webnovel

Part 37. Ngunduh Mantu

.

"Asah kepekaan!"

Kata-kata Mbak Ajeng terngiang. Pandangan Olivia bertemu dengan Mbak Ajeng. Yang baru turun dari minibus bersama rombongan. Seolah kakak iparnya mengatakan itu berulang kali kepadanya.

Para Pangombyong tiba setelah sepasang pengantin tiba lebih dulu bersama para Women Warriors dan Baris Pendhem.

Tangan kanannya meremas erat tangan kiri yang menggenggamnya. Akhirnya tangan kiri Olivia memeluk bahu suaminya dan menyandarkan tubuh padanya.

Andi menoleh ke wajah istrinya yang menatap kosong ke kamera. Yang nantinya menjadi bumbu keromantisan mereka.

Sejak kedatangan mereka ke rumah besar keluarga, Andi lebih pendiam. Pandangannya terlewat serius. Olivia melihat butiran keringat di dahi suaminya itu padahal tangannya terasa dingin.

Mungkinkah Andi dilanda kecemasan?

Atau sedang memendam amarah?

Apa Andi memang sedang marah padanya?

Olivia makin merasa bersalah.

Karena ulahnya yang memberontak membuat telinga kanan Andi berdarah.

Pasti sakit sekali!

Sungguh bodoh!

Olivia merutuki dirinya sendiri. Andi yang memperingatinya beberapa kali diindahkan karena menuruti kemarahannya. Persis tingkah anak kecil yang ngambek akibat tidak dituruti kemauannya.

Maksud Andi baik tapi dianggapnya mengekang kebebasannya.

"Lebih baik Anda bersama kami jika ternyata kebersamaan Anda dengan suami malah mencelakai suami Anda sendiri!"

Ultimatum keras dilayangkan langsung Rita sahabatnya sekaligus pengawal pribadinya yang terpilih itu.

"Kebersamaan itu saling melengkapi dan menyempurnakan bukan saling menghancurkan bila Anda masih ingat!?"

Dokter Raisa bergabung begitu mereka memasuki kawasan mansion. Beliaunya tidak ikut rangkaian prosesi pernikahan di rumah kenangan papanya untuk mamanya karena putra ragilnya sedang sakit.

Ingin ia menanyakan keadaan putra dokternya itu tapi urung dengan sikap semua Women Warriors kepadanya.

Olivia hanya diam menekuri kakinya yang terasa perih. Salahnya sendiri yang melempar dengan kesal alas kakinya karena titah kesewenang-wenangan Andi yang memakaikannya jubah kebesaran.

Kulitnya sudah merah dan gatal terkena jerami kotor sekaligus sengatan panas matahari.

Katanya Andi karena salahnya Olivia sendiri yang menjemur kulit mulusnya.

Padahal Andi tau dari dulu kebiasaannya tapi sekarang kenapa baru mempermasalahkannya.

Olivia masih belum terima ikatan diantara mereka digunakan untuk memasung kemerdekaannya.

"Suami cemburu itu tanda sayang, De'!

Kalau suami mendiamkanmu seharusnya kamu curiga!

Terlebih lagi bila memanjakan segala keinginanmu!

Ada maunya bisa jadi…!"

Mbak Ajeng wanti-wanti terus

"Peka, De'! Peka!"

Bukankah Olivia sudah berusaha sebaik dan semampu yang ia bisa?

Olivia terlupa kalau menikah itu bukan lagi antara aku dan kamu tapi Kita.

Betapa Andi berusaha sebisa mungkin mengendalikan amarahnya.

Tidak bersikap diktator dengan kepemimpinan yang diamanahkan kepadanya. Berupaya pasangannya menyadari dengan sendirinya.

Tapi sepertinya tidak mungkin.

Karena sebagai manusia hanya boleh berusaha dan mendoa.

Pengetahuan, petunjuk, maupun hidayah adalah hak sepenuhnya dari Yang Maha Kuasa.

Harapan itu akan selalu ada.

Harap-harap cemas. Tidak henti memohon agar rasa kasih sayang senantiasa dihadirkan dalam kebersamaan mereka.

Dimana rasa itu tidak boleh melebihi dari cinta pada Allah dan Rasul-NYA.

Sebab Ridho Allah yang jadi tujuan akhir perjalanan panjang mereka.

Sungguh tidak mudah!

Mungkin Olivia lupa kesepakatan awal mereka bersama tersebut.

Maka Andi berusaha mengingatkan dan berharap Olivia bersikap sama bila dihadapkan pada cabaran demi cabaran.

Andi juga berusaha untuk tetap sadar.

Sadar bahwa setiap langkah nantinya dipertanggungjawabkan di masa yang pasti akan datang.

Tidak bisa dibayangkan olehnya karena kecerobohan berakibat fatal.

Ketika Andi melihat gerakan mencurigakan jadi cemas karena sikap Olivia yang semaunya.

Sekejap ada lesatan mengarah pada tubuh sang istri. Tidak mau ambil resiko Andi menubruk tubuh Olivia.

