webnovel

Part 6. Perubahan

"Demi Allah…  Olivia, Lo baik-baik saja?"

Rita, teman se-kost-an Olivia  begitu heboh

"Aish!"

Olivia menepis tangan sahabat karibnya semenjak duduk di bangku Sekolah Dasar itu dari pelipisnya.

"Wahai Jin Peri Perihayangan.. segera enyah dari tubuh Sahabatku atau kubawakan air Bidara pada kalian.. Ha!"

"R  I T A ! Aku bukan makhluk halus!"

Olivia mendorong Rita jengkel "Kau mengacaukan masakanku, tau?"

Buru-buru Olivia menyelamatkan hasil olahan nasi goreng omeletnya.

"Habisnya, Elo.. kesambet apaan, lho bisa ada di dapur? Masak lagi? Dunia Terbalik"

Ugh!

Enggan Rita menyebut drama televisi yang punya rating tinggi itu karena menyabot sinetron laga kesukaannya. Padahal lagi bagus-bagusnya alur cerita tentang kisah cinta sepasang harimau jadi-jadian itu.

Olivia tidak menyahut. Dia sibuk melahap hasil olahan setelah beberapa waktu lamanya berkutat  di dapur. Olivia merasa beruntung tidak ada yang mengganggu acara masak-memasaknya karena dapur kecil yang biasa digunakan oleh enam penghuni kamar kost. Akhir pekan teman-teman kostnya pada pulang ke kampung halaman. Tinggal dia dan Rita. Itupun karena Rita memilih tidak pulang karena ada penentuan sidang skripsi pagi-pagi sekali di hari libur ini.  Dosennya tidak pilih-pilih hari. Hari libur pun tak peduli. Rita khawatir akan terlambat datang ke sidang kalau harus pulang. Ia akan pulang kalau benar-benar berhasil lulus. Dan memberi undangan untuk menghadiri acara wisuda. Toh, bekal hidupnya selama di perantauan masih penuh sampai tiga pekan ke depan. Rita termasuk anak yang hemat dan gemar menabung. Rupanya ia benar-benar mengamalkan ilmunya yang calon Sarjana Ekonomi.

Miris! Rita akan jadi sarjana yang dipastikan sukses menempuh ujian skripsinya. Sedang Olivia bikin skripsi aja belum kelar-kelar. Nasi gorengnya sedikit terlupakan.

"Ehm.. Uh! Nasi goreng buatan Lo enak juga, ya!"

Rita mencomot dari piring Olivia.

"Aih! Lu barusan pegang apa tadi main comot aja.. Jorok, ih!"

Olivia menjauhkan piringnya yang belum kurang dari separuhnya dari jangkauan Rita.

"Ye.. Tangan Gue bersih lagian giliran punya aja Lo melupakan jasa Gue yang sering berbagi makanan sama Lo!"

Rita nggak habis pikir.

"Ckck.. nih buat Elu! Gue bukan orang yang suka hutang Budi, tau!"

Olivia memberikan kotak makan yang sudah rapi ditaruh di paperbag lengkap dengan air mineral sebotol sedang

"Gue tau Elu begadang semalaman sampe bangun kesiangan nggak sempet bikin sarapan!"

Ini dia Olivia yang Rita kenal. Penuh kejutan. Sebenarnya ia pingin sekali dengar cerita sahabatnya yang tiba-tiba bisa masak. Rita tau betul Olivia paling anti sama yang namanya dapur. Rita yang paling sering berbagi makanan kalau dia masak di kost. Apalagi kalau Rita baru balik ke kost setelah pulang dari kampung halaman. Ibunya selalu membawakan bekal banyak yang bisa ia bagikan pada teman-teman kostnya. Hal yang dilakukan juga oleh teman-teman yang lain. Kecuali Olivia. Mungkin karena ia hanya punya Papa. 

Mama Olivia sudah meninggal ketika masih duduk di bangku kelas dua SD.  Rita yang selalu ada di sisi Olivia saat itu. Ketika itu mereka tetanggaan dan tak lama kemudian Olivia pindah mengikuti Papanya ke kota agar dekat dengan tempat kerja yang dirintis. Mereka pisah dan bertemu lagi di bangku SMP. Rita bersekolah di kota tempat Olivia tinggal bersama papanya. Atas persetujuan ortunya dan papanya Olivia, Rita tinggal dengan Olivia dan Papanya agar dekat dengan sekolah mereka. Bagaimanapun, Rita hutang budi lebih dulu pada Olivia dan Papanya yang memberinya tempat tinggal gratis yang lebih dari sekedar layak.

