webnovel

Kabar Buruk Mengenai Kondisi Jatmiko dan Pengakuan Perasaanku pada Kevin

Malam itu berkas usaha Kevin menelepon kenalan dan pejabat rumah sakit di rumah sakit umum pusat di ibukota provinsi, serta campur tangan gubernur dan pejabat pusat, pak Jatmiko bisa dibawa ke rujukan yang lebih lengkap. Ambulan yang membawa pak Jatmiko di kawal oleh mobil patwal beserta rombongan kami dengan cepat, tidak sampai 1 setengah jam kami sudah sampai tujuan dan disambut tim bedah syaraf yang sudah menunggu.

Setelah persiapan sudah selesai pak Jatmiko, dalam waktu 3 jam sudah dibawa ke intalasi bedah sentral untuk operasi. Operasi pak Jatmiko berlangsung sekitar 6,5 jam, aku, dan Kevin menunggu dengan cemas menunggu hasil operasi pak Jatmiko di ruang tunggu.

Saat itu waktu sudah menujukan jam 5 pagi, kami mendapat kabar dokter Bedah Syaraf sudah selesai melakukan operasi dan memanggil kami untuk menjelaskan kondisi bapak pasca operasi. Kami berdua dipersilahkan menuju ruang penjelasan keluarga pasca operasi oleh perawat kamar bedah karena operator operasi dokter Bedah yang memimpin jalannya operasi sudah menunggu kami disana.

"Saya dokter Edo, saya dan tim yang melakukan operasi kepala dan tulang punggung bapak. Ada berita baik dan berita buruk yang harus kami sampaikan. Sebelumnya kalau boleh tau, saya berbicara dengan siapa?" ujarnya membuka pembicaraan kepada kami.

"Baik dok.. Saya Kevin, anaknya pak Jatmiko. Dan yang disebelah saya, Bu Desi, istrinya pak Jatmiko." ujar Kevin memperkenalkan dirinya dan aku ke Dr Edo.

"Ok, pak Kevin dan bu Desi. Saya langsung ke berita yang mau saya sampaikan ya. Berita baiknya, operasi berjalan dengan baik tanpa masalah yang terlalu berat, perdarahan di kepala kami mampu atasi dan sudah terkontrol. Akan tetapi berita buruknya adalah masalah tulang punggungnya, karena kondisi tulang punggungnya hancur terlalu luas dan banyak yang hancur hingga menjadi serpihan kecil- kecil kami dengan sangat menyesal tidak mampu menyelamatkan syaraf tulang punggung bapak yang mengalami kerusakan setinggi torakal 12 hingga lumbal 3 atau tulang belakang setinggi dada bawah hingga tulang belakang setinggi pinggang. Ini mengakibatkan bapak apabila berhasil melewati masa kritisnya kemungkinan besar tidak bisa merasakan apa- apa dari daerah perut ke bawah. Sehingga perlu alat bantu untuk pembuangan air seninya dan kemungkinan besar sudah tidak bisa berjalan lagi. Apalagi usia bapak yang sudah lanjut yang membuat bapak rentan infeksi dan mempunyai daya tahan tubuh jauh lebih lemah dari usia yang masih muda. Sehingga jujur saja, apabila bapak berhasil melewati masa kritis, maka bapak akan hidup dengan kondisi tidak sempurna atau cacat dan harus berada di kursi roda di sisa hidupnya." ujar dr Edo dengan muka sedih dan penuh simpatik menjelaskan kondisi bapak kepada kami.

Aku yang mendengar itu hanya bisa menangis tanpa bisa memberi komentar apa- apa. Kelvin yang duduk disebelahku walau juga terpukul tapi berusaha untuk tetap tenang dan menenangkanku dengan mengelus- elus punggungku.

"Lalu apakah.. Maaf.. Kejantanan bapak saya masi berfungsi pasca operasi ini dok?" tanya Kelvin tiba- tiba.

Dokter Edo menghela nafas, lalu berkata singkat "Maaf.. Sepertinya tidak"

Mendengar itu, aku seperti menerima sambaran petir tiba- tiba dan tangisanku makin keras. Malang nian dan hina sekali nasibku, sudah baru menikah tapi aku tidak pernah akan bisa merasakan kenikmatan hubungan suami istri dengan suami sahku, dan selain itu aku pun sudah kehilangan keperawananku, yang gilanya bukan oleh perbuatan suami sahku tetapi oleh anak tiriku.

"Maafkan kami ya bapak ibu, karena kami tidak sanggup mengembalikan kondisi pak Jatmiko seperti semula" ujar dr Edo kepada kami meminta maaf.

"Tidak apa- apa dok. Kami tahu, dokter dan tim sudah berusaha sangat maksimal. Kami dari keluarga sangat berterima kasih atas bantuannya" ujar Kevin memberi apresiasi atas kerja keras dr Edo dan timnya. Karena bagaimanapun dokter dan timnya sudah bekerja sangat keras untuk mengobati pak Jatmiko, walau hasil belum tentu sesuai dengan harapan keluarga tapi sebagai manusia biasa tentu semua dokter tidak bisa menentukan takdir dan hasil akhir dari pasiennya, sehingga sebagai manusia yang bermoral dan berakhlak sudah sewajarnya kami sebagai keluarga berterimakasih dan tidak menuntut yang bukan- bukan kepada dokter yang menangani pasien, yang kebetulan keluarga kami, semaksimal mungkin dan sesuai dengan protap yang berlaku.

