webnovel

Part 47. CINTA TAK BERSYARAT DALAM PERNIKAHAN

Olivia tercenung di depan notebook. Sesekali mengelus lembut perutnya. Gerakan si kecil aktif banget. Anjuran Dokter untuk mencoba mengenali tiap gerakan si kecil di rahimnya. Meskipun tidak akan terlupakan dalam ingatan, Olivia mencatat detail sejak ia merasakan getaran lembut di dalam sana. Sejak merasakan kehadirannya. Catatan manis itu membuat ayah si janin terharu ketika membacanya. Andi lantas memeluk perutnya dan menciuminya sambil menggumamkan untaian harapan dan doa. Tak lupa Olivia meng-Aamiin-kannya. Yang di dalam seolah tau ikut merespon dengan gerakan yang membuat mereka terharu.

Olivia mendadak rindu dengan ayah si jabang bayi. Usia kandungannya sudah mencapai 29 Ahad. Sejak usia kandungannya 23 Ahad, Andi tidak kunjung pulang. Sekadar menengok pun tidak. Hanya video call sehari-harinya. Namun sudah sepekan ini tidak mereka lakukan.

Olivia tau Andi sedang di akhir masa tugasnya. Jadi sedang sibuk-sibuknya. Pakdhe Dodo, panggilan Andi untuk 'Babby R', yang pulang membawakan titipan.

Olivia tidak memerlukan titipan apapun. Olivia hanya perlu kehadiran Andi.

Lagian tugas Andi sudah lebih dari jangka waktu yang diperkirakan semua pihak. Selebihnya, penyelesaian final ada pada pihak pemegang kuasa berikutnya.. ya, Pakdhe!

"Kenapa Pakdhe Dodo malah pulang? Harusnya kan menggantikan posisi sebagai pimpinan?! Kenapa malah pulang, sih?"

Dodo tidak bisa menjawab apapun. Tidak semua bisa diceritakan pada Olivia dengan kondisinya saat ini. Hal itu yang amat sangat dijaga Dodo. Lebih baik Dodo diam dan langsung berpamitan. Ada tugas yang tidak kalah penting dari mendengarkan omelan bumil, Olivia.

Ibunda ratu memergokinya ketika diam-diam menyelinap keluar. Ah! Dodo atur sungkem dan langsung meminta maaf jadi tidak sopan sebagai anak. Nyelonong tanpa menemui orang tua terlebih dulu. Mbok Surip sedang ke kampung halaman. Mungkin membicarakan masa depan cucunya itu. Tapi Dodo belum siap meskipun berusaha untuk itu. Masalah Andi membuat persiapannya goyah. Dodo harus mengutamakan keselamatan adik lelakinya sekaligus junjungannya. Dan Dodo tetap kukuh pada pendiriannya sebagai penjaga Andi.

Di hadapan ibunda ratu, Dodo tidak bisa berbohong. Namun sebelum meminta waktu ternyata ibunda ratu telah tanggap.

"Ngapunten sebelumnya karena Ananda jadi kurang sopan!"

"Tidak apa, Ngger! Bunda mengerti situasinya! Bunda akan mencoba mendengarkan!"

Dodo tidak bisa mengelak lagi. Bahwa sudah beberapa hari Dodo kehilangan kontak dengan Andi. Selama ini Andi tidak pernah memutuskan komunikasi dengan Dodo dan Baris Pendhem. Dan hal itu membuat Dodo khawatir kalau Andi sedang tidak baik-baik saja. Kemungkinan besar Andi diculik. Terbukti dengan teror yang diterimanya akhir-akhir ini.

Dodo merasa gagal telah kecolongan. Banyak upaya memburu keberadaan Andi namun hasilnya masih nihil.

Tentu saja hal mengkhawatirkan ini tidak bisa dikatakannya pada istri Andi.

Hanya saja tidak ada yang menyadari sepasang mata indah mendadak sayu di sebalik tirai jendela.

Jari lentik itu masih memegang potongan window seal lis strip. Sedang di tangannya yang lain memegang headset.

Firasat belahan jiwa tidak bisa diabaikannya. Olivia mengatur pernapasannya. Air matanya yang menderas mengguncang perutnya. Maka ia mengupayakan kewarasannya. Dengan hati-hati menapaki balkon dengan railing rendah yang begitu sempit.

Ia harus segera berada di kamar kalau-kalau salah seorang Women Warriors atau ibunda ratu atau Mbok Surip menjenguknya.

