webnovel

Part 18. Godaan (2)

KELUAR!!!"

Suara Andi yang menggelegar mengagetkan para pengawalnya. Cepat-cepat semuanya segera keluar. Apes yang sedang bengong. Kena bogem mentah.

Layar di sebelah-menyebelah mendadak dimatiin. Hanya di depan si Boss yang menyala tapi tidak bisa dilihat layarnya karena tertutupi penuh dengan badan Boss yang berkacak pinggang penuh amarah.

Mereka sudah adem ayem Formasi pengawalan seperti yang direncanakan.

Si Boss memperhatikan layar cctv dengan seksama. Sirkuit sesederhana mungkin yang khusus dipasang di ruangan yang dipilih Olivia sebagai favorit me time-nya. Posisi yang diinginkan Andi sebenarnya sekaligus tempat yang paling rawan. Semua sudut bisa mengawasi kesana tapi secara sistem tidak bisa disabotase dengan metode apapun. Ruangan Olivia termasuk kamar tidur dan toilet.

Setiap kekurangan ada kelebihan. Andi menyadari hal itu. Bukankah kekurangan itu adalah kelebihan? Begitupun sebaliknya.

Tak dinyana Andi membuat mereka kocar-kacir lari keluar dari kamar pribadinya. Cepat-cepat menghapus file pada saat-saat yang tidak diinginkan tersebut. Lalu memeriksa kembali kalau-kalau ada yang tersisa. Andi benar-benar tidak rela. Wajahnya memerah antara marah sekaligus... gairah.

Andi tidak bisa mengatakan apapun alasan sikapnya pada yang lain. Ia tau harus menjaganya dari siapapun. Berharap Olivia melakukan hal yang sama. Menjaga dirinya sendiri. Minimal dari pandangan yang tidak senonoh.

Begitu sensitif masalah ini bagi seorang wanita. Tak terkecuali bagi Olivia.

Entah bagaimana memberitahukannya bahwa wanita mempunyai perhiasan yang begitu berharga bagi suaminya kelak. Suamilah yang berhak atasnya. Dan tabiat wanita memang menampakkan perhiasannya. Kelebihannya! Semoga Allah memberikan kesadaran itu…

Sedangkan kelemahan pria ada pada pandangannya. Bagaimana bila pria dihadapkan pada perhiasan yang ditampakkan namun belum berhak dijamahnya? Andi menyaksikan bagaimana Olivia membuka seluruh pakaiannya dengan gerakan yang...

"Boss kenapa jadi  berubah sekarang? Ntar baik ntar galak? Ngamuk nggak kira-kira..?"

Yang kena bogem sambil menahan pipinya yang sakit menatap pintu yang tertutup dengan merana.

Temannya yang lain memastikan pintu kamar si Boss sudah terkunci rapat dari dalam.

Gerimis membuat mereka berteduh di gudang.  Sisi ruang yang digunakan untuk menyimpan persediaan rumah ini bukan sembarang gudang. Penampilannya mirip Hypermart ternama yang cabangnya ada dimana-mana. Bebas milih tapi berlaku kuota. Yang bikin bebas adalah fasilitas berbatas namun lebih dari cukup untuk memanjakan pegawai di rumah Sultan.

Para pengawal kompak memilih kopi panas dan singkong goreng krispi instan yang baru saja digoreng untuk menemani sepanjang gerimis malam yang belum larut itu.

Tetiba ada suara bercebur di sungai. Dua pengawal bergegas menelisik ke arah suara. Beberapa saat bagi kedua pengawal itu mengamati keadaan. Keduanya lantas berpandangan.  Tidak melakukan tindakan apapun selain mengamati dari jauh.

Daerah aliran sungai yang membentuk cekungan mirip kolam yang terbentuk alami. Sering dipakai untuk solobivak yang dimulai dari sana.  Dan sekarang Big Boss terlihat sedang merendam diri disana. Dingin-dingin begini?

Seorang pengawal berlari ke kolam. Memperlihatkan hape yang tengah berdering. Membuka mode jawab;

"Perwara!"

"Siapkan Sandi Pacak!"

Andi bergeming dari tempatnya. Tubuh berototnya tersiram cahaya bulan. Langsung aja menyambar pakaiannya dan memakainya tak peduli masih basah juga. Yang dia pedulikan keselamatan gadisnya.

Masalahnya jarak yang jauh membentang diantara mereka. Benar situasi dalam kendalinya. Namun rasa khawatir itu masih tetap ada. Informan khusus mengabarkan Olivia dekat dengan seseorang yang mirip sama Andi. Bukan salah satu saingannya yang terang-terangan melamar secara resmi.

Menjaga hati lebih rumit daripada menjaga keselamatan. Bisa jadi menjaga hati masing-masing itu perlu tapi menjaga hati bersama-sama itu pilihan. Walaupun Andi sudah berusaha memulainya namun kesepakatan itu belum terjalin dengan Olivia. Bagaimana Andi bisa tenang coba?

Karena kenyamanan bisa mempengaruhi kecenderungan hati Olivia. Maka ibunda ratu masih ingin menguji kembali kesetiaan Olivia.

Apa sekarang bersamanya adalah ujian untuk Olivia dari Ibunda Ratu?

Di lain pihak

Dodo malah bergidik ngeri. Bagaimanapun, Olivia adalah gadis pilihan Andi. Dodo telah berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi pengawal pribadinya. Termasuk Olivia.

Tidak dipungkiri bagi seorang Dodo, Olivia memang cantik. Perlikunya baik. Mudah dekat dengan siapa saja. Baik sebangsa perempuan maupun lawan jenisnya. Yang menurut Dodo itu justru kekurangan fatal bagi seorang Olivia. Apa jadinya bila kekurangan itu diadu dengan sifat posesif Andi?

Entah bagaimana pertarungan ego masing-masing bisa dikendalikan demi kebersamaan hubungan Andi dengan Olivia. Dodo sekarang sedang menjalani peranan menjadi batas keduanya. Dan Dodo tidak bisa mengelak dari tugas tersebut meski sudah menolak sedari awal. Kesetiannya pada keluarga Andi, keluarga yang telah membesarkannya tengah diuji.

Berdekatan dengan Olivia malah membuat Dodo resah. Ia berusaha menjauh dengan memberikan tugas pengawasan pada asisten pilihan ibunda ratu untuk Olivia. Hal yang dilakukan Dodo selanjutnya adalah bersegera mengembalikan Olivia dalam perlindungan Andi sendiri. Toh, beberapa kali Andi memintanya langsung. Sungguh, campur tangan ibunda ratu kali ini menyulitkan posisinya.

Dodo tidak boleh mendikte keputusan Olivia. Tapi Olivia sendiri yang meminta tinggal di rumah dimana perlindungannya oleh papanya sendiri. Dan ruangan yang dipilihnya adalah milik Andi.

Huh! Syukurlah Olivia membuat keputusan tepat dengan pulang kembali ke ibukota. Tanpa disadarinya bahwa hal itu juga sama artinya dengan menetapkan pilihan hatinya. Dodo bisa berlega hati sementara ini.

Ingat!

Sementara...

Bagaimana jika Andi tau nantinya?

*******