webnovel

Gadis Malang dan Calon Pewaris

Keisha adalah seorang gadis dengan kelas menengah ke bawah. Tetapi karena prestasi yang ia miliki, gadis belia itu bisa belajar di sekolah ternama. Namun kebahagiaan seketika hilang dari kehidupan gadis Malang itu. Sejak ibunya meninggal dunia dan sang ayah menikah dengan seorang wanita. Ibu tirinya selalu menyiksa Keisha. Maulida sering memukul tubuh Keisha dengan menggunakan sebuah ikat pinggang. Membuat tubuh gadis itu sering berdarah dan terluka. Aska adalah seorang pewaris tunggal dari perusahaan raksasa. Bagaimanakah pertemuan Aska dan juga Keisha?

Eva_Sastri · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
401 Chs

Kata-kata Keisha

Setelah para gadis pergi, Keisha kembali ke tempat duduk dimana Azka sedang duduk sekarang.

"Mereka sudah pergi!" ucap Keisha kepada Aska yang sedang duduk di sana. Tetapi Aska tidak menggubris pernyataan dari Keisha.

"Mereka sudah pergi!" Ulang Keisha, berharap agar Aska segera pergi dari sana. Tetapi pemuda paling tampan di sekolahnya itu hanya diam. Keisha memilih duduk di kursi sebelahnya.

"Kenapa kamu menghindari mereka?" kesiha penasaran dengan sikap azka menghindar dari kerumunan gadis yang mengejarnya. Selama ini, gadis berkulit hitam itu berfikir bahwa Azka sangat menyukai pujian dari semua orang. Ia mengira pemuda tampan itu menikmati kehidupannya yang dijadikan idola terutama oleh para gadis.

"Lalu, kenapa kamu berbeda dari mereka?" Azka tidak menjawab pertanyaan Keisha. Ia justru memberikan pertanyaan kepada teman sebangkunya.

"kenapa kamu malah bertanya balik?" Keisha merasa kesal, karena Aska tidak menjawab pertanyaannya.

"Jawab dulu pertanyaanku. Setelah itu aku akan menjawab pertanyaanmu!" tawar Aska yang melihat kekesalan di wajah Keisha.

"Apanya yang berbeda?" Keisha mengalihkan pandangan. Kini ia menatap ke arah taman yang ada di hadapannya.

"Kenapa kamu tidak mengajar ku seperti mereka? Kenapa apa kamu tidak mengidolakan ku seperti teman-temanmu? Kamu bahkan tidak memperhatikanku sama sekali. Apakah di matamu aku ini tidak tampan?" Keisha tidak menyangka jika ternyata Aska memperhatikan dirinya.

"Kenapa aku harus memperhatikanmu?" Keisha kembali bertanya.

"Apakah aku tidak tampan?" tanya Azka.

"Tidak!" jawab Keisha berbohong.

"Apa?" Azka sangat kesal dengan jawaban gadis yang menarik perhatiannya.

"Apa hebatnya kamu? Wajahmu biasa saja. Kekayaanmu juga sebenarnya bukan milikku. Semua itu adalah milik orang tua mu. Apa yang bisa dibanggakan darimu? Kamu hanya beruntung karena terlahir sebagai anak orang kaya!" Azka tidak percaya dengan kata-kata yang diucapkan oleh Keisha. Itu merupakan hinaan paling kejam yang pernah ia dengar.

"Dasar kamu gadis buruk rupa! Kacamata tebal mu lah yang membuat matamu tidak bisa melihat ketampanan ku! Dasar gadis jelek, gadis aneh!" Aska marah lalu meninggalkan Keisha sendirian di sana. Ia benar-benar jengkel dengan pernyataan dan pendapat yang disampaikan oleh gadis berkacamata itu.

"Bagaimana bisa ia mengatakan bahwa aku ini tidak tampan?" gumam Aska sambil melihat cerminan dirinya saat melintas di kaca jendela kelas mereka.

'Bukan aku yang salah, dia adalah gadis teraneh dan terjelek yang pernah aku lihat. Berani sekali dia menghina aku seperti ini?' batin Azka yang benar-benar kesal dengan kata-kata Keisha.

Setelah Azka pergi, Keisha membuang napasnya karena merasa lega. Akhirnya pemuda tampan itu meninggalkan dirinya sendirian. Keisha telah berbohong, di dalam lubuk hatinya ia mengagumi ketampanan yang dimiliki oleh Aska. Wajahnya yang menawan sebenarnya telah mencuri hati gadis berkulit hitam. Tetapi, iya tidak berani mengatakannya. Ia terpaksa berbohong kepada Aska dan juga kepada dirinya sendiri. Keisha tahu, posisi dan juga keadaan dirinya yang sangat jauh berbeda dengan Azka. Ia tidak akan bisa menggapai Azka meski hanya di dalam mimpi.

