webnovel

Forgive Me, Snow

Dia Little Snow yang harus tinggal bersama dengan ibu tirinya dan juga harus menerima semua banyaknya kebencian orang-orang yang ada di sekitarnya. Kehidupan Snow tak seindah dengan kehidupan Snow yang ada di film Disney. Snow harus berusaha untuk menerima semua kehidupannya yang begitu menyedihkan dan selalu dianggap tak berguna oleh semua orang yang ada di lingkungannya. Snow tak pantang menyerah, dia lebih memilih untuk menerima semuanya dengan ikhlas. Ah... Apakah Snow akan berakhir happy ending sama seperti film Snow White pada film Disney yang dia tonton? *** "Anak sialan! Kamu hanya menumpang di rumah saya, jadi kamu harus bekerja lebih banyak untuk saya!" - Andin Acheyya. "Wanita menjijikkan seperti lo itu nggak pantas untuk ditolong dan dikasihani." - Aldean Pranegara. "Dia adalah Puteri di dunia nyata. Tidak seperti kamu yang berperan sebagai iblis di dunia nyata, Kinara!" - Anggara Arcale "Snow selalu di bawah gue! Dia nggak akan pernah berada di atas gue!" - Kinara Acheyya "Aku tidak butuh harta ataupun sejenisnya, aku hanya butuh kasih sayang dan juga sedikit kebahagiaan. Itu sudah cukup dan sudah banyak bagiku." - Little Snow. *** Ikuti kisah Little Snow di dalam buku ini. Selamat membaca ^^

Fitriani_nstr · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
134 Chs

Aldean Berubah Baik?

Snow tersenyum bahagia sambil sesekali dia berteriak dengan begitu senang.

Semua orang yang melihat tingkah Snow hanya mengerutkan kening mereka sambil sesekali berkata jikalau Snow sudah memiliki kelainan otak.

"Ih... Itu si buluk kenapa kayak orang bego, sih?! Kenapa kerjaannya kayak orang bego gitu?" tanya salah seorang murid sambil memandang Snow dengan jijik.

Snow menghentikan langkahnya, lalu menatap murid itu dengan perlahan.

"Hahaha... Palingan dia cuma lagi cari perhatian doang, kan?" tanya salah seorang murid lainnya.

Snow yang tadinya merasa bahagia langsung menundukkan kepalanya sambil menahan rasa sakit hatinya, kalimat semua orang untuk dirinya benar-benar sangat menyayat hati.

"Nanti lihat aja deh kalau dia udah ketemu sama Dean. Paling langsung nangis dia," kata salah seorang murid lainnya.

Snow perlahan melangkahkan kakinya dan berharap jikalau dia tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh seluruh murid-murid itu.

Baru saja Snow melangkahkan kakinya beberapa langkah, tetapi dia langsung menghentikan langkahnya karena seorang murid dengan sengaja menyandung kakinya.

Snow menundukkan kepalanya sambil menghela nafas panjang, dia berusaha untuk tetap bersikap baik-baik saja, walaupun di dalam hati dia sangat ingin menangis saat itu juga.

"Wow! Pertunjukan apa ini?!" tanya seseorang dengan begitu antusias saat melihat Snow terduduk di atas lantai.

Snow menatap orang itu tanpa berkedip, lalu kemudian dia menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sedihnya.

"Kalian apa-apaan, sih?! Kenapa jahat sama teman, sih?!" tanya pria itu dengan nada suara meninggi. Ah... Lebih tepatnya, nada suaranya yang dibuat meninggi.

Snow tahu apa isi dari otak licik pria tersebut, dia lebih memilih diam dan memperhatikan drama yang dibuat oleh Aldean.

Ya, orang yang baru saja datang dan sok membela Snow adalah Aldean.

Aldean perlahan berjongkok dan menyamakan posisinya dengan Snow.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Aldean dengan nada suaranya yang lembut kepada Snow.

Snow bergeming, sedangkan Aldean masih setia untuk menatap Snow.

"Ini anak lagi belajar jadi orang bisu nggak, sih?" tanya Aldean dengan nada suara yang dibuat sedih.

Aldean perlahan menggerakkan tangan kanannya untuk merengkuh wajah Snow, sedangkan Snow langsung mengangkat pandangannya untuk menatap Aldean.

Aldean tersenyum lebar kepada Snow.

"Salju kenap sedih banget kayak gini, sih?" tanya Aldean.

Snow menggelengkan kepalanya perlahan.

"Lalu?" tanya Aldean sedih.

"Nggak usah sok peduli dengan aku. Aku tahu kalau kamu benci sama aku," kata Snow pelan, tetapi masih bisa di dengar dengan jelas oleh Aldean.

Aldean tersenyum sinis.

"Ah... Lo bilang kalau gue sok peduli sama lo?" tanya Aldean.

"Hah... Gue itu beneran peduli sama lo, Salju," kata Aldean lembut.

Snow bergeming.

"Gue peduli banget sama lo, Salju," ulangnya lagi dengan lembut.

