webnovel

Forgive: Got You Back

Tujuh tahun lamanya Emily memutuskan pergi dari mansion mewah milik keluarga Sky, meninggalkan semua kenangan manis maupun pahit disana. Emily meninggalkan semuanya bersama dengan patahan hatinya, hanya luka yang ia bawa pergi. tapi laki-laki itu masih sama, berkuasa dan masih begitu mengagumkan. "Aku datang untuk membawamu kembali!" hanya senyuman sinis yang emily berikan untuknya saat itu.

cha_kyla · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
119 Chs

Suddenly

Setelah hal tidak terduga yang dilakukan oleh emily tadi, akhirnya mereka duduk dengan tenang di meja makan dengan emily yang sibuk menyiapkan makanan untuk anak dan mantan suaminya. Daniel sibuk dengan mainan di tangannya sementara sang ayah sibuk memperhatikan sang ibu yang sedang mempersiapkan makanan untuk mereka. Bukankah suasananya seperti sebuah keluarga kecil yang hangat, itu akan terasa lengkap kalau saja ada gurauan manis disana. Sementara yang ada disana, hanya keheningan selain suara berisik emily, alat makan dan suara rubik milik daniel.

Dua puluh menit mereka habiskan hanya dengan makan dengan suara piring dan sendok yang beradu. Emily masih diam, daniel dan daviedpun melakukan hal yang sama. Setelah selesai dengan suapan terakhir dan meneguk minumannya, emily menunggu sesaat sebelum mulai berbicara.

"kau sudah mengetahui apa yang ingin kau ketahui, kau juga sudah bertemu dengan daniel!" emily menatap gelas yang hanya berisi seperempat air didalamnya "aku juga sudah menjamu makanan selayaknya seorang tamu, kau boleh pergi kalau tidak ada urusan lagi!" tangan emily mulai merapikan alat makan yang berada di atas meja makan.

Emily merasakan tangannya sedikit gemetar setelah meletakkan sendok. Untuk beberapa saat emily menjeda pekerjaannya sebelum melanjutkannya kembali. Jangan tanya kenapa, tentu saja emily saat ini sedang gugup. Bagaimana tidak, mantan suami yang tidak pernah emily lihat selama tujuh tahun saat ini baru saja makan di rumahnya. Emily rasanya ingin tertawa menertawakan keadaan mereka. Dulu, davied tak pernah sedikitpun mau mencicipi makanan yang dibuat oleh emily. Tapi emily mengakuinya, ia sangat kalah jauh dari chef proffesional yang selalu ada untuk menyediakan makanan untuk davied.

"bolehkan aku tinggal lebih lama?"

Emily menghentikan gerakan tangannya untuk yang kedua kali, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh mantan suaminya itu "walaupun ini amerika yang tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi dirumah ini, tapi aku harus tetap memberikan batasan untuk kita berdua. Bagaimanapun, kita hanyalah mantan suami istri. Mungkin kalau kita di asia, kau bahkan tidak aku izinkan masuk ke rumah ini!" emily mengangkat beberapa peralatan makan dan membawanya ke dapur.

"em!"

Davied menyusul emily ke dapur dan membawa peralatan makan yang tersisa. Emily masih mengabaikannya, si cantik itu sangat fokus mencuci piring saat ini. Benar sekali, davied dianggap seakan tidak ada saat ini. Davied hanya mengamati apa yang sedang dilakukan oleh emily, mau membantupun davied tidak tau apa yang harus ia lakukan untuk membantu.

"Daniel, coba lihat toko sebentar apakah ada yang datang!"

Daniel menoleh sebentar pada sang ibu yang sedang mencuci piring. Tanpa menjawab perkataan ibunya, daniale langsung turun dari kursinya dan segera menuju ke toko bunga sesuai dengan perintah ibunya. Tak berapa lama setelahnya davied menerima telepon, ia harus segera kembali untuk mengurus urusan penting.

Davied berdehem sebelum memulai berbicara "em, aku pergi dulu, aku akan menjemputmu besok!" lama davied menunggi ia tak kunjunga mnedapatkan jawaban dari emily. Davied melangkah pergi, dengan hati yang tak menentu. Hati davied merasa lebih baik setelah emily dengan sendirinya mengakui davied sebagai ayah dari anaknya, tapi emily masih bersikap sama seperti sebelumnya.

