webnovel

Part 21. Rahasia

.

Ingin tau karakter orang yang sesungguhnya bisa diketahui dari reaksi spontan yang terlihat ketika menghadapi situasi tak terduga.

Pemikiran Olivia memang dewasa. Jika sekilas melihat kejadian yang menimpanya itu maka orang yang baru mengenalnya takkan percaya. Syukurlah video itu hanya milik keluarga.

Olivia baru mau makan mendadak menangis kejer saat lengannya terkena kotoran. Mirip anak kecil yang kehilangan mainan kesayangannya. Hilang sifat dewasa sebagai anak pertama yang digambarkan oleh para psikolog.

Oh, tidak!

Olivia anak tunggal dan jadi anak bungsu di  keluarga budhenya. Kemandiriannya luntur oleh perhatian keluarga besar yang cenderung memanjakannya.

Andi memang rutin mengecek monitor yang memperlihatkan cctv di ruangan yang ditempati Olivia dalam sangkeran.

Sementara Mang Asep, asisten Papa yang getol medsos selalu memberitahu hal-hal yang menurutnya janggal. Terkhusus dari akun Teteh sepupu kesayangannya itu.

Dan bersama papa sering mendiskusikannya. Andi bersyukur keluarga besar Olivia sangat awaraness mengenai itu.

Kalo netizen mengkritik di komen beda dengan Mang Asep.

"Unggahan berjamaah di tanggal yang sama dan di tempat yang sama tuh perlu dicurigai nggak, Den?"

Mang Asep dengan kata-kata yang menggelitik untuk dikomen balik. Kekeuh Mang Asep manggil Andi dengan embel-embel 'Den' padahal Andi menolaknya. Demi kenyamanan katanya. Soal keras kepala bukan dimiliki oleh Olivia seorang...

Huft!

Mang Asep mencoba merebut perhatiannya dari update berita terkini yang sedang dibacanya. Sepinter Scrip writer bikin headline di kolom gosip.

"Bersama belum tentu bareng, kan Mang? "

Andi menurunkan hapenya ganti menatap layar hape Mang Asep yang disodorkan padanya.

"Meski foto sendiri-sendiri.. Jangan sepelekan unggahan di tempat yang sama dan di tanggal yang sama, Den! Ibnu Jamil dan Ririn Ekawati.. mereka selebritis duda dan janda jadi viral kan gegara ituh! Dikulik wartawan akhirnya mengakui sedang bersama dan sekarang kabarnya akan segera menikah, Den! Dan ini bareng mantan! Mantan, Den…? Balik ke mantan.. mantan lagi.. balik lagi.. Gimana Teteh? Pusing Mamang, Teh? Kenapa nggak jagain perasaan keluarga aja, Teh? Kan Teteh bukan bocah kemaren sore lagi? Udah pantes mah nimang anak kayak Neng Ipeh!"

Tuh! Kalimat provokatif Mang Asep persis komentar netizen julid. Kalo di medsos udah rame, pasti!

Mang Asep nyebut istrinya, Teh Afifah yang seumuran Olivia dengan sapaan mesra 'Neng Ipeh'. Mereka sudah punya dua anak balita yang sedang lutju-lutjuna.

Ya ampun, Sayang! Ulahmu bener-bener! Andi dengan hati-hati menarik nafas panjang. Berharap kesabaran lebih melegakannya. Dan Andi sudah berusaha memberi batas toleransi agar terhindar virus bucin yang lebih berbahaya dari Covid-.

Sebelum ada lamaran itu berapa lama, sih  Olivia di sangkeran?

Sampai kapan Olivia bisa memaknai suatu hubungan dengan lebih bertanggungjawab?

Bukan hubungan yang bisa ia perbaiki atau dirusak selagi ia ingin. Seperti kanak-kanak yang merajuk bila menginginkan sesuatu. Begitu didapat maka selesailah sudah sampai disitu.

Tidak mendapatkan yang ia ingin maka ia akan meninggalkannya.

Padahal yang diperlukan baginya kadang hal yang tidak ia inginkan. Maka komitmen menjadi hal yang tidak berguna lagi. Apatah lagi menjaga rasa?!

Itulah mengapa inner child mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan. Pengaruh yang buruk untuk suatu hubungan.

Biarpun gejala inner child lebih kentara saat berada dalam tahap mengasuh tapi begitu nampak jelas beberapa kali. Sampai Andi bikin resume khusus untuk itu.

