webnovel

Dia Tidak Senang!

Traductor: Wave Literature Editor: Wave Literature

Di kantor fisika, Ding Cai masih berusaha membujuk Lu Mian. Ding Cai berkata bahwa jika Lu Mian tidak ingin mengikuti pelajaran tambahan, ia akan mengatur Lu Mian untuk mengisi mading. Baik itu informasi pertemuan atau berita mengenai sekolah. Singkatnya, ia pasti akan mengatur segalanya untuk Lu Mian, dan tidak akan membiarkan Lu Mian menyia-nyiakan hidupnya hanya dengan menganggur.

Lu Mian sangat takut membuat hal-hal itu, jadi ia membuat keputusan yang sulit.

"Guru Ding." Lu Mian meraba-raba dua kali dari dalam tas sekolahnya. Di bawah tatapan bingung Ding Cai, kemudian ia mengeluarkan sebuah buku tebal, "Buku yang berjudul 'gadis berbakat ahli matematika' ini juga sangat bagus."

Karena Ding Cai juga suka membaca buku-buku untuk mengisi waktu luangnya, sehingga Lu Mian memberinya satu lagi. Lu Mian memiliki cadangan buku-buku ini, jadi tidak ada salahnya jika memberikannya kepada Ding Cai.

Singkatnya, bukan cara yang tepat untuk membuat Lu Mian sibuk, karena membuat guru sibuk barulah menyelesaikan masalah agar guru tetap sibuk. Ding Cai menatap novel warna-warni yang sama itu, dan kemudian menatap lagi ke arah Lu Mian.

Alibi macam apa ini?! Batin Ding Cai.

Awalnya, Ding Cai ingin marah. Namun setengah jam kemudian, Ding Cai membawa novelnya yang berjudul, 'Emma Sungguh Cantik'.

-

Lu Mian dengan lancar meninggalkan kantor. Ia tidak pergi ke kantin juga tidak pulang ke rumah keluarga Lu. Ia terus berjalan melewati pintu gerbang sekolah, lalu menuju ke seberang kawasan pemukiman yang lebih mewah. Namun saat Lu Mian baru memasuki perumahan itu, ia bertemu dengan dua orang yang ia kenal.

"Hai, Xiao Mianmian!" Ye Jinwen menyapa dengan hangat dan ramah. Ia menyapa Lu Mian dengan sepenuh hati. Wajahnya yang imut seperti bayi itu tampak tersenyum cerah, dan tidak sesuai dengan identitasnya sebagai psikolog. Terkadang kemampuan profesional dan usianya membuat orang meragukan apakah ia seorang penipu atau ia memanglah pria yang suka menghormati wanita.

Xiao Qimo yang berdiri di samping Ye Jinwen pun menyipitkan mata, lalu menatap Ye Jinwen dengan tatapan yang dingin. Ye Jinwen tidak menyadarinya, lalu ia terus menyapa Lu Mian, "Kenapa kamu ke sini? Kamu tidak sedang mengikuti kami, kan?"

Apa yang dikatakan Ye Jinwen itu, jelas-jelas menunjukkan bahwa ia sedang bercanda. Tuan Muda Mo bukanlah tipe orang yang tidak terlalu suka menyapa orang lain. Nona Lu Mian yang juga merupakan hambatan besar lainnya ini malah tidak mau bekerjasama dengan Ye Jinwen yang berusaha mencairkan suasana.

Lu Mian menatap Ye Jinwen dengan tatapan yang dingin. Ia tidak bicara dan hanya merapatkan tas di bahunya, lalu melewati mereka begitu saja. Saat melewati mereka berdua, ia pun mencibir, "Jangan halu."

Ye Jinwen merasa malu dan meminta bantuan dari Xiao Qimo. Tapi, Xiao Qimo justru marah, dan ia pun mengingatkan Ye Jinwen, "Lain kali jangan memanggil anak gadis sembarangan, dia jadi tidak senang!"

Reaksi Ye Jinwen terlihat kebingungan selama beberapa saat. Bagaimana bisa Tuan Muda tahu bahwa Lu Mian sedang merasa tidak senang? Bukankah Lu Mian selalu seperti ini?

Awalnya, pertemuan tadi hanyalah hal kecil. Namun di luar dugaan, ketiganya bertemu kembali di bawah sebuah gedung.

Kali ini, Ye Jinwen belajar menjadi murid yang baik. Alih-alih menyapa, ia berbicara dengan Xiao Qimo dengan nada rendah, "Menurutmu, apa dia memang mengikuti kita?"

Tubuh Xiao Qimo yang tinggi hanya berdiri di sana dengan tegap. Kacamata yang bertengger di hidungnya yang mancung itu menambah kesan anggun dan membuatnya terlihat semakin tampan.

Ye Jinwen memandangi pria tampan seperti karakter komik yang masih setia berdiri itu. Kemudian ia mendengar pria itu berkata dengan lembut, "Memangnya kamu pantas diikuti?"

Dalam benak Ye Jinwen hanya ada tanda tanya besar. Kenapa aku? Bukan kita?

Saat Ye Jinwen menyadari bahwa akhir-akhir ini kedua bos besar sering berkomunikasi, ia pun berubah menjadi bodoh. Saat ketiganya masuk ke lift, Ye Jinwen merasa takjub. Setelah ia menekan lantai delapan, ia pun berkata dengan sedikit menyindir, "Apa Nona Lu juga ingin ke lantai delapan..."

Kebetulan, Lu Mian saat itu memang akan pergi ke lantai delapan. Lu Mian hanya diam dan tidak bicara apapun, ia hanya menunggu lift sampai ke lantai delapan dalam diam. Meski hanya belasan detik, namun di ruang terbatas dengan adanya dua bos besar di sini, membuat suasana sedikit mencekam.

Akhirnya mereka pun tiba di lantai delapan. Xiao Qimo memimpin dengan berjalan ke pintu lift. Ia menyalakan saklar lift dan melihat ke arah Lu Mian sembari berkata, "Ingin masuk dan duduk di sana?"