webnovel

Di RSUD

Aku dan Kevin diam selama perjalanan ke Aceh, kami ke sana berdua menggunakan pajero sport hitamnya. Kevin menyupir dengan terburu- buru, walau terburu- buru namun karena kelihaiannya dalam menyupir yang diajarkan langsung oleh almarhum kakaknya yang pembalap profesional membuat laju kencangnya tidak terkesan ugal- ugalan dan tidak membuat takut aku sebagai penumpang.

Sedangkan aku sepanjang jalan hanya menangis dan melamun. Perjalanan ke Aceh tepatnya rsud Cut Meutia, Lhoksumawe, sangat jauh, sekitar 7jam perjalanan dengan jarak sekitar 320 kilometer kalau menyupir dengan kecepatan biasa. Namun karena kami menggunakan jasa patwal dari polisi setempat akhirnya kami bisa menekan waktu perjalanan hingga 3.5 jam.

Kami sangat terbantukan dengan pelayanan patwal dari kepolisian, karena di era modern ini polisi republik Indonesia sudah sangat ramah, bersahabat dan responsif dalam melayani masyarakat umum. Setelah sampai di RSUD, kami berdua segera bergegas menuju ke ruangan IGD, para pengawal dan ajudan pak Jatmiko segera datang mengawal kami ke dalam IGD setelah melihat kami turun dari mobil.

‐-------

"Selamat siang, kami keluarga bapak Jatmiko Hadi Kusuma, saya anaknya Kevin Aprilio Kusuma, ini Istri pak Jatmiko. Kami mau bertanya kondisi bapak bagaimana?" tanya Kevin kepada perawat yang dia temui pertama kali di ruang instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah Lhoksumawe sembari memperkenalkan indentitas dirinya dan saya.

"Selamat siang bapak dan ibu, saya perawat Mutia, sebentar saya panggilan dokter yang berdinas ya pak" ujar perawat Mutia memperkenalkan diri dan lalu pergi untuk memanggil dokter IGD yang sepertinya sedang memeriksa pasien lain.

Beberapa menit kemudian, dokter yang bertugas datang bersama perawat Mutia. Dokter ini laki- laki yang agak gemuk dengan tinggi kira- kira sepantaran denganku dan lebih pendek dari Kevin yang tingginya sekitar 180 senti. Dari baju scrub hijau yang dipakainya bertugas, dapat terlihat namanya dr. Andi Mahendra yang tercetak jelas di sisi kiri bagian dada baju scrubnya.

"Selamat siang bapak dan ibu, saya dr Andi yang berdinas siang ini di IGD RS Cut Mutia, ada yang bisa saya bantu?" tanya dr Andi kepada kami dengan sopan sembari memperkenalkan diri.

"Terimakasih dok, saya Kevin, anak pak Jatmiko Hadi Sanjaya, ini istrinya pak Jatmiko, ibu Desi. Kami hendak menanyakan bagaimana kondisi bapak kami" tanya Kevin sembari memperkenalkan diri kami kepada dr Andi.

"Baik bapak, jadi begini.. Kondisi bapak jujur saja kurang begitu baik, bapak berdasarkan keterangan saksi dan polisi mengalami kekerasan fisik dipukul oleh oknum di kepala dan punggung dengan benda keras sehingga mengalami penurunan kesadaran dan perdarah terbuka di kepala, muka dan leher, serta mengalami perdarahan internal di dalam kepala dan tulang belakang." jelas dr Andi kepada kami.

"Terus bagaimana selanjutnya dok?" tanyaku dengan cemas kepada dr Andi

"Kami sudah melakukan tranfusi darah, penjahitan sementara dan stabilisasi tensi dan nadi bapak, serta kami pasang selang nafas karena bapak belum sadar dari sejak masuk IGD untuk perlindungan jalan nafas dan oksigenasi ke otak, namun selanjutnya dengan kondisi seperti ini bapak Jatmiko perlu penanganan lebih

lanjut di pusat rujukan dengan fasilitas dokter Bedah syaraf dan tim bedah syaraf yang lebih lengkap."

dr Andi menjelaskan dengan detail rencana terapi dan apa saja yang sudah dilakukan sebelumnya.

"Lantas oknum yang membuat suami saya cedera bagaimana?" tanyaku lagi kepada dr Andi.

"Wah kalau masalah itu saya tidak tahu, coba ibu tanyakan kepada pihak berwajib" ujar Dr Andi.

"Kapan bapak saya bisa dibawa mas ke rumah sakit rujukan?" tanya Kevin kepada dr Andi.