"Tidak setiap saat kamu bisa menjaganya! Baik rasa, pemikiran, maupun perbuatannya. Kalau kamu sudah menetapkan pilihanmu padanya.. sudah! Pasrahkan dia pada Pemiliknya, Khlaliq-nya! Semoga Allah Menjaga dan melembutkan hatinya.. membolak-balik hatinya! Kalau Olivia memang ditakdirkan menjadi halal bagimu pasti Allah pertemukan kalian kembali dan Persatukan kalian dalam pernikahan. Dari sekarang belajarlah untuk ikhlas!"

Ibunda Ratu mengingatkannya berkali-kali.

Tidak semudah mengungkapkan ternyata

Belajar ikhlas

>_<

Andi akhirnya menyempatkan untuk menelisik gelagat inner child dalam diri Olivia.

Bagaimanapun tidak ingin orang yang dicinta ( Allah Beri cobaan titipan rasa ) salah mengartikan makna bahagia yang sebenarnya dengan bahagia semu.

Karena bahagia yang sejati adalah rasa syukur atas nikmat yang telah Allah Beri

bukan kesenangan sesaat yang menipu.

Begitu tau kunci bahagia itu. Kau akan tau kebahagiaan bukan hanya kemudahan dan kesenangan semata tapi juga tentang kesukaran dan kesusahan.

"Sebagai Papanya terlalu sibuk semasa kecilnya hingga mengabaikannya. Sekarang baru Papa menyesalinya dan ingin memperbaiki kesalahan-kesalahan Papa! Bantu Papa, Nak!"

"Tapi… kenapa saya, Pa! Belum tentu.."

Sungguh! Andi tidak mau berspekulasi mengenai hubungannya dengan Olivia waktu itu.

"Hanya cinta tulus yang mampu menyembuhkan luka masa lalunya!"

"Pa! Healing itu dari dirinya sendiri sedang orang lain hanya bisa mendukungnya!"

"Yakini perasaanmu, Andi! Kuatkan hati! Selanjutnya biar Tuhan Semesta Alam Yang Tentukan! Papa sudah percaya padamu dan merestui hubungan kalian! Berjuanglah, Nak! Kami pasti berdoa untuk kebaikan kalian!

Andi tersenyum mengingat telah mendapatkan restu dari mertua. Eh?

"Lo bikin akal-akalan apalagi, Lo? Senyum-senyum nggak jelas! Muna, Lo!"

Rafa nyolot.  Andi hanya mendengus tanpa menanggapi omongannya. Buyar sudah lamunannya.

Mereka bertiga, pria pejuang cinta sedang berada di sebelah ruang panitia. Di ruangan ratusan monitor yang menyala.

Syukuran Milad Andi sudah selesai barusan. Menyesuaikan aturan jam malam dan pembatasan durasi acara. Tapi ketiga lelaki tersebut harus menyelesaikan urusan. Malam itu juga.

"Eh Kerupuk!  Bisa diem nggak, sih?! Kerupuk enak krenyesnya kalo pas digigit doang jadi jaga kerenyahanmu biar nggak melempem sewaktu orang makan!"

"Mau makan orang maksudmu? Emang gue makanan apa? Lo pikir tidak bisa makan kamu, apa?  Dasar Remahan Biskuit!"

"Mending biskuit biarpun remahan ada telurnya daripada kerupuk yang cuman angin doang! Hati-hati, Lo! Jangan sampai menghina nazab Rasulullah, ya! Bani Hasyim itu nazab Rasulullah yang makna katanya remukan roti jadi hati-hati dengan istilah itu!"

Bule Arab itu akhirnya berhasil membungkam mulut si Sadboy. Benar-benar 'Sadness'.

Ayolah Andi!

Belajar ikhlas!

Ok's!

Andi mencoba menasihati diri sendiri.

"Aku kenal Olivia luar-dalam! Jauh lebih baik dari kalian! Hubungan keluarga kami lebih dari saudara! Kalian tau hubungan seperti itu tidak mempan dirusak oleh provokator!"

Rafa berdiri.  Gilirannya yang pertama sesuai kesepakatan ketiganya

"Hanya saat bersamaku lah, Olivia  menjadi dirinya sendiri! Ceria, perhatian, humble, sosoknya dirindukan.. Tidak menjadi orang lain yang tidak ia ingin! Penuh kepura-puraan!"