"Terimakasih atas pengertiannya. Sebentar lagi bapak akan diantar ke ICU untuk perawatan pasca operasi. Tolong bantu doa agar bapak mampu melewati masa kritisnya ya bapak ibu. Ada yang bapak ibu mau tanyakan kepada saya sebelum sayaa sudahi penjelasan saya ini?" tanya dr Edo kepada kami.

"Tidak ada dok" jawab Kevin.

"Baik kalau begitu saya tinggal dahulu ya bapak dan ibu.. Selamat pagi" ujar dr Edo pamit meninggalkan kami.

‐-------

Pagi itu karena keluarga tidak boleh menunggui pasien, akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke rumah untuk beristirahat. Jhon dan pengawal lain membagi jadwal untuk 'standby' di ruang tunggu ICU mewakili kami dan akan menghubungi kami bila ada kabar terbaru atau ada persetujuan tindakan yang perlu kami tandatangani.

Sesampai dirumah, Kevin langsung mengambil sebotol vodka dari meja bar dan berjalan ke kamarnya untuk menyendiri. Entah kenapa, aku malah mendatangi kamarnya dan mengetuk kamar Kevin yang sedang menyendiri beberapa waktu setelah aku selesai berganti pakaian dan mengenakan daster rumahku sebelumnya.

"Siapa itu?" tanya Kevin didalam kamar.

"Aku.. Mamamu" jawabku.

"Ada apa Des?" tanyanya dari dalam kamar.

"Boleh aku masuk?" tanyaku.

"Mau apa Des?" tanyanya mengenai tujuanku ingin masuk ke kamarnya.

"Ga ada apa- apa. Aku hanya butuh teman saja untuk menghilangkan kegalauaku." ujarku.

"Masuk aja Des.. Kamarku ga dikunci" ujar Kevin menyuruhku masuk ke dalam kamarnya.

Aku membuka pintu kamar setelah mendapat izin dari Kevin. Dia didalam sedang menegak vodka yang dipegangnya langsung dari botolnya, sedangkan tangan kirinya memegang cerutu, yang sekali- sekali dihisapnya. Dia duduk di tepi kasurnya hanya memakai celana dalam hitam tanpa pakaian dan celana apapun lagi di badannya. Aku masuk dan duduk di sampingnya, lalu diam beberapa saat sebelum akhirnya memulai pembicaraan.

"Kenapa kamu malah mabuk- mabukan?" tanyaku kepadanya.

"Aku butuh pelarian untuk mengusir sedihku" ujar Kevin sembari menegak kembali vodka ditangannya setelah menjawab pertanyaanku.

"Apakah bisa alkohol mengusir kesedihanmu?" tanyaku lagi.

"Bisa.. Kamu mau?" jawab Kevin sembari menawarkan vodka di tangannya kepadaku.

"Boleh" jawabku sembari mengambil botol Vodka dari tangannya dan menegak sedikit cairan haram itu ke dalam kerongkonganku.

"Boleh aku tau apa yang membuatmu galau?" tanya Kevin kepadaku.

"Kamu.. Kamu membuatku galau" ujarku memberitahu bahwa Kevin lah sumber kegalauanku saat ini.

"Aku? Kenapa aku?" tanyanya bingung.

"Karena sejujurnya aku terpaksa menikahi papamu karena masalah ekonomi" ujarku memberi penjelasan yang sebenarnya tidak nyambung.

"Hubungan dengan aku kenapa? Aku makin tidak mengerti" tanya Kevin kepadaku karena bingung dengan penjelasan ku yang tidak nyambung dengan pernyataanku sebelumnya.

"Karena aku mengidolakanmu bodoh!! Aku tergila- gila padamu dari dulu.. Kamu cowok yang aku impikan tapi aku sulit menjangkau mu.. Dan takdir sangat lucu.. Aku malah menikahi dengan terpaksa dengan papamu" ujarku terus terang pada Kevin.

"Oh ya? Kamu mengidolakan aku?" tanya Kevin tidak percaya atas pengakuanku.

"Iya Keviiiinnn.. Aku tu bener- bener mengidolakan kamu.. Aku bahkan sejak dahulu selalu membayangkan aku bersetubuh dengan kamu saat aku nyepong kontol mantanku atau saat di jilmek mantanku.. Kamu membuatku nafsu.." ujarku menyatakan dengan jujur perasaanku kepadanya.

"Oh ya? Kamu ingat.. Dulu saat aku ada acara beberapa kali sebagai mc, kamu 3 atau 4 kali hadir, aku 2 kali mengajakmu bertemu denganku dibelakang panggung selain penggemar- penggemarku lainnya. Tapi selama kita berinteraksi kamu hanya diam saja. Kamu tau aku, memilih kamu karena kamu sering banget dm aku di instagram sebelumnya. Awalnya aku kira kamu pemalu dan canggung, tapi saat pertemuan kedua kamu tetap diam- diam saja tanpa ekspresi ya aku anggap kamu hanya mengidolakan aku saja tidak lebih." ujarnya kepadaku menceritakan bagaimana dulu kita pernah ketemu dan reaksiku saat itu hanya diam- diam saja.

"Aku gugup Kevin.. Aku gugup.. Kalau aku gugup dan over excited maka aku hanya diam mematung dan malah bersikap cuek" terangku padanya.