Lulus SMP sepakat bersekolah di SMA yang sama. Dan meskipun mereka kuliah di fakultas berbeda, Rita jurusan ekonomi dan Olivia jurusan teknik informatika, mereka satu indekost.

Rita tersadar sedang diburu waktu.

"T Y V M ! Makasih Oliv Sayang!"

Saking terharunya Rita memeluk erat Olivia yang masih duduk menikmati sarapannya.

"Eh.. Eh.. Elu mau nyekek Gue!"

"Maap.. Maapin! Gue nggak mau Sahabat Gue yang pengertian ini berkurang kadar kecantikannya.. makin hari makin cantik, sih!"

Rita melihat fakta dan mencium pipi sahabatnya kilat

"Makasih sekali lagi, Liv!" 

Langsung lari ke kamarnya menyambar tasnya

"Aku duluan Oliv Sayang!"

sambil berdadah ria dilanjut kissbye.

Olivia hanya menggerakkan tangannya layaknya mengusir lalat. Teriakan Rita dari depan menggema,

"LOH, MASIH PUNYA HUTANG PENJELASAN SaMA GUE!"

Suara dering motor menjauh. Olivia geleng-geleng kepala.. Ia tidak berangkat  ke kantornya yang libur tapi tetap pergi keluar berkaitan dengan kantornya.

Olivia memenuhi undangan Putri. Ah ya.. wanita yang ia temui di rumah istananya memintanya untuk memanggilnya Putri. Awalnya, Olivia menolak karena segan. Tidak punya adab pada orang yang lebih tua. Tetapi Putri meyakinkannya bahwa itu adalah permintaan khusus untuknya.

Selagi timnya bekerja di lingkungan rumah Putri sesuai bidang keahliannya. Maka  Olivia menikmati kursus gratis diantaranya memasak.. hi.. hi..hi..

"Kebutuhan pokok manusia diantaranya makan! Dan memasak adalah salah satu cara untuk mendapatkan makanan! Kalau hal pokok saja tidak bisa ia lakukan apalagi hal lain.." 

" Iya.. apa perlu menanam juga, kan salah satu cara memperoleh makanan?

"Tentu! Mau coba?"

"Kalau itu, sih sering di kebun Papa!"

"Kesini dulu kalau gitu!"

Dan Putri mengajak Olivia ke ruangan dapur. Olivia waspada. Ada yang tidak bisa ia tolerir saat berada disana diantaranya pisau yang licin dan percikan minyak. 

Olivia mengaku kalau dirinya ceroboh. Maka Putri memintanya untuk fokus dan tidak takut terluka.  Takut pun Olivia sudah sering terluka. Belum kering luka satu disusul luka baru yang lain.

"Seperti dirimu bekerja di kantor, Olivia.. kamu bisa konsentrasi pada satu hal! Dan kamu harus menyadari bahwa wanita itu punya bakat multitasking.."

Putri memperlihatkan  panci untuk merebus air sementara ia memilih bahan lain dan mempersiapkannya. Putri mengajak Olivia menyelesaikan berbagai masakan. Yang awalnya menolak lama-lama ikut campur karena tidak ada yang ia kerjakan sedang ia bosan kalau hanya berdiam.

Hari-hari berikutnya, Putri tidak pernah melewatkan pertemuannya dengan Olivia tanpa memasak. Sekedar untuk hidangan makan siang dan akhirnya Olivia mau membantu di dapur demi menyenangkan tuan rumah. Olivia bukan orang yang tidak tahu terima kasih.

Ternyata, menu favoritnya gampang diolah. Nasi goreng pagi itu olahan masakan pertama yang ia lakukan sendiri.

