webnovel

Sebelas

Alhamdulillah, semua yang rumit dan butuh pergerakan ke sana kemari telah sampai pada waktunya untuk dipertanggungjawabkan. Setelah selesai seminar propsal pada 24 Februarui 2014, kini waktunya revisi proposal dengan menambah teori serta berbagai hal yang harus dirombak sesuai kritik dan saran dari penguji dan pembimbingku. Selanjutnya, selama 3 minggu berturut-turut, aku mengurus surat-surat dan segala yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian di Bukittinggi, tepatnya di SMPN 2 Bukittinggi.

Di kala hujan badai menerjang, aku serta temanku, Melisa, tetap menembus badai itu untuk berjuang mendapatkan sukses di kemudian hari. Semuanya berjalan lancar. Malah bu Rina, selaku dosen kami dan salah satu guru Bahasa Indonesia di sana meminta tolong untuk mengajar kelas VII untuk menggantikan jadwalnya yang berbarengan dengan jadwal anak kelas IX, karena sebentar lagi akan UN. Jadi, mulai tanggal 3 April mengurus surat-surat. Setelah itu, mengajar di SMP itu selama seminggu. Baru setelahnya aku melakukan penelitian, tanggal 16 April 2014.

Setelah melakukan penelitian, saatnya mengolah data. Tahap mengolah data pun hanya dalam waktu singkat. Yaah kalo dihitung-hitung, mulai dari memeriksa hasil pekerjaan siswa, sampai menjadi skripsi (bab 4 dan 5), itu hanya membutuhkan waktu 5 hari. Itu pun menurutku sudah terlalu lama. Sebab aku hanya menghabiskan sekitar 100 halaman saja untuk skripsiku. Tidak ada yang susah jika kita mau berusaha dan rajin mengerjakannya.

It's time to prepare the komprehensif's exam.

Setelah itu, waktunya sidang skripsi untuk mempertanggunggjawabkan judul super tebal itu. Setelah sidang, apa lagi?? Setelah itu kita akan wisuda dong. Amat gembira sekali hati ini ketika sudah sampai ke puncak Himalaya. Empat tahun lamanya berjuang sendirian. Berjuang tanpa adanya orang tua karena jauh di seberang lautan. Berjuang dengan segala hal yang tak menyenangkan sendirian. Dan berjuang bertahan hidup dengan adat yang tak ku kenal sejak kecil sehingga canggung dan penolakan batin saja yang kudapatkan.

***

Hari itu sudah dekat kawan. Dua hari menjelang kelulusanku. Ini merupakan awal yang bisa aku jadikan sebagai hadiah yang, yaaah.. Sedikit membanggakan kedua orang tuaku. Aku senang. Amat bahagia bisa sampai kepada titik awal di titel pendidikan yang diakui oleh banyak orang di luar sana. Yang menjadikannya sebagai suatu syarat dalam mendapatkan suatu pekerjaan yang derajatnya agak lebih dihormati daripada hanya sekedar sepangkat SMA. Bukan menyombongkan diri, hanya melihat realita yang terjadi di masyarakat dalam dunia kerja.

Senyum lepas, puas, bangga yang tak surut aku layangkan ketika membayangkan akan berada di barisan nomor 5 di jurusanku nanti. Membuatku semakin amat bersyukur kepada Allah yang telah menuntunku, mengantarku, mengajariku berbagai hal selama 4 tahun lamanya di Minang ini. Selain belajar di bangku kuliah, aku juga banyak diperkenalkan dengan hal-hal yang tak kusangka-sangka akan terjadi pada hidupku di sini. Mulai dari keberadaanku yang mengusik ketenangan jiwa orang-orang di rumah ini, uangku yang hilang ratusan ribu di pasar karena kelalaianku, penghinaan yang terjadi pada diriku atas sikap dan sifat orang-orang yang tak sesuai dengan adat menurut standarku, serta kekecewaan terdalamku pada orang yang amat kusayang dan kucintai. Hingga keadaan yang tak memungkinkan bagiku untuk tetap tinggal di sini.

Allah amat menyayangiku. Aku tahu. Bahkan dia pasti sayang kepada setiap umatNya. Hanya saja Allah benar-benar membuatku berdiri kokoh agar mampu menjadi wanita tangguh dengan berbagai ujianNya. Semoga segala pengalaman yang aku alami, yang hanya Allah yang tahu bagaimana pedihnya. Bagaimana hinanya. Bagaimana terinjak-injaknya harga diri ini. Hingga bagaimana pilunya seorang diri tanpa keluarga yang benar-benar tulus memahami pribadiku seutuhnya ini mampu berjuang, bertahan terhadap hantaman ombak yang bertubi-tubi datangnya.

