webnovel

Part 43. Obsesif Kompulsif

.

.

"Bersiaplah Olivia! Kita mau periksa ke dokter!"

Kata-kata ibunda ratu memuat perintah. Olivia yang sedang termenung jadi tersentak.

Ibunda Ratu mengusap punggungnya perlahan namun dengan sedikit menekan memutar searah jarum jam dan ajaibnya membuat Olivia jadi nyaman.

Berkali-kali ibunda ratu memang melihat Olivia sering memukul-mukul pinggulnya dan gerakan mengendurkan urat lehernya dengan menarik kuat bahunya dengan tangannya sendiri.

Kesimpulan dari pembicaraan para orang tua bahwa menantu pertama keluarga Ranggada Atmapraja sedang ngidam. Agar lebih akurat memang harus diperiksakan ke dokter kandungan yang dipercaya keluarga.

Andi yang terlibat dalam pembicaraan tersebut tanpa sepengetahuan Olivia sebenarnya ingin memberikan kebebasan pada Olivia sendiri untuk memilih.

Ustadzah Syifa menyetujui namun mengingatkannya kalau Olivia bukan hanya memerlukan seorang dokter kandungan tapi juga psikiater. Beliau sendiri pernah mengikuti mata kuliah psikologi sebelum memutuskan mengambil jurusan Pendidikan Islam untuk gelar doktoralnya. Merekomendasikan dokter keluarga terlebih dahulu yang punya pengalaman dalam ilmu psikologi juga. Perkara nantinya Olivia menginginkan dokter lain hal tersebut bisa dibicarakan dengan dokter keluarga yang sudah mereka kenal.

Ustadz Sholeh dan mertuanya yakni pak Rudi yang dihubungi via video call ternyata punya pemikiran yang sama. Maka Andi diminta untuk memohon petunjuk dengan istikharah.

Begitu Andi menyetujui saran keluarga besarnya maka Ustadzah Syifa mendahului pembicaraan dengan dokter keluarga yang dimaksud.

Semua sesuai rencana. Saran untuk test pack diurungkan dengan kondisi Olivia yang sekarang.

"Ibunda Ratu baik-baik saja!? Bunda sakit?"

Olivia seperti bocah lugu yang tidak tahu apa-apa. Bikin gemas.

"Bukan Bunda… ! Tapi…"

Belum selesai ibunda ratu menjelaskan Olivia dengan tampang lugunya mengarahkan pandangannya ke Mbok Surip yang tergopoh-gopoh membawa bejana yang dipakai untuk menyiram tanaman.

"Apa Mbok Surip yang sakit? Lhoh kok masih kerja berat? Sini.. sini, Mbok! Biar saya saja, ya?!"

Olivia bermaksud merebut bejana yang dibawa Mbok Surip yang sempat-sempatnya melongo atas keluguan Olivia.

Mbok Surip tentu mempertahankan apa yang dibawanya.

Sebelum terjadi drama yang tidak diinginkan, ibunda ratu menggamit lengan Olivia dan memaksanya untuk mengikuti kemauannya.

"Kamu yang harus periksa, Liv'e! Bukan yang lain!"

Sambil dipersiapkan Ibunda Ratu memaparkan bukti-bukti yang dicurigai bahwa Olivia hamil.

Mana percaya Olivia kalau mbok Surip yang memergoki Olivia menguliti asam yang dipetik langsung dari pohonnya di belakang sana lalu dimakannya layaknya coklat kesukaan. Olivia yang tomboi lihai manjat pohon. Syukurlah tuan muda merawat pohon asam itu hingga batangnya tumbuh besar tapi melengkung hingga cabang-cabangnya rendah dan tidak begitu tinggi.

Belum lagi pemandangan pintu masuk ke penthouse keluarga kecil Andi yang jadi favorit Olivia.

Dari Selasar Olivia dengan leluasa bisa mengetahui Andi pulang apa belum. Dengan berdalih berkebun dan menata taman. Diturunkan dari rak terus ditata lagi. Dipindah untuk dikembalikan lagi. Dan murka bila ada yang menginterupsinya. 

Terakhir, Olivia bikin rujak mangga muda dan kedondong dengan sambel lotis bumbu kecombrang yang membuat Mbok Surip perutnya melilit saking ngiler pingin mencicipinya sedikit. Sedang Olivia malah asyik menikmatinya seperti makan es krim langganannya.

Tercenung-cenung Olivia dengan pemaparan bukti tersebut.

Bukan karena kabar bahagia yang dinantikan keluarga besarnya itu tapi…

Olivia jadi resah.

Belum lagi Women Warriors kompak mengerjainya dengan mengabarkan kalau Andi tidak pulang karena ada meeting kantor yang begitu penting. Andi dijadwalkan makan bersama kolega penting perusahaan.

Dan Olivia sukses tidak makan seharian karenanya.