Suara bel masuk berbunyi, Keisha meninggalkan tempat persembunyian nya dan kembali ke dalam kelas. Di sana Azka sedang duduk dengan wajah sangat kesal.

Keisha langsung duduk di samping Azka tanpa menyapanya. Pemuda tampan itu memalingkan wajahnya. Hatinya masih bertanya-tanya, apakah ia memang tidak setampan yang ia pikirkan selama ini. Apakah semua orang hanya berbohong dan mengatakan bahwa dia adalah pemuda yang sangat tampan hanya untuk menarik perhatian dirinya. Hati pewaris tunggal dari perusahaan raksasa itu dirasuki gundah gulana. Kata-kata Keisha telah menggoyahkan tembok kepercayaan diri yang ia miliki.

Proses belajar mengajar berlalu, tetapi kekesalan Aska masih bertahan. Keisha melirik teman sebangkunya. Terlihat sangat jelas kekesalan yang tersimpan di balik ketampanan wajah nya. Gadis berkulit hitam itu mengerti bahwa Azka merasa kesal karena kata-kata yang ia ucapkan. Rasa bersalah pun muncul di hati gadis tersebut. Tetapi lisannya enggan untuk menyampaikan maaf. Tanpa bertanya, Keisha pergi meninggalkan kelas. Aska semakin marah sebab gadis yang membuat hatinya terluka tidak berniat meminta maaf kepadanya.

Dalam kesal, Azka berjalan meninggalkan kelas dimana ia menimba ilmu pendidikan. Riandi dan gio memperhatikan wajah Aska yang terlihat tidak senang.

"Ada apa denganmu teman?" tanya Riyandi kepada sahabat baiknya.

"Kami perhatikan sepertinya kamu sedang merasa kesal? Apakah ini masalah ayahmu yang selalu memaksakan kehendak kepada mu?" sambut gio. Pertanyaan dari 2 sahabatnya membuat Aska menghentikan langkah lalu mengalihkan pandangan menatap ke wajah para sahabat.

"Jika menurut kalian, Apakah aku ini tampan?" Riyandi dan gio tertawa mendengar pertanyaan dari Aska. Mereka bertanya-tanya, mengapa perasaan yang aneh tersebut bisa keluar dari lisan Aska yang terkenal dengan sifat dinginnya.

"Aku bertanya kenapa kalian malah tertawa?" Aska semakin kesal mendengar tawa kedua sahabatnya.

"Maaf teman! Kami hanya tidak menyangka, kenapa kamu mempertanyakan ketampananmu sendiri?" tutur Riyandi.

"Aku hanya bertanya. Tugas kalian adalah menjawab bukan kembali bertanya!" ucap Aska kesal. Riyandi dan gio akhirnya terdiam. Mereka mengerti saat ini kondisi hati Aska sedang tidak baik. Merekapun tidak ingin membuat Aska semakin marah.

"Tentu saja Kamu tampan! Kenapa kamu harus mempertanyakannya? Bukankah semua orang mengakui ketampananmu?" tutur gio.

"Apa kamu yakin?" Aska masih tidak percaya karena ia sudah mendengar sendiri dari mulut Keisha bahwa ia sama sekali tidak tampan.

"Tentu saja! Aku heran, kenapa tiba-tiba kamu malah meragukan ketampananmu sendiri?" Riandi pun mendukung pernyataan dari gio. Tetapi Aska tidak mau berkata jujur kepada kedua sahabatnya itu. Setelah mendengarkan pernyataan dari mereka, Aska berlalu dan meninggalkan kedua temannya. Ia tidak peduli panggilan dari Riandi ataupun gio.

Seperti biasa, seorang sopir sudah menunggu Azka di depan gerbang. Sopir tersebut bertugas mengantar dan menjemput Azka ke sekolah. Pemuda tampan kaya raya itu segera masuk ke dalam mobil.

"Pak Burhan, aku ingin bertanya!" ucap Aska ketika mobil mulai berjalan meninggalkan sekolahnya.

"Ada apa tuan muda?" tanya pak Burhan.

"Menurut bapak apakah aku tampan?" pertanyaan yang sama kembali terlontar dari lisan Azka. Kata-kata Keisha telah mempengaruhi hati Azka.

"Kenapa tuan besar bertanya seperti itu?" tanya pak Burhan yang merasa heran dengan pertanyaan majikannya.

"Jawab saja!" kesal Azka.

"Maaf Tuan! Tentu saja tuan sangat tampan. Anda juga baik hati, dan sangat pintar!" jawaban Pak Burhan membuat hati Aska merasa sedikit tenang. Pujian yang diberikan oleh Pak Burhan bertubi-tubi untuk dirinya mematahkan semua kata-kata yang disampaikan oleh Keisha.

"Apakah Bapak yakin?" Azka ingin meyakinkan diri sendiri bahwa semua yang dikatakan oleh pak Burhan adalah kebenaran.

"Tentu saja, Tuan muda!" pak Burhan kembali meyakinkan majikannya.