webnovel

Jiao Sakit

"Nona Jiao disini itu bukan asisten rumah tangga seperti kita, Tuan Abri memperkerjakan Nona Jiao sebagai guru privat Nona Daisy dan Tuan Barra. Dia bukan bagian dari pegawai Tuan Abri seperti kita, dia sama seperti Tuan Abri disini. Hanya saja dia bukan pemilik rumah ini." Ucap Martin menjelaskan kepada Lingling yang kini mulai mempercayai apa yang dikatakan oleh Martin.

"Lalu kenapa kamu keluar dari kamarnya? apakah dia ada di dalam atau tidak?" tanya Lingling pada Martin yang saat ini mencoba mengintip kamar Jiao. "Nona Jiao sedang kembali ke apartemennya beberapa hari, jadi kamu membantuku merawat Nona dan juga Tuan Muda." ucap Martin pada Lingling.

Lingling akhirnya kembali ke dalam kamarnya karena dia merasa sangat bahagia mengetahui Jiao tidak ikut kembali bersama dengan Abri. Sementara itu di dalam kamar Abri, Jiao saat ini masih terlelap sementara Abri mengerjakan pekerjaannya di sofa depan tempat tidurnya yang saat ini ditempati oleh Jiao. Abri melihat Jiao tertidur tetapi dia terlihat menggigil. Abri kemudian menelepon Axton dan memintanya segera datang untuk memeriksa keadaan istrinya. Beberapa saat kemudian, Axton, Xinxin dan Ava sudah berada di rumah Abri. Ava dan Xinxin langsung bermain bersama dengan Barra dan Daisy sementara Axton bersama Abri langsung memasuki kamarnya.

"Axton, aku minta tolong periksa Jiao, dia sudah aku beri obat penurun demam tetapi tetap belum turun demamnya." Ucap Abri pada Axton yang kini langsung memeriksa Kakak iparnya. Beberapa saat kemudian, Axton dan Abri duduk di sofa depan tempat tidur Abri sambil menatap Jiao. Axton kemudian mengatakan kepada Abri kalau Jiao mungkin kelelahan, tetapi Axton juga menduga kalau Jiao kemungkinan juga hamil.

"Axton, apakah benar apa yang kamu katakan? kenapa Jiao sangat cepat hamil?" tanya Abri merasa tidak percaya. Dia dan Jiao baru menikah selama satu minggu, tetapi menutrut Axton saat memeriksa denyut nadi Jiao tadi sepertinya dia hamil.

"Ya kita tunggu satu bulan lagi, kalau dia belum mendapatkan tamu bulanannya kamu harus membawanya ke rumahku! Aku akan memeriksanya sekali lagi, yang penting untuk berjaga-jaga, Kakak tidak boleh membuatnya kelelahan. Biarkan dia banyak beristirahat, kamu juga jangan memintanya melayanimu setiap hari!" ucap Axton pada Abri yang kini tersenyum pada saudaranya itu. Axton kemudian meminta ijin pada Abri untuk mengajak anak-anaknya menginap dirumah mereka agar Abri bisa fokus pada kesehatan dan perawatan Jiao.

"Apa tidak merepotkan?" tanya Abri pada Axton yang langsung menggelengkan kepalanya.

"Kamu harus memeriksa pulau pribadi Papa Alex, kata penjaga yang ada di sana, banyak tanaman herbal yang mati yang berada di luar terowongan, jangan sampai mereka menemukan hal yang sama di dalam terowongan dibawah air terjun. Sementara aku sedang banyak pekerjaan jadi kamu yang harus berangkat. Biarkan anak-anak bersama denganku, kamu bawa Jiao sekaligus kalian berbulan madu!" Ucap Axton pada Abri yang kini menggelengkan kepalanya saat mendengar apa yang dikatakan oleh Axton.

"Tadi katamu aku tidak boleh membuatnya lelah, kenapa kamu sekarang malah memintaku berbulan madu dengannya?" tanya Abri pada adiknya yang kini malah tersenyum menggodanya.

"Ya aku memang menyarankan seperti itu bukan berarti kamu tidak boleh melakukannya sama sekali. Maksudku bersikaplah yang lembut dan jangan membuatnya kelelahan." Ucap Axton yang saat ini langsung berpamitan dengan membawa anak-anak sekalian ke rumahnya. Barra dan Daisy sebenarnya enggan meninggalkan Jiao yang sedang sakit, tetapi berkat bujukan Axton mereka akhirnya mau ikut karena Axton mengatakan kalau Daddynya akan mengantar Jiao ke rumah sakit untuk meminta obat baru mereka mau mengikuti Axton dan Xinxin.