Andi yang tidak tega sebenarnya ingin pulang waktu makan siang tapi kecerdikan Women Warriors kalau Olivia akan mereka ajak hang out bareng ke kafe viral. Kebiasaan Olivia sebelum menikah.

Dugaan yang sama sekali meleset ketika Olivia menolak mentah-mentah dan memilih mengusir semua Women Warriors dari rumahnya.

Diusir secara semena-mena bukan masalah bagi mereka tapi ulah serampangan mereka meskipun tujuannya baik tetap dikenai hukuman yang tidak akan mereka lupakan seumur hidup.

Para Women Warriors harus bergantian selama sepekan masing-masing mencoba semua profesi setiap harinya menjadi breeder tanpa bayaran di kandang singa, budidaya Lumbrecuss rubellus, Helix aspersa, dan semut rangrang.

Dan tujuan menghukum dengan cara yang tidak biasa juga baik bagi para Women Warriors sendiri. Biarpun mereka harus ribut sama pasangan. Namun yang sudah halal makin tambah mesra dan yang belum halal pingin cepet-cepet menentukan tanggal pernikahan.

Olivia tidak bergeming ketika dokter menyatakan dirinya positif hamil. Usia kandungannya menjelang tiga pekan.

Ibunda Ratu yang menemani menyambut gembira dan memintakan maaf atas sikap Olivia.

Dokter Saraswati memakluminya dan menyarankan Olivia segera pulang saja. Pasti ada yang sedang ditunggunya di rumah.

Benar saja perkiraan dokter kalau Olivia sempat termenung kembali di pintu masuk rumahnya.

Ibunda Ratu di sampingnya memberi isyarat mbok Surip agar tidak mengganggunya.

Beda dengan kebiasaan aneh Olivia akhir-akhir yang lalu. Olivia kali ini menyibukkan diri di dapur. Sesekali melengok ke arah pintu masuk. Ia masih menolak makan. Mau minum itupun dikasih peringatan sama ibunda ratu demi kesehatannya dan janin yang dikandungnya.

Olivia terlihat gugup pada jam pulang makan siang Andi. Ia jadi lebih sering menggigiti kukunya. Beberapa kali ia menjatuhkan sendok dan peralatan masaknya.

Semua tidak terlepas dari perhatian ibunda ratu. Mbok Surip yang tanggap meminta persetujuannya untuk mengambil alih kerjaan Olivia. Ibunda Ratu mengangguk menyetujui.

Ketika dibiarkan sendiri Olivia mengusap mukanya berkali-kali. Ibunda Ratu dan Mbok Surip tau kalau Olivia habis menangis diam-diam tapi sepakat tidak menanyakannya.

Mereka berdua juga kompak mengirimkan pesan pada Andi tentang perkembangan kondisi istrinya.

"Sudah Bunda bilang istirahatlah!  Lalu makanlah! Suamimu juga sebentar lagi pulang, kan?! Bersiaplah untuk menyambutnya!"

Olivia hanya mengembangkan senyum tipis. Dengan lesu menuju lantai atas ke kamar utama.

Ibunda Ratu memikirkan untuk memindah kamar utama di lantai ini. Tepatnya lantai keempat dari rumah keluarga besar ini. Sangat riskan kalau bumil naik-turun tangga meski ada yang berpendapat itu baik untuk latihan panggul.

"Pasti calon ayah akan bahagia menerima kabar baik ini!"

Diperhatikan raut wajah Olivia berubah meski masih terlihat senyumannya.

Ibunda Ratu menggapai lengan Olivia yang akan beranjak lagi dan memalingkan tubuhnya ke hadapannya.

Perlahan menggamit kedua tangannya lalu menangkup wajah ayu yang terlihat pias itu. Menantunya yang berperawakan lebih tinggi darinya. Ibunda Ratu yang sebatas pundaknya perlu mendongak untuk melihat sorot matanya.

"Olivia yakin akan menyampaikan sendiri kabar baik ini pada Andi? Suamimu?"

Olivia hanya mengangguk. Tapi ada keraguan yang terbaca oleh ibunda ratu.

"Bunda! Tolong sampaikan pada putra kedua Bunda itu untuk mandi dan ganti pakaian yang akan Olive siapkan! Oliv benar-benar tidak suka parfum yang dipakainya… Maaf, Bund!"

Ada bayang-bayang embun di mata sembab Olivia. Ibunda Ratu tidak mencegahnya berpaling dan meneruskan langkahnya. Hanya…

"Hati-hati, Sayang!"

Ibunda Ratu dan Mbok Surip bergantian menjaga jarak dari bayangan Olivia sampai  Andi memperlihatkan batang hidungnya.

Andi sudah berada di rumah tapi belum menampakkan diri dari Olivia.

Namun penciuman istrinya terlalu sensitif untuk merasakan kehadirannya.