Snow menatap Aldean dan Aldean mengangguk secara perlahan.

"Sini gue anter lo balik ke rumah lo," tawar Aldean lembut.

Snow kaget dengan tawaran yang diberikan oleh Aldean.

"Ka... Kamu mau nganterin aku pulang ke rumahku?" tanya Snow tak percaya.

Aldean menganggukkan kepalanya.

Snow menatap wajah Aldean dan mencari kebohongan disana, tetapi dia langsung menganggukkan kepalanya sebagai jawaban karena dia yakin kalau Aldean benar-benar baik kepada dirinya.

Aldean tersenyum.

"Ya udah... Ayo kita ke parkiran," kata Aldean kepada Snow.

Semua orang yang ada disana menatap bingung ke arah Aldean yang begitu baik hati kepada Snow, mereka heran degan perubahan sikap Aldean, padahal yang mereka tahu kalau Aldean itu sangat benci dengan Snow. Tapi, mengapa Aldean tiba-tiba berubah baik kepada Snow.

Aldean berjalan menjauh dari perkumpulan semua murid yang ada disana sambil menggenggam tangan Snow, sedangkan Snow merasa begitu bahagia saat mendapatkan perlakuan baik dari Aldean.

"Tuhan... Terima kasih karena sudah membalikkan hati Aldean untuk bersikap baik kepada Snow," batin Snow di dalam hatinya dengan penuh rasa syukur.

Dari kejauhan, seseorang memperhatikan kedekatan Snow dan juga Aldean.

"Rencana apa yang lagi lo buat, An?" tanya orang itu sambil menghela nafas berat.

Dia tahu dan dia sangat yakin kalau Aldean tidak akan semudah itu untuk berteman dan bergaul dengan Snow.

***

Snow menghentikan langkah kakinya saat dia sudah berada di parkiran sekolah bersama dengan Aldean, pandangan matanya langsung beralih untuk menatap Aldean.

Aldean membalas tatapan Snow sambil tersenyum menyeringai dan detik berikutnya, Aldean mendorong tubuh Snow dengan keras hingga Snow terjerembab di atas tanah.

"Awww!" ringis Snow sambil memegang lututnya yang sedikit lecet karena dorongan dari Aldean.

Aldean perlahan membungkukkan badannya sambil menatap Snow dengan santai.

"Lo kira, gue beneran mau baik sama lo?" tanya Aldean, sedangkan Snow hanya melihatnya saja.

"Ogah banget gue mau baik dan berteman sama cewek buruk rupa kayak lo!" kata Aldean keras dan teman-temannya yang ada disana langsung tertawa keras.

Aldean berdehem pelan, lalu kemudian menarik rambut Snow dengan kasar yang pastinya berhasil membuat Snow langsung berteriak kesakitan.

"Gue minta lo kesini bukan mau pulang bareng. Tapi, gue mau kalau lo bersihkan semua mobil teman-teman gue yang ada disini. Ah... Jangan lupa buat bersihin mobil gue juga," kata Aldean tenang.

"Tapi, An. Ini bukan tugas Snow. Ini mobil kamu dan mobil teman-teman kamu, bukan mobil Snow," kata Snow pelan.

Aldean yang tadinya tertawa keras langsung menghentikan tawanya dan menatap Snow dengan tajam.

"Lo ngelawan gue?" tanya Aldean sinis.

Snow menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Nggak, An. Aku nggak ngelawan kamu, An," kata Snow.

"Aku cuma nggak terima kalau kamu minta aku untuk bersihkan mobil kamu sam mobil teman-teman kamu karena disini aku cuma pergi sekolah, An, bukan datang buat bersihkan mobil kamu dan teman-teman kamu," kata Snow menjelaskan.

Aldean semakin merasa begitu geram kepada Snow, lalu kemudian dia menggertakkan giginya karena kesal dengan Snow.

Aldean menarik rambut panjang Snow dengan keras dan emosi, sedangkan Snow langsung menjerit kesakitan.

"Lo dengarin apa kata gue, atau lo mau gue buat malu karena gak mau dengar apa kata gue?!" tanya Aldean.

"An... Sakit... Lepasin..." pinta Snow penuh permohonan.

Aldean tertawa pelan.

"Lo masih mau melawan nggak?!" tanya Aldean dan Snow langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat sebagai jawaban.

"Ampun, An... Ampun..." pinta Snow sambil berusaha melepaskan tarikan Aldean pada rambutnya.

Aldean tersenyum menang, lalu kemudian melepaskan tarikannya pada rambut Snow.

"Makanya! Dengerin apa kata Aldean dong!" seru salah satu teman Aldean sambil tertawa, sedangkan Snow hanya menundukkan kepalanya.

Bugh!

Aldean menendang kaki Snow dengan kesal, sedangkan Snow kembali meringis dibuatnya.

"Cepat cuci mobilnya! Nggak usah banyak gaya!" perintah Aldean dan Snow hanya bisa menghela nafas panjang, lalu mengikuti perintah yang diberikan oleh Aldean.