Sementara itu, Abri segera menggendong Jiao dan membawanya masuk ke dalam helikopter. Axton sudah menyiapkan semuanya mulai dari bahan makanan selama Abri dan Jiao berada di pulau itu sampai urusan mereka selesai. Lingling saat ini sedang pegi berbelanja sehingga Abri segera membawa Jiao pergi. Entah mengapa saat ini dia seperti mencuri dirumahnya sendiri. Semua itu karena Jiao belum mau hubungan mereka diumumkan sekarang. Jiao yang sedang demam saat ini meringkuk pasrah diatas helikopter yang diterbangkan sendiri oleh Abri menuju ke pulau pribadi milik Alex. Dalam waktu dua jam mereka sudah sampai.

Anak buah Abri langsung membantu membawa barang-barang sementara Abri menggendong Jiao dan segera membaringkannya diatas tempat tidurnya. Abri kemudian bersama dengan anak buahnya segera memeriksa tanaman pohon herbal yang sangat penting bagi perusahaan mereka karena ini adalah bahan inti dari produck yang mereka produksi selama ini. Abri kemudian segera memeriksa tanaman-tanaman itu dan memang semuanya menguning bahkan ada yang suda mati. Abri kemudian segera meminta para pelayannya untuk mengganti tanah dari tanaman yang masih hidup dan Abri segera memeriksa tanaman yang berada di terowongan dengan mengajak seorang yang memang sangat dia percaya.

Abri merasa lega saat melihat tanaman-tanaman itu tumbuh subur disini. Dia kemudian segera mengambil gambar dari tanaman-tanaman di terowongan maupun di pulau lalu mengirimkannya pada Axton untuk meminta pendapat, sementara lahan di dalam terowongan sangat kecil dibandingkan lahan yang berada di pulau. Saat ini Abri suda kembali ke pulau dan dia sedang mandi saat ini. Jiao yang baru saja terbangun dan berada ditempat yang asing merasa sangat terkejut. Jiao akan segera beranjak saat Abri keluar dari dalam kamar mandi.

"Jiao, kamu sudah bangun?" tanya Abri sambil mendekat. Dia segera duduk ditepi tempat tidur, padahal Abri masih mengenakan handuk. Abri langsung menyentuh kening Jiao dan tersenyum.

"Demammu sudah reda, Sayang." ucap Abri sambil tersenyum, Jiao menundukkan kepalanya melihat tubuh suaminya yang masih sedikit basah dengan bentuk yang sangat menggodanya. Setelah beberapa kali merasakan sentuhan Abri, Jiao sangat menyukai tubuh Abri. Dia sangat ingin menyentuhnya tetapi dia tidak berani saat ini. Jiao hanya bisa menelan ludahnya.

Jiao menundukkan kepalanya karena dia merasa malu sendiri melihat Abri yang saat ini hanya membalut tubuhnya dengan handuk sepinggang sementara tubuhnya masih sedikit basah Abri menyadari kalau Jiao sepertinya malu melihat keadaannya seperti itu, dia pun tersenyum dan segera berjalan menuju ke lemari untuk mengambil pakaian. Setelah itu dia kemudian kembali menghampiri Jiao dan bertanya apakah Jiao mau memakan sesuatu.

"Jiao! Apakah kamu ingin memakan sesuatu, aku bisa membuatkan untukmu karena kita baru saja sampai dan aku belum memasak apapun." tanya Abri pada Jiao yang langsung menganggukkan kepalanya.

"Aku merasa lapar tapi aku mau memakan apa yang ada saja tidak perlu membuat secara khusus." ucap Jiao pada Abri yang langsung menggenggam tangannya dan mengajaknya keluar dari kamar. Mereka kemudian menuju ke dapur dan segera membuka kulkas. Jiao dan Abri memilih bahan makanan yang akan dimasak, apa yang dikatakan Axton kemarin benar, dia telah berbelanja juga menyiapkan segala kebutuhan yang sekiranya dibutuhkan oleh Abri dan Jiao selama mereka berada di Pulau itu.