Andi dan Malik kompak memandang ke arah si Sadboy lantas saling berpandangan tanpa ekspresi dan tanpa sepatah katapun. Serempak berpaling ke arah lain. Sadboy keluar menuju dimana Olivia berada. Bicara dari hati ke hati dengannya guna meyakinkan pilihannya. Secara privasi dalam pengawasan walinya. Sengaja ruangan itu dimatikan speaker sound-nya tapi tidak dengan gambar ccctv-nya.

"Dia ingin menjadi bayangan Olivia! Seharusnya dia bisa menjadi saudara atau sahabat yang baik daripada memaksakan kehendaknya menjadi teman hidup… Toxic!"

Andi mengernyit

"Jangan bilang kamu kalah langkah dari seorang Rafa!"

"Ha.. ha.. ha.."

Malik sekilas menyeruput kopi hitamnya yang tanpa gula. Baik untuk pencernaan katanya saat asisten menyiapkan untuknya

"Aku sadar kalau bucin itu penyakit yang perlu diwaspadai jadi aku memutuskan tidak akan lanjut untuk komitmen bersama Olivia!"

"Kamu tidak boleh lari dari tanggung jawab!"

"Sudah jelas, Tuan Andi! Keputusan Olivia ada pada satu nama! Sadboy itu aja yang nggak peka! Benar-benar.... 'Sad Boy!"

Malik pindah duduk di samping Andi. Dilihatnya di Sadboy sedang keluar dengan santai sesekali mencoba bersiul. Seolah akan mendapat lemparan segepok uang. Yang pasti sakit mah kalo kena lempar.

"Aku yakin Olivia menjadi lebih baik jika bersamamu! Aku doain kebaikan untuk kalian berdua! Semoga jadi kado terindah di miladnya Olivia..."

Malik merangkul pundak Andi

"Setelah kita jalan sejauh ini aku salut dengan keluasan hati seorang Andi Kusuma! Terima kasih! Telah memberikan kami kesempatan!"

"Sungguh! Itu bukan apa-apa dibandingkan apa yang telah kalian lakukan untuk Olivia! Saya hanya menarik garis batas toleransi karena komitmen menuju pernikahan tidak boleh lebih dari 6 bulan! Bukankah proses ta'aruf itu paling lama 3 bulan?"

Malik mengangguk setuju. Mengalirlah obrolan minus Rafa. Entah kemana itu bocah tengil asal tidak merusak suasana aja masih aman di Sadboy.

Andi dan Malik kompak mengubah gaya pacaran atau teman tapi mesra menjadi metode ta'aruf.  Belajar menjadi pejuang cinta sejati yang tidak menjadikan hasil sebagai tujuan namun Ridho Allah landasannya. Dan bagaimana menjalani prosesnya itulah perjuangan sebenarnya. Banyak pakar muda, hot Daddy- hot Daddy pegiat dakwah yang memandu mereka. Dan Andi memang fokus pada satu nama. Ternyata Olivia dengan penuh kesadaran mengikuti grup terbatas yang mereka ikuti. Jadi esensi pengenalan yang penting dalam hubungan membina rumah tangga bisa dilakukan dalam grup tersebut.

Malik sempat mengungkapkan alasan mengapa tidak ingin lanjut mengenai hubungannya dengan Olivia.

Sekaligus mengingatkan  kalau lelaki lebih banyak menggunakan logika dalam bertindak dibandingkan dengan perasaan.

Malik DM via IG postingan berisi Nasehat dari aktor senior Roy Marten untuk anak lelakinya, Gading agar tidak memilih wanita yang setiap punya masalah malah pergi ke pelukan lelaki lain. Mungkin menyangkut kasus pornografi yang melibatkan Giselle Anastasia telah membongkar penyebab yang sebenarnya dari perceraian mereka.

Seperti halnya keluarga Andi, keluarga Malik juga melakukan penyelidikan khusus tentang siapa Olivia. Tak lupa menguji gadis itu dan mengorek masa lalunya.

"Olivia pernah kehilangan figur seorang ayah di masa kecilnya. Bersyukur dia tidak kehilangan selamanya! Cuman gimana aku mampu membantunya menyembuhkan luka sedangkan aku sendiri tidak yakin bisa menjaga rasa?!"

Malik juga mengaku tidak pandai menggombal. Kata-kata absurd yang biasanya disukai wanita.

Andi nyengir mendengarnya. Sepertinya Olivia lebih suka dipuji dibanding dilontar dengan kata-kata konyol semisal; lautan kusebrangi untuk menemukanmu.. kejauhan! Kalo nyatanya si dia ada di hadapan kenapa buang-buang waktu menyebrangi laut segala?