Jelas Olivia teriak dengan gerakan tak terduga dari suaminya. Refleks ia meronta melepaskan diri. Tapi Olivia merasakan ada hembusan seperti putaran kipas angin yang menderu di wajahnya.

Andi yang tau itu adalah bahaya menahan gerakan Olivia.

Hanya reaksi berikutnya dari Olivia karena perlakuan Andi justru sumber marabahaya itu. Yang seolah dengan paksa mencumbunya.

Gimana tidak?

Andi diatasnya dan menahan gerakannya. Wajah Andi dibenamkan di lekuk lehernya.

Sesaat Olivia terlena namun di detik lain menyadari dimana mereka berada.

Sangat tidak romantis!

Sontak Olivia melepaskan diri. Olivia mendorong bahu Andi.

Kepala Andi terangkat dan lesatan yang dilihat Andi dari awal tadi mengenai cuping telinganya.

Olivia tersentak ada yang menghangat di wajahnya. Tapi bukan ciuman Andi. Muka Andi masih berada di lehernya.

"Tuan Muda!"

Terdengar teriakan Tasya.

Di saat yang sama kuncian Andi di tubuhnya melemah. Tapi Olivia belum bisa melepaskan diri. Malah terdiam saat menyadari yang menghangat di wajahnya adalah noda darah. Dan itu bukan dari dirinya.

Berarti?

"Adimas!"

Dodo mendekat tapi tidak berniat mengganggu sepasang pasutri tersebut.

Olivia merasakan gerakan hati-hati dari suaminya. Olivia membeku.

Andi perlahan tapi pasti menutup tubuh istrinya yang hanya mengenakan bra sport dan celana sepaha.

Rita dan Tasya spontan menutup tubuh indah itu dengan membantunya mengenakan jubah putih berenda.

Lelaki mana yang mau berbagi pemandangan indah itu.

Olivia yang kurang peka dengan sikap posesif suaminya itu.

Dengan keadaannya Olivia sadar tidak bisa berbuat apapun untuk Andi yang sedang terluka. Teguran dari kanan kirinya perlahan meruntuhkan kekerasan hati Olivia.

"Kamu sadar keadaan kamu?!"

"Kamu membuat suamimu makin sedih, tau!"

"Memang orang yang kita cintai berpeluang besar untuk menyakiti!"

Suara wanita sesamanya seolah memekakkan gendang telinganya. Merasai apa yang terjadi pada telinga Andi. Tanpa sadar Olivia bergerak melindungi telinganya

Gantian bersahutan para lelaki Baris Pendhem.

"Syukurlah lah tembakan itu meleset!"

"Aku tidak tau yang bakal terjadi bila tembakan terkena kepala…!"

"Ini peluru tajam, Dok!"

"Ini bisa dijadikan barang bukti!"

"Kawal kasus ini!"

"Iya! Kita serahkan saja pada Pihak yang berwenang!"

Makin teriris hati Olivia hanya bisa melihat Dodo dan dokter Arfan yang menangani luka pada Andi.

Harusnya Olivia sendiri yang mengurus suaminya.

Lalu untuk apa Olivia mempelajari P3K selama ini?

Lalu pengalaman menegangkan sebagai midwife?

Dan bukan tidak mungkin Olivia yang sebenarnya penyebab Andi sampai terluka.

"Maaf!"

Hanya maaf yang bisa Olivia ucapkan pada Andi yang menuju ke arahnya dan mengulurkan tangannya. Ketika pihak event organizer dari Baris Pendhem sendiri meminta sepasang pengantin dan pengiringnya untuk mempersiapkan diri.

Andi tidak menjawab apapun. Ia malah memberi isyarat pada Women Warriors mempersiapkannya.

Olivia diberi waktu untuk mandi dan memakai legging serta manset berwarna putih gading. Debaran dada Olivia mengenali aroma Andi.

Apa Andi sendiri yang mempersiapkan untuknya?

Kali ini Olivia tidak menolak pakaian yang lebih tertutup.

Pasti Andi melihat wajahnya memerah keluar dari kamar mandi dan melewati lorong wardrobe.

Andi sudah memakai sinjang motif lereng eneng yang disarungkan dari pinggang sampai kaki bagian bawah. Serasi dengan beskap prengwardhana warna putih gading dan bendo bermotif senada dengan bawahannya. Dilengkapi Bros bunga tanjung yang nantinya sama dengan bross yang disematkan di dadanya.

Merias dan memakaikan busana pengantin.

Mulai dari Siger, kembang tanjung, kembang goyang, dan untaian bunga.

Terdiri dari mangle pasung dengan dasar pinti, mangle susun dilengkapi ronce bawang sebungkul, mangle sisir bintang, Mayangsari, dan panetep. Lengkap dengan tutup sanggul rambang melati.

Mata Olivia berkaca-kaca karena Andi sendiri yang mendandaninya. Olivia tak kuasa menatap suaminya ketika memakaikan hiasan ngeningan daun sirih di keningnya. Bahkan tidak segan berlutut memakaikan jarik motif lereng eneng serupa yang dipakai Andi. Batik tulis yang harganya jutaan. Saat memakaikan kemben kompak tangan keduanya menyatu di perut Olivia. Tangan Olivia menangkup tangan suaminya. Keduanya tertegun. Olivia merasakan Andi merapal doa disana. Dan Olivia hanya meng-Aamiin-kan karena yakin doa kebaikan untuknya dan mereka berdua.