Rita yang mendengar cerita Olivia darimana ia belajar masak hanya bisa manggut-manggut. Setelah mendapat kabar gembira dari Rita yang lulus ujian skripsinya. Mereka merayakan kecil-kecilan masak ayam bumbu sate dilanjut makan bareng. Hanya mereka berdua.  Olivia menolak mentah-mentah merekam video acara makan-makan mereka ala mukbang yang diviralkan bangsa Korea itu. Bukan Rita kalau nyerah sama penolakan Olivia dengan merekam video diam-diam secara random. Olivia yang ngajarin bikin vlog tapi anaknya tidak menyadari.. ssstt.. kalo rahasia bocor itu pasti ulah readers >_<

"Justru Lo lebih baik dari Gue, Liv! Lo udah punya pendapatan sendiri!"

Rita terus terang menanggapi Olivia yang iri padanya yang sebentar lagi lulus " Eh.. tapi gara-gara Lo juga sih, nggak ngebolehin aku Nyambi kerja part time!" Rita manyun.

"Itu semua demi kebaikan, Elu!"

Olivia menoyor kepala sahabat karibnya itu

"Elu nggak mau kelar-kelar kuliah? Bisa habis kebon bapak Elu tuh!"

Olivia mengingatkan Rita yang buat biaya masuk kuliah sudah menghabiskan separuh kebun belakang rumahnya.

"Lhah, kan Gue bisa bantuin ortu dengan kerja kayak Elo"

"Ckck.. Elu kerja tapi ngesampingin kuliah Elu jadi sama saja karena fokus itu hanya satu hal dan Gue berapa kali ngingetin Lu!"

"Gue sebenernya pingin buktiin kalo cewek itu bakatnya multitasking!"

"Iya, buktiin aja kalo Elu bisa makan sambil nyinyir!" 

balas Olivia sewot karena Rita mengambil salah satu ceritanya barusan.

"Eh! Gimana pun Lo musti bantu Gue esok kalo mulai masuk kantor!"

Rita mengingatkan kalau Olivia tidak  berlaku nepotisme agar sahabatnya itu diterima kerja di kantornya. Dan Rita harus berhasil masuk perusahaan dengan jerih payahnya sendiri. Olivia hanya memberi info lowongan pekerjaan terbaru yang cocok untuk basic pendidikan yang ditempuh Rita.

"Ah iya.. jadi keinget Gue harus berangkat lebih pagi, besok! Gue duluan, ya! Dan maaf kalo Gue berangkat duluan.. Good luck, Beb!"

Olivia mencium pipi Rita sekilas lalu masuk.

Dan Rita tidak akan mengusik Olivia kalau anaknya berlaku bersicepat  seperti itu. Rita mengerti betul alur yang ditunjukkan Olivia. Dan mereka berdua seperti punya kesepakatan tak tertulis untuk menghormati kepentingan privasi masing-masing.

Pagi harinya

Hape Olivia berdering. Mbak Ifa tukang jus langganannya menelpon

"Buah potongnya dikirim ke kostan kamu, ke kantor atau kamu ambil sendiri De'?"

"Biar saya ambil sendiri, Mbak! Dan jangan lupa untuk jus pisang campur selada tanpa es, ya!"

"Ok's!"

"Terima Kasih, Mbak!"

"Sama-sama, Diajeng!"

Olivia tersenyum tipis menanggapi suara sebrang telpon. Memasukkan hapenya di tas cangklong dan memeriksa beberapa hal sebentar dan mulai menstater motor matic-nya.

Pagi-pagi benar Olivia berangkat dari kost bahkan Rita belum selesai sarapan dan belum mandi. Dua teman kost juga baru muncul. Rita hanya bertegur sapa dengan mereka sebentar untuk kemudian beberes mau menuju kantor penerbitan Metroloz.  Dimana Olivia juga bekerja disana. Anak itu benar-benar tak terduga. Dia bilang takkan ikut campur mengenai lamaran pekerjaan Rita. Tetapi tadi, Olivia menyempatkan menegurnya untuk memperbaiki berkas lamaran yang akan diajukan. Bahkan memberi credit title hal yang harus dilakukannya saat interview. Olivia juga akan membantunya mempromosikan produk jualan onlen-nya sambil menunggu lamarannya diterima perusahaan. Yah, Rita lumayan mendapatkan keuntungan dari penjualan online yang dirintisnya sejak semester tiga kuliahnya. Atas dukungan Olivia juga yang mengenalkan pada banyak pengusaha produk pilihan.

