webnovel

Part 39. Insiden

.

.

Olivia memilih-milih pakaian ganti.

Tubuhnya ingin relaks dan terlepas dari kamisol dan bustier yang menyempurnakan bentuk busana yang dikenakannya seharian. Meskipun prosesi acara pernikahan dibuat seringkas mungkin. Tapi daya tubuhnya memang terbatas dan mengalami jet lag.

Sekian banyak pakaian di wardrobe Olivia belum menemukan pakaian yang pas untuknya.

Entah kenapa melihat negliglee dan lingerie jadi merinding.

Kan sama suami sendiri inih?

Otaknya memang harus dicuci bersih agar mau memakai pakaian seksi ini khusus untuk Andi.

Selama ini memangnya Makai pakaian seksi untuk siapa?

Atau Olivia harus memakai thong ini di hadapan Andi?

Buru-buru Olivia mengembalikan ke tempatnya.

Seketika menyesal kenapa tidak mempersiapkan diri tinggal di rumah keluarga besar suami.

Sekelumit tanya tentang siapa gerangan yang mempersiapkan wardrobe wanita disini?

Andi?

Membayangkan saja sudah bikin Olivia panas dingin.

Karena Olivia menginginkan Andi yang membukanya sendiri.

Biar suami yang usaha.

Aish!

Olivia menggeleng-gelengkan kepalanya kuat.

Teringat apa yang akan dilakukan bersama suami.

Ingin ia menyelam ke dasar lautan saja dan tidak pernah muncul lagi.

Kungkungan Andi saja masih terasa di tubuhnya.

Dan Olivia jadi merasa hampa ketika Andi meninggalkannya sendirian di kamar pribadi.

Kamar yang sudah dihias menjadi kamar pengantin. Sederhana tapi terlihat mewah dengan nuansa putih dan hijau.

Tanaman hias bukan sekedar bunga yang dironce dari Lily of the valley menghiasi disana-sini.

Tidak ada dekorasi bunga di kasur tapi buket dan dekorasi menawan perpaduan dari Lily of the valley, spath maupun calla lily, dan Jasmine tertata indah pada ornamen headboard dan kelambu. Di meja rias dan jendela semburat pink dari Juliet Rose dan percikan merah-merah dari tulip bulb menambah kesan penuh cinta.

Olivia suka!

Tapi ada gelenyar aneh setelah Andi pamit pergi sebentar.

Olivia akhirnya memilih kemeja kotak-kotak dari wardrobe suami.

Olivia enggan ketika ingin membuka bajunya.

Ada apa ini?

Olivia sudah membuka resleting bajunya sebagian tapi ada yang menghentikannya.

Seketika terkesiap yang membantunya tangan orang asing.

Olivia mundur dengan gugup. Yang menyentuhnya bukan Andi?

Otaknya berpikir untuk menghindari sekaligus mencoba menelaah apakah ini masuk dalam skenario pengamanan.

"Kamu lupa sama aku?"

Pengaruh kerinduan pada Andi dan bayangan apa yang akan dilakukannya dengan Andi membuat Olivia berantakan mengumpulkan kesadaran.

Sosok yang memperkenalkan dirinya itu begitu mirip dengan Andi.

Tapi dia bukan Andi!

Olivia mulai menegaskan pada dirinya sendiri.

Mungkin saja ini bagian dari rencana kejutan untuknya.

Kalau tidak mana mungkin ada penyusup disini?

Tapi keberadaan orang ini bukannya malah riskan?

Bukankah kamar pribadi Andi tidak ada cctv-nya?

Jika tidak ada lalu bagaimana Andi tau ada lelaki yang sembarangan masuk kamar pribadinya.

Syukurlah Olivia masih belum membuka bajunya. Terlalu lama memilih-milih baju ganti sedari tadi.

Gerak-gerik dari sosok yang sepertinya pernah bertemu membuat Olivia gelisah.

Olivia merasa payah mengenali orang ini.

Olivia memutuskan untuk berada di dekat pintu keluar.

Pintu terkunci saat Olivia berusaha membukanya. Agak lega ada kamera cctv yang menyorot pintu. Tapi sosok itu dengan pasti mendekat ke arahnya. Kedua tangannya di sembunyikan di belakang tubuhnya membuat Olivia makin was-was.

Olivia menggedor pintu keluar itu. Dan tidak ingin pergi dari sisi sorot kamera cctv. Berkali-kali ia menatap cemas ke arah kamera. Berharap ada yang mengawasi.

"Jangan mencoba mendekat!"

Olivia mendapat tongkat panjang gagang alat pel di dekat pintu. Smart mop dengan gagang lumayan panjang.

Sosok yang mendekatinya malah terbahak dengan kelakuan Olivia yang seperti anak kecil yang tengah bermain.

Makin gugup Olivia ketika mengetahui yang dibawa laki-laki itu suntikan. Entah obat apa yang dipakai untuk injeksinya. Olivia tidak boleh lengah.

Tangannya terasa sakit menggedor akhirnya menggunakan tongkat yang dipegangnya untuk menggedor. Sekaligus untuk melawan sosok penyusup di hadapannya.

Lelaki itu menangkap tongkat yang digunakan Olivia untuk melawan. Tarik-menarik yang tidak seimbang. Olivia sadar kekuatannya tidak mampu mengimbangi memilih melepas tongkat itu daripada mengikuti arah tarikan di depannya.

