webnovel

Sembilan

Perlahan tapi pasti, aku hanya bergelut dengan bayang-bayang indah masa depan bersamanya. Aku menjadi anak yang malas dan tak lagi bersegera menyelesaikan tugas kuliah. Padahal sebelumnya, aku adalah mahasiswi yang dikenal pandai dan rajin. Aku termasuk 5 besar di kelasku. Namun, karena aku hanya merasakan indah cinta sesaat itu. Nilai IPK-ku pun menurun drastis dari semester sebelumnya. Jelas saja, dari 3,64 menjadi 3,29 seketika, saat aku mengenal cinta itu.

***

Hingga masa itu tiba. Masa dimana pengertian tak lagi menjadi landasan dalam suatu hubungan. Masa dimana ketertarikan hati berkurang satu sama lain. Bahkan karena sosok penyejuk hati tak lagi ditemukan.

Aku hanya mampu menggambarkan rasaku saat itu melalui untaian bait puisi. Karena aku sudah terlalu jauh masuk ke dalam lubang galianku sendiri, yang aku pun tak tahu apa yang akan aku cari di dalamnya. Tetapi, ternyata ada hikmah sebagai jawabannya.

Hati Mati

Turut berbelasungkawa atas meninggalnya hati. Yang telah sekian lama bertahan memerangi segala keadaan yang sulit untuk membaik dikarekanakan banyak faktor yang menjadi hambatan. Salah satunya adalah faktor "x" yang mengubah jarak menjadi amat jauh. Sehingga pendonor hati pun sulit dijangkau karena jarak yang jauh tersebut. Faktor lainnya berupa ketidakcocokkan hati. Dimana menemukan hati yang cocok pun amat sulit, karena ketidakcocokkan ternyata mampu membunuh sang pemilik hati, cepat atau lambat.

Maka, beberapa faktor itulah yang menjadikan hal yang sebenarnya mungkin-menjadi nihil. Hal yang seharusnya menjadi lebih baik malah menjadi lebih buruk. Dan hal yang semestinya hidup malah mati.

Maka sekali lagi, aku turut berbelasungkawa atas meninggalnya hati.

Semoga di alam sana ia menemukan yang lebih baik, tempat yang baik, dan berbahagia bersama sang pemiliknya di surga yang telah ditetapkan untuknya. Aamiin...

***

Segalanya telah berubah. Tak ada lagi yang namanya ketulusan, pengorbanan, apalagi kasih sayang yang melingkupi keduanya. Waktu mungkin telah menunjukkan rasa jenuhnya terhadap kita. Allah mungkin telah murka dengan semua kedekatan kita selama satu tahun lebih lamanya. Inilah saat dimana kita tak lagi bisa menggenggam waktu. Inilah saat dimana kita tak lagi bisa memahami satu sama lain.

Memang benar, segala sesuatu yang tak diridhoi itu lambat laun akan terhenti tiba-tiba. Apakah terhenti karena kecelakaan, musibah, masalah yang berat, bahkan kematian. Sekuat apa pun kita melawan, sekeras apa pun kita menolak, seliar apa pun kita bertindak, jika tak ada dasar keridhoan dari Yang Kuasa, maka semua akan sia-sia!

Bak menggenggam angin. Kau bisa merasakannya, namun tak bisa memilikinya.

***

Menjadi dewasa itu butuh perjuangan yang berat. Perlu bermain-main di tepian jurang. Perlu bermain-main dengan panasnya api. Juga perlu bermain-main dengan tajamnya pisau. Segalanya menjadi mainan bagi si darah muda.

***

Itu adalah segelintir permainan dari yang pernah ku alami. Alhasil, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. I get it!

Aku telah sampai pada titik dimana akan berusaha menjadi pribadi baru. Menengok kaca spion hanya sebagai bentuk kehati-hatian dalam mengambil keputusan yang ada di depan mata nantinya. Tak lagi-lagi untuk mencoba hal yang jelas-jelas sudah diingatkan oleh hati kecil ini dengan memberi sinyal warning. Baik berupa tanda tak nyaman, sedih, resah di hati, hingga merasa khawatir, menyesal, bahkan kehilangan apa dan siapa pun yang menyayangi dan kita sayangi karena dampak yang terjadi karenanya.

***

Mengapa cinta tak pernah mengenal kasta, derajar, pangkat, dan lain sebagainya? Yang dilogikakan, itu menjadi wajib untuk status sosial di masyarakat dalam menerima seseorang dalam kehidupannya, agar dipandang mampu membawa nama baik keluarga dan mampu menaikkan derajat keluarganya.

Jika cinta tak memandang apa pun yang dikasihinya, maka jiwa Tuhan sedang bersamamu. Bersamamu dalam tulus ikhlas menerima dan mampu memberi kasih dan sayang kepada sesama dalam rangka menuju kasih Tuhan yang sebenarnya.

Jiwa yang bersyukur terhadap segala yang menjadi miliknya adalah cermin dari kasih Tuhan melalui jalan orangtua yang mengasihimu. Sehingga, kamu mampu berbuat kasih dan sayang terhadap sesama tanpa pandang status sosial. Karena kita tahu, di mata Tuhan semua umatnya adalah sama. Yang memebedakannya adalah amal soleh dan ilmu pengetahuannya selama hidup di dunia.

Jika kita merasa belum mampu mengasihi sesama lantaran banyak hal yang harus kita perbaiki bagi diri sendiri dan keluarga, maka tahan rasa cintamu. Hingga Tuhan benar-benar menyiapkan seseorang pada waktu yang tepat bagimu untuk bersama berbagi suka dan duka dengan jiwa ciptaanNya yang dititipkan untuk menemanimu mengarungi luasnya benua dan likunya samudera di alam semesta ini.

Bersabarlah, karena engkau jiwa kecintaan Tuhan yang akan benar-benar mencintai dan mengasihi sesama untuk kehidupan yang indah dan damai di masa yang akan datang. Yakinlah, kemampuanmu bertahan dalam pedih duka lara akan dibalas berlipat ganda olehNya dalam rangka imbalan bagimu selama menjalani ujian kenaikan kelas menuju cintaNya.

***

Aku hanya mampu menuliskan nasihat bagi diriku saat hati sedang memperbaiki kondisinya yang tak lagi utuh.

Nasihat Pendewasaanku

Tanpa kau sadari, bahwa ketika kau selalu menggenggam segala sesuatu dengan sangat erat, maka sesungguhnya kau sedang memberi celah kepadanya untuk perlahan keluar atau terlepas dari genggamanmu. Karena jari-jarimu diciptakan bukan untuk menggenggam. Melainkan untuk mengajarkan bagaimana menyentuh segala sesuatu dengan kelembutan dan berkasih sayang kepada sesamanya.

Pasir yang kau genggam dengan erat, lambat laun akan berkurang ukurannya karena ia tanpa kau sadari keluar dari celah jemarimu. Maka, cukuplah menyentuhnya dengan sekop agar kau tak pernah kehilangan berat ukurannya sesuai dengan yang kau butuhkan. Karena pasir yang kau butuhkan itu, tak mungkin bisa selalu kau genggam jika kau mengharapkan sebuah rumah atau bangunan yang kelak akan menaungimu, menjagamu, melindungimu, dan memberikan kebahagiaan hingga banyaknya jumlah keturunanmu.

Sentuhlah dengan kasih dan sayang, maka ia akan selalu berada di sisimu selamanya tanpa harus mengeluarkan energi dengan percuma dalam genggaman eratmu. Karena kita tahu bahwa kepemilikan yang hakiki adalah hanya milikNya.

***