webnovel

Tidak Tahu Sibuk Apa Seharian

Traductor: Wave Literature Editor: Wave Literature

Fu Man memandangi putri kecilnya yang bernama Lu Xinnuan, saat itu Lu Xinnuan baru pulang dari sekolah. Ketika menghampiri putri kecilnya itu wajah Fu Man berubah menjadi lembut. Dengan kebaikan dan kelembutan, ia membantu putri kecilnya dengan mengambil alih tas sekolahnya yang berat itu.

"Bayi kesayanganku sudah pulang."

"Ibu!" Panggil Lu Xinnuan sambil tersenyum manis.

"Lapar tidak? Sebentar lagi makanan siap! Aku memasak makanan favoritmu!"

Senyuman di wajah Fu Man tampak memenuhi wajahnya. Fu Man melahirkan putri kembar, yang pertama bernama Lu Mian dan yang terakhir ia beri nama Lu Xinnuan.

Meskipun kedua anak itu keluar dari perutnya, namun wajah mereka sama sekali tidak mirip dan sifat mereka juga sangat berbeda. Sifat Lu Mian sangat jahat. Sejak kecil ia selalu tidak patuh dan berperilaku aneh. Ia juga sering sekali berbohong.

Berbeda dengan Lu Xinnuan, ia jauh lebih baik daripada Lu Mian. Ucapannya manis dan juga penurut. Dan yang paling penting adalah ia anak yang rajin dan pengertian. Lu Xinnuan memang anak kesayangan Ibunya yang paling manis.

Terkadang Fu Man merasa heran. 'Mereka berdua adalah anak kembar, bagaimana bisa mereka memiliki perbedaannya yang sangat jauh?'

Fu Man menghela napas panjang, ia tidak ingin lagi memikirkan hal yang tidak membuatnya bahagia. Kemudian tatapan matanya tiba-tiba tertuju pada tangan Lu Xinnuan.

"Nuan Nuan, apa yang kamu pegang?"

"Ini…" Lu Xinnuan tersenyum malu-malu. Ia adalah gadis cantik kebanggaan keluarga. Matanya menyipit saat ia sedang tersenyum.

"Aku mengikuti lomba melukis semester lalu, dan hari ini aku mendapatkan paket sertifikatnya."

"Sertifikat? Coba Ibu lihat."

Fu Man tidak sabar untuk membuka paket tersebut. Sertifikat sebagai juara pertama dari lomba melukis ini membuat matanya langsung berbinar.

Lu Xinnuan sudah tahu hasilnya. Jadi saat melihat sertifikat itu, ia tidak terlalu terkejut.

"Nuan Nuan benar-benar menginspirasi! Kamu sudah kelas tiga dan seharusnya kamu hanya fokus belajar. Kamu tidak hanya masuk menjadi murid terbaik, tapi kamu juga memenangkan hadiah pertama dalam seni lukis! Rasanya wajahku jadi bersinar! Tapi, jangan sampai nilaimu menurun!"

"Ibu, jangan khawatir, nilaiku tidak akan turun! Selain itu, guru juri kompetisi lukis juga berencana untuk menyerahkan hasil karyaku itu ke Perusahaan Game Sufeng sebagai karya asliku. Kemungkinan aku butuh sedikit waktu untuk memperbaiki lukisanku itu supaya mendapatkan apresiasi dari mereka…"

"Sungguh? Perusahaan Game Sufeng yang telah mendapatkan beberapa penghargaan besar internasional itu? Nuan Nuan, ini kesempatan besar bagimu! Ibu percaya kamu pasti terpilih. Keluarga kita bergantung padamu!"

Fu Man mengambil sertifikat itu dan melihatnya dari kiri dan ke kanan. Ia merasa sangat senang saat melihatnya.

Rumah besar yang mereka tinggali tidak sebaik rumah kedua. Meski mereka bersaudara, keadaan mereka berdua sangat berbeda, bagai bumi dan langit.

Keluarga yang lain tinggal di gedung utama, dikelilingi oleh para pelayan, dan menguasai jalur ekonomi keluarga. Sedangkan keluarga mereka yang tinggal di pinggiran, terpencil dan memiliki hutang yang besar. Saat ini satu-satunya hal yang bisa Fu Man pamerkan adalah putrinya Lu Xinnuan.

"Bu, di mana Kakak? Apa dia sudah pulang?"

Fu Man dengan menahan amarah menjawab pertanyaan putri kecilnya itu, "Di lantai atas."

"Bagaimana kondisinya hari ini?"

"Masih seperti itu, dia tidak pergi ke sekolah atau bekerja. Tidak tahu apa saja yang sudah dia lakukan sepanjang hari ini."

"… Aku akan pergi dan membujuknya."

Ketika Lu Xinnuan baru saja berjalan beberapa langkah, tiba-tiba ia berhenti seolah sedang terpikirkan sesuatu. Kemudian ia pun kembali menoleh untuk memberikan instruksi yang rinci.

"Bu, jangan biarkan Kakak melihat sertifikat ini. Aku khawatir dia akan memikirkan sesuatu yang tidak menyenangkan. Aku masih ingat saat kecil dulu, dia menghancurkan kuasku, dan aku belum melihatnya menggambar sejak saat itu."

Fu Man terkejut sejenak, saat teringat tentang memori itu, ia pun segera mengangguk setuju dengan instruksi yang diberikan putri kecilnya itu.

Sejak kecil Lu Mian adalah anak yang tidak mudah bergaul. Saat masih kecil, Lu Mian sering kali menindas adiknya, menghancurkan kuas dan cat milik adiknya. Ia juga berbohong bahwa bukan ia yang melakukannya.

Setiap kali memikirkan Lu Mian, tatapan Fu Man tiba-tiba berubah menjadi dingin, bahkan punggungnya ikut merasakan kedinginan.

'Anak itu, bagaimanapun juga tidak bisa diharapkan.' Batin Fu Man.