Olivia meringis. Perutnya terasa kram. Sebisa mungkin rileks. Tapi mana bisa? Yang ada malah menangis tersedu-sedu sambil memanggil-manggil nama ayah si janin di perutnya.

Teringat pillow talk mereka berdua. Andi selalu menyediakan diri menjadi sandaran ternyaman untuknya. Sambil mendekapnya, Andi membuat sketsa di atas perut buncitnya tentang kasih sayang.

"Apa kamu akan ninggalin aku bila diriku tidak seperti harapan kamu selama ini?"

"Apaan, sih? Pertanyaan macam itu?"

Olivia tidak suka Andi menanyakan itu. Dan Andi tau tapi kebenaran memang menyakitkan.

Tentunya menjadi harapan bahwa suatu hari akan bersama selamanya dengan pasangan. Menua bersama.

Tapi ada kalanya tidak bisa sejalan.

Berbagai macam penyebabnya dan harus diselesaikan dalam kebersamaan pula. Namun kebersamaan tersebut bisa jadi di luar pernikahan. Aneh memang!

Menemukan kesepakatan justru setelah sudah terpisah.

Eh? Sebaliknya malah ada pasangan dalam pernikahan tapi meniti jalan masing-masing. Terlihat bersama tapi demi pencitraan. Ada banyak hal yang dipertaruhkan seandainya berpisah.

Andi tidak mau kedua macam hubungan tersebut menjadi pilihan untuk dijalani. Olivia juga tidak menginginkan apalagi berharap. Oh, My Allah Bimbing Kami di jalan-Mu ya ALLAH…

"Seperti payung besaarr… yang menaungi saat hujan deras lalu ada setitik lubang membuat tetesan. Hanya setetes namun telah merubah suasana. Yang semula nyaman menjadi terusik. Begitulah perumpamaan pandangan kami para wanita terhadap kepemimpinan kalian.. kaum lelaki..!"

Olivia sambil membelai rahang suaminya yang terlihat kehijauan bekas cukuran.

Olivia punya hobi baru mengurus suami termasuk mencukur. Meski Olivia mengakui Andi punya kulit yang bersih lebih bersih dari bulu-bulu tak diinginkan di tubuhnya, nih. Udah dicukur, di-waxing, ditaburin lada,.. tapi tumbuh lagi. Olivia tidak mau mencoba menghilangkannya secara permanen. Tidak ingin pula menjajal IPL atau elektrolisis.

Olivia lebih percaya apa yang dikatakan Andi bahwa Allah Yang Paling Tahu Hamba-Nya tentu lebih tau apa yang diperlukan hamba-Nya termasuk bulu rambut. Lagian Andi tidak mempermasalahkan bulu rambut istrinya ini. Ssst!! Andi malah lebih lihai mencari-cari sensitivitasnya dengan bulu rambut di tubuhnya. Ssst!

Olivia kegelian karena ulah Andi. Olivia jadi rindu sama Andi. Bicara pada janinnya. Mengelus lembut perutnya.

"Papa Kamu dimana, Sayang? Dimanapun berada, Semoga Papah baik-baik saja, ya Sayang…"

Menyadari kelemahan wanita itu ada pada kekurangan lelakinya. Sebanyak apapun kelebihan yang ada pada suaminya yang terlihat di pelupuk mata maupun di ingatan istrinya itu malah kekurangannya yang hanya satu sekalipun.

Olivia bersama Andi membuat catatan masing-masing. Kelebihan maupun kekurangan pasangan juga diri sendiri. Lalu mereka bertukar pikiran mengenai catatan-catatan yang mereka susun.

Terinspirasi dari sepuluh filosofi Jepang. Menggabungkan dua pedoman hidup ikigai dan wabi-sabi.

Mereka menyadari saling melengkapi. Namun keegoisan dan harga diri masing-masing mengancam jalinan yang mulai harmonis tersebut.

"Maaf! Jika aku belum bisa memenuhi harapanmu selama ini.."

Kata-kata Andi waktu itu seperti firasat. Namun Olivia menepis khayalan tak diinginkan itu. Dan kabar dari Pakdhe barisan?!

Kegelisahan begitu menghimpit. Olivia tidak sanggup memikirkan sendiri. Andi mengajarinya dengan mengajaknya sholat lalu mendoa. Sesungguhnya dzikir menentramkan hati.

*****