.

.

Bagaikan dejavu, emily melakukan kegiatan yang sama malam ini, ia menatap langit malam walaupun hanya kegelapan yang ia lihat. Emily gelisah, tentang kejadian hari ini dan tentang apa yang mungkin saja terjadi besok. Emily tak pernah ingin daniel membenci ayahnya, itu tidak akan baik untuk perkembangan mental anaknya di usia yang sangat kecil seperti ini. Jadi emily memilih mengalah dengan egonya, membiarkan perasaannya yang terluka kembali dengan kehadiran davied.

Emily mengusap wajahnya dengan kasar. Emily merasakan air matanya menetes dari matanya, melalui pipinya sebelum kemudian di usap dengan lembut oleh tangan cantiknya. Emily tau dia masih tidak bisa memaafkan semua keadaan yangs udah terjadi, emily masih belum bisa untuk menerima kehadiran davied kembali di hidupnya. Tapi disisi lain, daniel membutuhkan ayahnya. Bagaimanapun ayah kandung akan jauh labih baik untuk daniel dibandingkan orang baru.

Prioritas emily saat ini dalah daniel, hidupnya, malaikatnya. Emily juga tak bisa memungkiri kenyataan bahwa cintanya masih untuk orang yang sama bahkan setelah sekian lama waktus udah berlalu. Emily menghela nafas kasar, ia terlalu larut memikirkan orang yang bagkan tak pernah memikirkannya. Emily tak ingin di kecewakan lagi, ia akan membangun benteng yang sangat kuat untuk hatinya.

Emily memicingkan matanya, hari ini masih sama seperti sebelumnya, ada yang mengawasinya, emily tau itu. Sebagai seorang perempuan yang perah menjadi nyonya besar, emily akan sangat cepat menyadari hal seperti ini. Kalau kalian mengira orang itu adalah davied, maka kalian salah besar. Emily akan langsung mengenalinya walaupun dengan menutup matanya, itu jelas bukan davied. Emily tau dirinya dalam keadaan takut seperti ini, tapi emily tetap menjaga kewarasannya untuk daniel, dia tidak mungkin panik sendiri dan membiarkan anaknay ikut ketakutan.

Emily segera mengambil ponselnya, ini bukan pertama kali ia memergoki laki-laki itu memperhatikannya. Beberapa kali emily mengabaikannya, tapi kali ini emily sudah tidak bisa lagi. Laki-laki itu mulai memperhatikan rumahnya sejak davied mulai menemuinya, tapi emily sangat tau kalau itu bukan ulah davied.

"elle kau sudah tidur?" emily mendengar gumaman malas dari seberang sana "kirimkan nomor davied padaku dan setelahnya kau bisa kembali beristirahat, aku tau kau memilikinya elle!" emily tau kalau elleana saat ini sedang terkejut dengan perkataannya, tapi emily sedang dalam keadaan khawatir saat ini, terutama saat melihat mainan yang ada di tangan laki-laki itu.

Tidak lama menunggu, pesan berupa nomor davied diterima oleh emily. Emily dengan cepat menghubungi davied. Dalam hatinya emily berdoa, setidaknya davied akan peduli pada anaknya walaupun dia tidak peduli pada emily.

"halo!"

Emily menghela nafas sesaat sebelum berbicara "dave, ini aku!"

"em, kau baik-baik saja? Apa terjadi sesuatu?"

Emily mencoba mengatur nafasnya "bisa kau datang kemari? Kalau kau sibuk, bisakah kau kirimkan beberapa orangmu untuk datang kemari?"

"aku akan disana dalam sepuluh menit!"

Davied memutuskan sambungan, membuat emily terdiam untuk beberapa saat sebelum menutup semua jendela dan memastikan semua pintu terkunci, setelahnya emily kembali kekamar untuk menemani putranya. Emily tidak tau ini keputusan yang benar atau tidak, tapi untuk saat ini emily tidak bisa bergantung pada orang lain selain davied untuk masalah ini.

"davied kumohon, cepatlah datang. Kalaupun kau tidak perduli padaku, setidaknya kali ini jangan mengabaikan anakmu dave!"

Dave, rasanya sudah lama sekali emily tidak memanggil davied dengan nama seperti itu.

.