Jika aku flashback, tak banyak aktifitas yang kulakukan di Minang ini selain belajar, bermain bersama teman-teman ke tempat-tempat yang pasti tak pernah ada di Tangerang. Kami bermain ke danau Singkarak, ke pantai-pantai di Padang, ke Bukittinggi, ke Batusangkar, ke Solok, yah mungkin hanya itu kota-kota di Minang yang aku datangi bersama teman-teman sejawatku. Tak hanya untuk melihat keadaan alamnya, namun aku juga pernah mengais rezeki yang lumayan yang Allah turunkan padaku dengan mudahnya.

Solok, aku menjadi instruktur acara pesantren Ramadhan tahun 2014 ini. Menemukan teman-teman baru, menemukan tempat-tempat yang baru seperti mandi aia angek malam-malam, makan-makan ditraktir sama pak bos Diki Asnur, yang juga merupakan dosenku. Wow.. Pengalaman yang mungkin tak akan aku rasakan lagi ketika aku sudah lulus nanti.

Selain sibuk dengan belajar, bermain, aku juga pernah menjadi bendahara BEM-K, yang menuai pro kontra dari papa pastinya. Setelah itu, aku juga selalu membantu tante Nis-adik dari papa yang merupakan guru Agama di SMPN 1 Padangpanjang-mengerjakan persiapan sekolahnya. Mulai dari mengisi raport yang kadang salah tetapi tidak boleh diberi tipe-x, harus ulang fotocopy kertasnya, dan mulai menulis dari awal. Lalu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), mengisi nilai, menulis absen siswanya, dan tak lupa juga membantu pekerjaan rumahnya yang tak seberapa juga kulakukan. Narsis bersama Fathia-anak bungsu tante Nis pun tak pernah ketinggalan. Dia yang jadi model cilikku untuk aku upload ke facebook.

***

Waktu libur kuliah selama sebulan saat itu pun, yang dulu aku gunakan sebagai jadwalku pulang ke Tangerang, dua tahun belakangan ini aku gunakan untuk bekerja dengan om Eri-suami tante Nis-di toko Soffie-nya di Aur, Bukittinggi. Walau tak seberapa gajinya, tapi tak apalah untuk menambah kesibukan dan pengalaman, pikirku. Asyiknya selain dapat teman baru, dapat THR baju lebaran juga. Bahkan baju wisuda yang akan aku gunakan di hari Minggu, 2 November 2014 nanti adalah gaun dari toko om Eri juga.

***

Aku pernah ikut ke kebun nenek Nima-nenekku-, sekedar jalan-jalan dan bantu-bantu sedikit. Ke sawah untuk bantu mencabut benih pun pernah, sampai kakiku luka karena menginjak keong. Perih. Seperti terkena pisau rasanya. Setelah itu, aku tak pernah lagi mencoba untuk menjadi petani cantik. Hehe.. Yang jelas, menjadi petani itu melelahkan. Selain gatal-gatal karena lumpur, plus akan luka karena tak sengaja menginjak keong, kulit kita pun menjadi hitam karena berhadapan langsung dengan matahari. Hufft.. Maka, jangan pernah buang-buang nasi, ya?! Membuat beras itu susah dan perjuangannya itu yang mahaaal!! Tetapi, kita selalu saja memandang petani dengan sebelah mata. Padahal dari perjuangan petani itulah kita bisa bertahan hidup.

***

Tanggal 1 November 2014 adalah hari bersejarah bagiku. Hari dimana aku bisa membuat bangga keluargaku, saudara-saudaraku, serta teman-teman dekatku. Aku mendapat urutan ke-5 di antara teman-teman sejurusanku.

Ternyata, aku bisa membuat mama tersenyum di surga sana. Ternyata aku bisa membuat papa bangga memiliki anak seperti aku. Nanad Fatrisya, S. Pd, dengan pujian, IPK 3,57. Aku akan tampil di depan dengan melihat senyum papa dari bangku yang ia duduki nantinya. Aku benar-benar menunggu akan momen ini. Aku pikir, aku adalah urutan ketiga dikelasku, yah memang di kelas, tapi secara umum dalam jurusanku, aku berada di urutan TOP 5. Walaupun tidak masuk tiga besar ataupun yang pertama, aku bangga bisa masuk 5 besar, dari kurang lebih 40 peserta wisuda dari jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Huft.. Akhirnya.. Yeaaahhhhh.. 🤗