"Setelah kondisi bapak stabil dan layak untuk dipindahkan serta sudah mendapat tempat dan persetujuan dari rumah sakit yang akan kami tuju, bapak akan segera akan kami bawa" ujar Dr Andi.

"Tolong dibantu dok, masalah uang berapa pun akan kami berikan asalkan suami saya bisa selamat." mohon aku kepada dr Andi.

"Ibu tenang saja, ada tidak ada uang kami akan tetap membantu dan memberikan yang terbaik tanpa membedakan suku ras dan agama sesuai sumpah kedokteran kami saat pertama kali dilantik menjadi dokter. Apalagi sekarang sudah ada BPJS, dan BPJS bapak aktif, jadi masalah uang ibu tidak perlu kwatir. Yang pasti kami tetap minta tolong bantuan doa dari keluarga, karena kami sebagai manusia hanya bisa ikhtiar, masalah takdir tetap ditangan Tuhan ya bu" jelas dr Andi kepadaku.

"Baik dokter, kami sekeluarga berterimakasih atas bantuan dokter dan tim sekalian untuk suami saya" ujarku kepadanya setelah puas mendengar penjelasannya.

"Ok. Ada yang mau keluarga tanyakan atau butuh penjelasan lagi dari saya mengenai penyakit bapak?" tanya dr Andi kepada kami untuk mengetahui apakah penjelasan yang diberikan sudah kami mengerti atau tidak.

"Sudah jelas dok. Terimakasih" ujar Kevin menjawab.

"Baik, kalau begitu saya tinggal bapak ibu untuk melanjutkan tugas saya menangani pasien di IGD. Bapak ibu bisa menunggu di ruang tunggu, kalau ada apa- apa atau info perkembangan mengenai kondisi terbaru pasien, bapak dan ibu akan kami panggil" ujar dr Andi sembari pamit meninggalkan kami.

Setelah mendengar penjelasan dr Andi, kami berdua beserta pengawal dan pegawai bapak yang menemani bapak ke Rumah Sakit menuju ruang tunggu. Setelah Kevin duduk dia mulai minta penjelasan kenapa semua bisa terjadi.

"Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa bapak bisa sampai celaka begitu? Bagaimana kerja kalian! Kok mengawal bapak saja tidak becus!" Tanya dan omel Kevin kepada para pengawal bapak.

"Kami minta maaf tuan muda, kami sudah mengawal bapak sungguh- sungguh, tapi kerusuhan di luar pabrik semakin besar padahal bapak dan wakil buruh dan pegawai yang dipanggil untuk membicarakan aspirasi mereka sudah mencapai kata sepakat. Itupun kami susaj mengevakuasi bapak, tapi ada yang lolos dan beberapa oknum sudah bersembunyi di dekat mobil bapak sehingga saat bapak hendak masuk mobil mereka menghadang dan memukuli bapak." ujar Jhon salah satu pengawal bapak.

"Kenapa bisa oknum yang mencelakai bapak begitu? Kan sudah mencapai kata sepakat?" tanya Kevin bingung.

"Iya, betul tuan muda. Rupanya 3 orang yang bersembunyi itu adalah provokator sekaligus mata- mata kompetitor bapak yang menyamar sebagai buruh di tempat bapak selama hampir 1 tahun belakangan. Mereka juga yang membuat terjadinya demo dan memberi kabar- kabar bohong selama ini, selain juga akibat reaksi kepala operasional yang terlalu keras menanggapi demo selama ini yang menyebabkan jatuh korban jiwa" jawab Jhon menjelaskan.

"3 orang berengsek yang mencelakakan bapak sekarang dimana?" tanyaku kepada Jhon.

"Mereka sudah diamankan dan sedang dalam proses penyidikan lebih lanjut oleh polisi" ujar Jhon.

"Terus kondisi demo disana bagaimana?" tanya Kelvin lagi.

"Puji Tuhan, semua buruh dan pegawai sudah tidak berdemo lagi, bahkan tadi mereka semua datang ke rumah sakit untuk menyatakan penyesalan dan kesedihan mereka atas apa yang terjadi dengan bapak" ujar Jhon kepada Kelvin.

"Baiklah kalian berjaga- jaga didekat bapak ya, kabari kami kalau ada apa- apa" ujar Kevin kepada para pengawal dan pegawai yang berjaga di rumah sakit.

"Baik Tuan Muda!!" jawab mereka serempak lalu pergi meninggalkan kami.