Atau rayuan ala Deny Cagur; 

'kamu penyuka anjing, ya ( = kok, tau? )

Abis kamu lucu'

Duh!

Kalo Olivia denger ini pasti bikin mikir seribu kali buat nerima Andi. Maksudnya, sih nyindir tapi malah nyinyir..

Ya Allah! Tolong Olivia Ya Allah! Masih banyak cara menyukai anjing dan masih banyak piaraan yang bisa disayangi…

Malik sudah pamit! Tinggal Andi sendirian. Merenung dan merenung. Realisasi tentang gambaran masa depannya masih mengabur. Hanya doa dan doa yang membantunya. Mencoba untuk pasrah. 

Termenung! Merunut lagi apa ada langkah usahanya yang salah dan malah membebaninya.

Sampai ada suara pintu terbuka tidak didengarnya. Sempat terkejut dengan genggaman di bahunya.

"Kami sedang menunggumu tapi kamu malah disini?"

Andi tidak langsung menjawab. Menoleh meski tidak menatap yang perlahan masuk dengan wajah tertunduk. Papa membimbingnya untuk duduk di sampingnya. Membelakangi monitor di hadapan Andi.

"Ini sudah larut malam, Pa! Apa sebaiknya kita rehat saja?"

"Kalian harus menyelesaikan urusan kalian malam ini! Masih ada sisa malam untuk kalian istirahat di perjalanan!"

"Kalau sekiranya itu lebih baik menurut Papa.. kami tinggal ngestok'aken dhawuh!"

"Bukan hanya Papa.. tapi kami para sesepuh semua termasuk ibundamu!"

"Belum, Pa! Keputusan ada pada Putri Papa apa dia mau dan sanggup menempuh perjalanan itu atau tidak! Andi belum mengatakan sesuatu hal yang penting untuk dipertimbangkan kembali oleh Putri Papa!"

Pak Rudy unjal landhung.

"Baiklah! Segera bicarakan apa yang ingin kalian bicarakan agar tidak ada lagi ganjalan di hati masing-masing…!"

Pak Rudy merangkul pundak putrinya dan mencium keningnya.

"Papa pingin berbaring sebentar!" Pak Rudy beranjak ke sudut yang agak terpisah.

Andi dan Olivia nyaris berhadapan. Sama-sama menggenggam tangan sendiri. Olivia memangku tangannya dan Andi bertumpu pada lututnya.

"Sebenarnya, aku bukan pewaris tunggal kerajaan bisnis Memetri! Ku harap dirimu tidak menjadi bagian dari polemik yang mungkin terjadi karena keluarga besar kami telah mengantisipasinya sedari awal.. "

Olivia terlihat menatapnya dengan mata melebar

"Bukan maksudku ingin menuduh.. "

Begitu tatapan mereka bertemu, gelegak itu menyurut dengan sendirinya

"Aku bilang ini di awal agar dirimu bisa memahami bahwa urusan itu tidak ada kaitannya denganmu tapi berpengaruh besar dimasa depan kita apabila.. jika! kita nantinya bersama!"

Andi seperti menegaskan makna seandainya

"Aku mengatakan bahwa aku bukan pewaris tunggal berarti suatu saat aku harus mengembalikan hak waris tersebut pada  yang berhak. Bahwa apa yang kumiliki sekarang bukan milik aku nantinya dan itu artinya untuk suatu penghidupan yang layak… kita… harus memulai semua dari awal untuk mencapai penghidupan yang kita inginkan!"

Andi berhenti. Memberi kesempatan lawan bicaranya untuk berpikir tanpa menatapnya. Hanya memperhatikan jemari tangannya sendiri yang saling mengait

"Aku tidak akan memaksakan pilihanmu! Kamu wanita merdeka yang berhak menentukan masa depanmu sendiri! Terserah padamu, Olivia… !"

Tidak ada jawaban?

Perlahan menatap Olivia. Sekilas memang! Tapi Olivia tidak membalas tatapannya. Gadis itu menunduk meremas-remas tangannya sendiri. Sudut matanya basah. Sekejap hal yang bikin Andi gusar.

Tetapi Andi sekuat tenaga menahan diri. Tugasnya hanya mendampingi dan sebisa mungkin menyadarkan lawan bicaranya pada dirinya sendiri. Teori yang belum tentu berhasil. Hanya harapan di setiap bentuk ikhtiar.

***