Mereka sempat tersentak mendengar celetukan.

Katanya Andi sendiri yang membuat wiron. Olivia melirik ke suaminya yang diam tapi melihatnya mendengus dan tetap tekun membenahi dandanannya.

Terakhir memakaikan kebaya putih gading panjang berkerah tegak dengan aksen bordir yang membentuk kelopak bunga cantik di lehernya. Andi menyematkan bross yang sepasang dengan bross pada bendo yang dikenakannya.

Tasya memberikan keris pusaka bertahtakan permata pada Olivia yang tanggap memasangkannya di sabuk yang telah dikenakan Andi. Terlihat di pinggangnya. Dan memakaikan kalung bunga dari rangkaian melati dan kantil. Terlihat kalungan bunganya tersangkut gagang keris yang baru dipasang itu. Tangan mereka bertemu di dada Andi. Kali ini Andi menangkup tangan istrinya.

Olivia berharap suaminya selalu bersabar menghadapinya. Selalu hadir kasih sayang untuknya dan dalam kebersamaan mereka.

Olivia seraya ingin memeluk dada itu. Yang selalu membuatnya nyaman. Tempat menumbuhkan segala rasa tapi tersendat seketika dengan deheman bersahutan. Bukan hanya dari Women Warriors tapi juga Papanya dan Mas Sena.

"Seharusnya Kamu bisa mengatasinya selama sepuluh menit saja, Pangeran!"

Ya! Ya!

Itu bukan cuma peringatan bagi Olivia yang sudah belajar disiplin waktu. Olivia pura-pura tidak mendengar.

Seragam pasukan dan atribut Baris Pendhem juga pengawal khusus yang dibentuk papanya dikenakan kurang dari dua menit. Sudah kesekian kali kedua pasukan dalam hubungan pernikahan itu berlomba dan memperoleh kemenangan yang seimbang.

Waktu sepuluh menit adalah perkiraan mengenakan busana pengantin yang dipakaikan ke Olivia.

Pak Rudi, papanya Olivia juga memperhitungkan drama yang akan dilakonkan Olivia termasuk kerewelan dan cerewetnya. Yang yakin suaminya pasti bisa mengatasinya.

Apalagi dibantu para Women Warriors yang paham betul lagak dan perilaku Olivia.

Perhitungan yang jauh meleset karena ditunggu lebih dari tiga puluh menit. Ruangan dimana mereka berada malah sunyi-senyap.

Semua sempat was-was dan curiga tidak ada aktivitas disana.

Ternyata!

Couple Goals semua pihak itu tidak mendengar pintu dibuka oleh Rita yang memberi isyarat pada para pengiring pengantin hanya dengan mengangkat bahu.

Mas Sena dan pak Rudi saling berpandangan. Seolah mereka bisa menebak situasi yang sebenarnya terjadi.

Mereka bersama-sama menengok ke dalam sementara para Women Warriors kompak mengeluarkan diri dari ruangan sambil mendecak dan geleng-geleng kepala.

Mas Sena langsung berkacak pinggang sementara pak Rudi menyedekapkan tangannya ke dada.

Sementara pasangan yang sedang ditunggu -tunggu itu malah asyik saling diam menatap. Bikin pegal yang melihat tapi nampaknya mereka berdua lebih menikmati keberduaan mereka seolah dunia milik berdua sedang yang lain hanya singgah saja tidak punya hak tinggal.

Dan tidak ada kelakar karena ibunda ratu datang dengan peralatan upacara menyambut pengantin.

Beliau bermuka serius sehingga semua segan hanya untuk tersenyum.

Yang makin resah Olivia.

Pasti beliau sudah tau apa yang terjadi pada putra mahkotanya itu.

Yakin ketika ibunda ratu menatapnya seolah menuntut penjelasan dan pertanggungjawaban darinya.

"Mungkin!

Andi bisa bertindak sebagaimana seorang Sambo!"

Ibunda ratu menyebut tokoh kasus pembunuhan polisi terhadap polisi bawahannya yang tengah viral.

Beliau sambil memberikan Air Perwita Sari pada kedua mempelai yang duduk setelah diperciki air tujuh sumber sebagai simbol pembersihan jiwa.

"Pasti!

Demi nama baik keluarga apapun akan dilakukan!

Meskipun itu dengan mengorbankan seseorang yang terpilih sebagai resiko terendah!"

Kali ini diundang para awak media. Tidak secara kekeluargaan seperti di rumah keluarga Olivia.

Tapi sepertinya hanya Olivia dan ibunda ratu yang mengetahui persis pembicaraan itu.

Yang terlihat di depan kamera justru keakraban Ratu Memetri dan menantunya itu. Dengan caption :

'Kira-kira apa yang disampaikan Sang Ratu pada menantunya itu?'

*****