian selesai.. Tapi aku menjadi bingung dan galau apa yang harus ku lakukan setelah aku melakukan hubungan intim yang kedua kali denganmu dan malah merasa lega apalagi ditambah kamu menyatakan perasaanmu kepadaku.. Aku bingung Vin.. Aku bingung apa yang harus aku lakukan.." ujarku berterus terang kepadanya mengenai rencana awalku dan kebingunganku sekarang.

"Kamu mau bercerai dan pergi menghilang dari papaku.. Jangan.. Jangan menghilang.. Menikah saja denganku setelah bercerai dari papaku.. Aku mencintaimu.." ujarnya melarangku pergi sembari melonggarkan pelukannya untuk bertatapan denganku.

Aku melihat kesungguhan dari omongannya yang terlihat dari raut mukanya yang penuh keyakinan, namun aku berkata "Tapi.. Aku saja tidak setia dengan papamu.. Aku malah berselingkuh dengan kamu, anak tiriku sendiri. Ini malah yang kedua kalinya aku mengajakmu berhubungan intim.. Aku wanita murahan dan nakal.. Aku ga pantas untukmu Viin.."

"Aku ga peduli.. Kamu menikah dengan papa karena terpaksa oleh keadaan.. Kamu ga murahan.. Aku sadar aku bukan sekedar suka.. Tapi aku cinta.. Aku mau kamu goda karena sejujurnya niatku memang ingin merebutmu dari papaku.. Aku memberimu alkohol karena aku berharap aku bisa menodaimu dengan paksaan dalam keadaan tidak sadar, walau ternyata kita melakukan itu tanpa paksaan.. Dan aku tidak mau kenikmatan itu hilang dariku. Walau aku sudah berhubungan intim dengan berbagai wanita sebelum aku mulai menyukaimu, tapi sejak aku menyukaimu aku berhenti melakukannya.. Kalau kamu ga percaya tanya saja sama Grace, manajerku.. Dan masalah kamu mau mengakui perbuatan itu ke papa setelah sembuh, biarkan aku menemanimu, itu bukan hanya kesalahanmu, itu kesalahan kita berdua, dan andai papa juga tidak mau mengakui aku sebagai anak setelah pengakuan itu, selama kamu bersamaku bagiku itu tidak masalah." ujarnya sembari memelukku lagi dengan erat.

"Aku mau menjadi istrimu, walau kamu jatuh miskin.. Karena kamu adalah laki- laki yang selalu hadir dalam mimpiku dan aku benar-benar suka selama ini" ujarku pada Kevin

"Ya.. Kita harus menikah.. Aku ga mau kehilanganmu" ujarnya kepadaku.

Setelah itu kami diam dalam pelukan, ada rasa lega dan bahagia di hati kami berdua menyadari kami saling mencintai sama satu lain. Apalagi akhirnya kami sepakat untuk menikah setelah aku bercerai dari papanya Kevin. Kami berpelukan dengan erat dalam kebahagian karena sudah sama- sama saling mengetahui isi hati masing- masing walau hubungan kami masih merupakan hubungan terlarang dan kami hanyalah sepasang kekasih gelap, namun kami tidak peduli, dan saling berpelukan hingga kami berdua tertidur lelap sembari berpelukan.

‐-------

Sejak hubungan intim kedua kami, aku sekarang benar- benar memperlakukan Kevin sebagai kekasihku. Kevin yang memutuskan untuk menunda kepulangannya ke Jakarta dan membatalkan segala rencana pertemuan bisnisnya karena hendak menunggu kesembuhan ayahnya selain karena ingin terus bersamaku untuk memadu kasih.