Di ruang kerjanya, proposal tentang pengembangan produk daring Penerbit Metroloz sudah menanti.  Tidak serepot menerbitkan hasil cetak daripada virtual. Namun akses internet tak terbatas. Siapapun bisa mengunggah. Harus jeli memenangkan pangsa pasar kalau ingin mendapatkan royalti. Pihak sponsor pun harus mempunyai kredibilitas dan tidak asal janji tapi keuntungan diraup sendiri. Olivia harus mengkoordinasikannya dengan bagian pemasaran mengenai hal tersebut sehingga rela berangkat lebih awal untuk mempersiapkannya.

Olivia bersyukur apa yang di-handle menemui titik terang dan giliran ke direktur untuk diminta persetujuannya yang berjanji akan mempelajari secepatnya. Selama menunggu, Olivia bisa mengerjakan tugas deadline pekan berikutnya.

Olivia melepas blazer yang dipakainya. Ruangan ber-AC tidak membantunya menghilangkan gerah. Ia membuka bekalnya sebelum berangkat ke rumah Putri untuk bertemu dengan timnya yang berada disana.

Olivia rajin membawa bekal meski dari toko atau warung langganannya. Sebelum ia mau ke dapur untuk memasak. Hari ini ia membawa pancake buatannya sendiri dengan berbagai toping. Tidak perlu heran kebisaannya pada hal baru karena Olivia mudah belajar.  Mungkin bakat masak dari Papanya yang menurut cerita papanya itu yang membimbing Mamanya jadi pinter masak. Cerita yang didengarnya setiap kali mengeluh merindukan masakan mamanya. Senyumnya terkulum. Olivia sedang sendirian sekarang. Asistennya keluar makan siang. Asistennya itu tidak puas kalau hanya diberi pancake pemberiannya. Harus ketemu nasi katanya tadi. Dasar!

Mata Olivia beralih ke ruangan sebelahnya yang terlihat sibuk. Ruangan Andi. Olivia memutar-mutar cup jusnya. Pandangannya menerawang. Sebelumnya, Olivia tidak rikuh membagi makanannya pada Andi maupun Dodo. Bahkan menyuapinya. Tapi itu dulu

Sekarang, ada jarak diantara Olivia dan Andi. Olivia merasa Andi sekarang menjadi sesuatu yang tak terjangkau. Entah kenapa?

Apa ia akan membagi bekalnya kali ini.. pada Andi? Padahal tadinya Olivia bawa bekal banyak untuk…  Olivia tidak mempercayai pemikirannya. Olivia mengusap kasar wajahnya. Ia berikan pada Andi atau menyesal nantinya. Dilihatnya Andi hampir melewatkan kesempatan makan siangnya. Tak urung akhirnya Olivia bangkit membawa paperbag yang telah disiapkannya berisi pancake toping olesan mentega dan parutan coklat kacang. Yang Olivia tau itu kesukaan Andi.

"Kalian tidak makan siang?.. E.. i.. ini.. ini ada pancake siapa tau bisa mengganjal lapar dan kebetulan aku bawa banyak!"

Olivia belepotan bohongnya.

Suasana mendadak hening membuat Olivia ingin segera berlalu.

"Thank's Olivia! Makasih, yak! Lain lagi,  yah.. "

Buru-buru Dodo memecah kecanggungan itu sebelum Olivia makin menjauh. Yang ditujunya cuma menoleh sekilas dengan senyuman indahnya.

Dilihatnya, Andi tidak bergeming. Matanya tertuju ke arah paperbag dimana Olivia meletakkannya di meja. Tak jauh dari jangkauan Andi. 

Dengan gerakan cepat, Dodo meraih paperbag itu, membuka, dan meraih salah satu..

"Olesan mentega dan taburan coklat kacang.." 

Dodo hendak memasukkan ke mulut tapi Andi dengan tangkas merebutnya.

"Ini bagianku! Kamu yang olesan selai!"

Dodo hanya mangap dengan tampang bodo memandangi Andi.

"Giliran orangnya tidak ada, Elo menyatakan kepemilikan! Mana dia paham?" 

Dodo merutuk meski pancake topping selai nanas itu favoritnya. Jengkel dengan sikap Andi. Sebagai seorang Laki-laki, kan harus sat set.

Andi tak menanggapi langsung melahap pancake kesukaannya dengan wajah mengeras.

******