webnovel

Tantangan Dari Malik

Jangan meninggi karena kamu bukan langit. 

***

"Suci kurang apa sama kamu sehingga kamu tinggalkan dia?" Hal yang tak terduga kini terjadi dengan kesadaran yang sangat penuh Malik menurunkan intonasi suaranya. Tidak ada lagi Malik yang dengan tingkat arogansi tinggi. 

"Suci Indah Lestari, dia adalah definisi dari wanita yang nyaris sempurna di muka bumi ini. Hampir tanpa cacat. Jika yang tulus saja tidak bisa membuatmu luluh, lantas apa lagi yang kamu harapkan di luaran sana? Tidak ada wanita yang sesempurna Suci di muka bumi ini." Firman hanya dia dengan raut wajah yang tak terbaca sama sekali kali ini. Malik yang terlalu pintar ataukah Firman memang yang pada dasarnya sulit untuk berubah? Entahlah tidak ada yang tahu pasti akan hal itu. 

"Tanpa cacat kamu bilang, Kak?" tanya Firma dengan nada yang penuh dengan penekanan di setiap katanya. 

"Apakah pertanyaanmu bisa aku katakan sebagai bentuk kalau kamu telah kehilangan fungsi pendengaranmu, hah?" tanya Malik dengan sorot mata yang tak ubah seperti seekor singa kelaparan yang sangat siap untuk menerkam mangsa yang ada di hapannya saat ini. 

Tentu saja yang akan menjadi bulan-bulanan dari Malik adalah Firman.

"Lalu hamil di luar nikah, punya anak tanpa adanya ikatan pernikahan, kamu sebut apa itu, Kak?" Untuk saat ini Malik tidak bia untuk dia saja. Dia kehilangan kontrol atas dirinya sendiri saat ini. Dan Firman ada penyebab utama dari hal itu terjadi. 

"Kamu itu punya otak  apa gimana sih?" tanya Malik dengan penuh emosi. Malik telah menganggap Suci layaknya adik sendiri, jadi saat ada yang mengusik wanita itu sudah menjadi kewajibannya untuk turun tangan langsung.

"Suci memberikan kehormatannya pada kamu, dia melakukan itu hanya dengan kamu dan sekarang kamu mengingkari hal tersebut. Ada otak nggak sih?" Semakin ke sini Malik tidak bisa lagi untuk menahan dirinya. Apalagi dia sendirian di sini. Jadi akan sangat mudah untuk dia mengikuti apa yang emosinya inginkan. 

"Kami hanya melakukannya sekali, jadi sangat tidak mungkin untuk adalah anakku," bantah Firman atas apa yang dikatakan Malik dan itu semakin mengikis rasa sabar yang dimiliki oleh seorang Malik Bagaskara. 

"Kamu itu islam 'kan? Kamu tidak lupa dengan apa yang tertulis dalam Surah Yasin ayat 82? Semua yang menjadi teorimu akan kalah dengan apa yang tertuang dalam ayat itu!" kata Malik dengan tegas bahkan dia tak segan-segan untuk menghunuskan jari telunjuknya tepat di hadapan Fiman. 

"Jangan mengajariku tentang agama kalau kamu saja suka ama wanita yang notabenenya adalah istri orang. Lagi mengasah bakat jadi pebinor, ya?" 

BUG!

Satu hantaman mendarat dengan sangat kuatnya di sebelah pipi milik Firman. 

"Kamu—" 

"Apa? Aku kenapa?" tanta Malik dengan nada menantang dan juga sedikit mengangkat dagunya. 

"Kamu lihat di sana, itu ada CCTV. Aku bisa—"  

"Menjeratku dengan pasal 351, begitu maksudmu?" Mereka berdua adalah pengacara jadi sudah menjadi hal yang sangat wajar kalau mereka bisa saling memahami satu sama lain untuk saat ini. 

"Aku juga punya ini, Man. Sound recorder! Jadi bagaimana mau dilanjutkan drama lapor melapor ini?" tanya Malik dengan jumawanya. Kalah dan menyerah adalah dua kata yang tidak mungkin terlontar begitu saja dari kedua bibir ranum milik Malik. 

"Pebinor kamu bilang tadi? Ingat, Man. Kita itu berbeda, aku tidak pernah sebrengsek kamu." 

"Aku akui aku memang suka Ghea. Tapi untuk merebut kehormatan wanita lalu meninggalkannya dalam keadaan hamil itu bukan sikapku, melainkan jati diri Firmansyah Satria Utama yang tidak banyak orang tahu." Dengan apa yang tadi Malik katakan itu sudah lebih dari cukup untuk membungkam bahkan menghambat laju penyerangan yang ingin Firman lakukan. 

"Jangan bicara tanpa ada bukti, Kak!" Untuk kali ini Malik tidak ingin lagi untuk ditindas oleh Malik. Semuanya sudah cukup, meski pada akhirnya dia tetap saja tidak yakin bisa mensejajarkan dirinya dengan seorang Malik Bagaskara. 

"Bukti, ya? Kamu mau bukti? Ya udah, ayo kita tes DNA." 

JLEB!

Apa yang menjadi keinginan Malik berhasil membuat lidah Firman menjadi keluh, dia tak tahu lagi harus berkata apa setelah ini. Malik berhasil membuat Firman tidak bisa berkutik lagi. 

"Tes DNA?" ulang Firman dengan nada yang tidak percaya atas saran yang diberikan untuk Malik. 

"Iya. Kenapa? Takut, ya?" tanya Malik dengan menarik ujung bibirnya membentuk senyum durjana di sana. 

"Tapi kalau terbukti anak Suci bukan anakku bagaimana?" Itu bukanlah tantangan, tapi usaha untuk terlihat baik-baik saja. Sayang apa yang diusahakan oleh Firman hanya akan berakhir sia-sia karena kedua manik mata milik Malik telah menangkap semua gerak-geriknya yang aneh. 

"Saham milik Bagaskara, 15% milik kamu. Tapi kalau terbukti Mentari adalah anakmu, kamu hanya perlu melakukan dua hal." Sebelah alis milik Firman terangkat naik saat mendengar apa yang dikatakan oleh Malik. Sayangnya untuk saat ini kondisi stimulus otak milik Firman tidak sedang baik-baik saja, jadi dia tak bisa memahami dengan baik apa yang dikatakan oleh Malik. 

"Apa?!" tanya Firman yang pada akhirnya memilih untuk menyerah dalam memahami apa yang ada dalam pikiran milik Malik.