Sekuat tenaga berbalik menggedor pintu sembari berteriak minta tolong.

Di saat yang sama pintu terbuka dan muncul Andi di ambang pintu.

Olivia menyerbu ke pelukan Andi. Menangis sejadi-jadinya disana.

"Jangan tinggalin aku!"

Cicitan diantara isakan tangis Olivia.

Andi mendekap erat tubuh yang menggigil ketakutan itu. Begitu rapuh!

Andi membiarkan orang-orangnya masuk untuk menyelesaikan apa yang harus mereka selesaikan.

Laras mengulurkan jubah yang diterima dan digunakan Andi untuk menyelimuti istrinya. Dan menjunjungnya ke dalam ruangan lift yang terbuka.

"Erotomania!"

Dodo membisikkan sesuatu dan yang ada di ruangan itu meski lirih bisa mendengar dengan jelas. Yang pasti para Women Warriors berdiri di samping sepasang suami istri tersebut.

"Ini bukan terjadi di luar negeri, sih!

Mungkin ini kesimpulan yang terburu-buru tapi lelaki ini selalu ada dalam tiap postingan Olivia. Dan tidak pernah absen dalam kegiatan Olivia bersama dengan para awak media! Dipastikan dia selalu ada!"

"Apa tidak terbalik?

Bukannya 'Haters' istilah tepatnya!"

Tasya sempat protes

Dodo menegaskan lagi demi melihat kerutan di dahi Andi.

"Dia sempat kecewa karena Olivia menghapus postingan badai itu!

Dan berpikir Olivia mengalami tekanan dari pasangannya sehingga dirinya merasa paling pantas untuk membersamainya dan tidak ingin mengekang kebebasannya berekspresi!"

Untuk sementara lelaki tersebut 'diamankan' karena ia nekad datang sendiri.

Tingkahnya yang setenang psikopat mirip pembunuh profesional layaknya di thriller film box office dunia. Semua berusaha mengalihkan tatapan dari lelaki misterius itu. Pandangannya kelam dan dalam. Menghindarinya lebih baik.

Tahu betul seluk-beluk mansion keluarga besar Andi dengan menyamar sebagai seorang reporter selebgram secara khusus untuk Olivia.

Setelah semuanya berberes dan keluar dari kamar pribadi Andi. Tinggal sepasang suami-istri di kamar tersebut.

Andi perlahan mengangkat wajah istrinya yang terlihat sendu.

Mengecup kening istrinya dan mengusap sayang pipinya.

"Kamu tahu!?

Tidak selamanya ungkapan rasa sayang membuat Kita nyaman!

Adakalanya malah menyakiti!"

Andi memperlihatkan wajah istrinya yang membenamkan diri ke dadanya.

"Yuk! Mandilah!"

Olivia enggan melepas pelukannya pada suami

"Aku tungguin!

Kita sholat bareng nanti!"

Seraya mendorong tubuh istrinya ke kamar mandi dan Olivia menurut dengan lesu.

Olivia menyelesaikan mandinya dalam waktu singkat. Andi yang menunggu di mihrab pribadi di kamar mereka mengambilkan mukena untuk istrinya.

Dengan khusyuk mereka berdua mendoa memohon keselamatan dan kebahagiaan.

Olivia bangkit setelah mencium tangan suaminya.

Olivia telah menunggunya. Duduk di tepi ranjang dengan wajah tertunduk. Olivia telah melepas mukenanya. Rambut panjangnya tergerai indah mengenakan baju tidur panjang yang nyaris sewarna di kulit putihnya. Meski sang pemilik menegaskan kalau kulitnya sawo matang level satu. Andi tersenyum mengingatnya.

apa yang baru saja terjadi tidak begitu berpengaruh dengan suasana malam yang shahdu hari ini. Gerimis ikut mewarnai.

Mendekati istrinya, duduk menggenggam tangannya. Andi meraih pundak istrinya untuk memeluknya. Ia kecup kening Olivia yang baru saja resmi menjadi istrinya. Syah dalam hukum agama dan negara. Teriring doa kebaikan untuk istrinya.

Dalam rengkuhannya, Andi mendongakkan wajah istrinya berniat mencium bibirnya. Tapi tertahan ketika Olivia dengan pelan namun tegas mendorong menjauh.

"Apa kamu tidak menyampaikan pesan apapun pada istrimu?

Ehm.. semacam bekal untuk membersamaimu..?"

Olivia menatapnya polos tapi bagi Andi.. itu..

Aahhgr!

Andi berdehem guna menahan gejolak yang akan segera membakarnya.

"Bersabarlah sedikit kan, Mas bisa sabar menungguku sampai jadi istri Mas?"

Andi menghela nafas yang terasa berat.

Yah, Olivia benar!

Awas saja, Olivia tunggu pembalasanku!

Yang keluar adalah smirk.

Olivia menatapnya ngeri

"Mas! Please..!"

Jurus ampuh bagi Andi dengan tatapan penuh permohonan. Mau tak mau Andi tidak jadi mengadakan serangan langsung. Olivia sepenuhnya bersikap benar. Hanya saja, Andi curiga kalau ibundanya yang mengajarkan hal demikian. Padahal, Andi memang sudah menyiapkan rangkaian wejangan pada istrinya itu sebelum saling memiliki seutuhnya. Meskipun ragu bisa mengucapkannya ketika benar-benar berhadapan dengan bidadarinya itu.