webnovel

Bercinta Di Pesawat

"Abri, Mama hanya bisa mengucapkan selamat jalan. Mama harap kamu menjaga Jiao dengan baik, kasihan dia masih sangat muda. jangan biarkan orang lain menindasnya, dia sudah menjadi tanggungjawabmu sekarang. Kamu harus bertanggungjawab dan menjaganya dengan sebaik-baiknya, juga kamu harus membahagiakannya. Katakan yang sebenarnya kepada Jiao secepatnya, jangan sampai dia nanti tahu dari orang lain dan akan membuatnya salah paham yang bisa memperburuk hubungan kalian berdua." Kia menasihati Abri yang meski saat ini dia sudah sangat dewasa tetapi bagaimana pun seorang anak tetap harus mendengarkan nasihat ibunya.

"Tentu saja, Ma. Aku akan berusaha membahagiakan Jiao dan juga kedua anakku. kalian semua tenang saja, Aku juga akan membuat kalian semua bahagia." Ucap Abri yang kini menghampiri istri dan anak-anaknya. Setelah makan siang, Abri dan Jioa juga Barra dan Daisy sudah mengemasi barang-barang mereka karena mereka tidak jadi berangkat malam hari, mereka akan berangkat sore hari karena Abri harus segera menghadiri rapat di kantornya, dia juga akan mengurus pengalihan perusahaan Jiao dari tanggungjawab Rino langsung ke tangan Jiao, meski begitu Abri juga tidak akan membiarkan Jiao kelelahan. Dia akan membantu dan mendampingi istrinya mengelola perusahaan yang sudah dibelinya itu dan dia berikan sebagai mahar pernikahannya dengan Jiao. Jadi sekarang perusahaan itu bukan warisan bagi Jiao tetapi itu adalah pemberian dari suaminya.

"Jiao, apakah ada tempat yang ingin kamu kunjungi di Mesir ini? selagi kita belum kembali ke China. Ucap Abri saat melihat Jiao baru saja menidurkan putra dan putrinya. Jiao mendekati suaminya dan duduk disamping Abri dan dia langsung tersenyum. Tuan, aku tidak ingin kemana-mana. Aku akan beristirahat dirumah karena kita akan menempuh perjalanan yang lumayan panjang. Aku tidak mau tubuhku kelelahan dan menjadi drop." Ucap Jiao pada suaminya yang lengsung tersenyum. Abri kemudian beranjak dan segera mengangkat tubuh Jiao dan membaringkannya ke atas tempat tidur mereka. Saat ini Jiao dan Abri berada di kamar tamu dirumah Alexi.

"Tuan Abri, anda mau apa?" tanya Jiao sangat takut kalau Abri akan melakukannya lagi. Saat ini mereka berada di rumah orang. Jiao merasa tidak nyaman saat melakukan hubungan seks tetapi dirumah orang lain, berbeda dengan suasana di rumah Daniyal semalam kan mereka hanya tinggal berdua. Abri tersenyum dan langsung menindih tubuh Jiao lalu berbisik ditelinga istrinya.

"Jiao, aku tadi diejek oleh Adik-adikku, katanya aku sudah tua dan tidak bisa memuaskan kamu diatas tempat tidur, sekarang akan aku buktikan pada mereka kalau aku masih bisa membuatmu tidak berdaya." Ucap Abri membuat Jiao membelalakkan matanya. Dia segera menggelengkan kepalanya dan menutupi dirinya dengan selimut dengan sangat rapat hingga yang terlihat haya kepalanya saja. Abri tertawa terbahak-bahak mendengar hal itu.

Abri kemudian menarik selimut Jiao dan kini dia langsung mencumbu Jiao dan tentu saja dia kembali menikmati tubuh istrinya. Dia sangat menyayangi Jiao, hanya menyayangi, sepertinya Abri belum mencintai Jiao. Dia hanya memiliki rasa tanggungjawab untuk membahagiakan Jiao saat ini. Mereka melakukan hubungan suami istri dan setelah selesai, Abri segera mengangkat tubuh istrinya ke kamar mandi, dia dan Jiao mandi bersama. Setelah itu Abri kembali meletakkan tubuh Jiao yang sudah memakai pakaian tidur ke tempat tidur mereka. Keduanya kini kembali terlelap.

Sore hari, mereka semua sudah bersiap ke bandara milik Papa Alex dan Abri juga Jiao serta kedua anaknya langsung terbang menuju ke China. Mereka saat ini sudah berada di dalam pesawat yang beberapa hari yang lalu mengantar mereka ke Mesir. Saat berangkat, kamar Abri dan Jiao terpisah, tetapi saat ini mereka akan berada di satu kamar yang sama. Saat ini Jiao dan Abri sedang menemani Daisy dan Barra yang sudah hampir tidur lagi, anak-anak selalu mengantuk saat naik pesawat. Setelah keduanya tidur, Abri segera mengajak Jiao memasuki kamar mereka. Abri kini membaringkan Jiao diatas tempat tidurnya dan dia langsung menindih tubuh Jiao.

"Tuan Abri, kenapa anda seperti ini lagi?" tanya Jiao ketakutan. Dia tidak bisa membayangkan kalau mereka melakukan hal itu diatas pesawat.

"Sayang, apa kamu tidak melihat kalau tempat tidur ini sangat kecil? aku akan berada di bawahmu kalau kamu keberatan aku berada diatasmu." Ucap Abri sambil mencium bibir Jiao dengan lembut. Jiao hanya bisa membalas ciuman suaminya sambil memejamkan kedua matanya. Mereka saat ini sedang menikmati ciuman panas mereka. Perlahan Abri melepaskan pakaian Jiao dan juga pakaiannya sendiri. Kini keduanya sudah sama-sama telanjang. Abri kembali mencium bibir Jiao dan tangannya meremas payudara istrinya.

"Ooouugghhh... Tuan..." Jiao tidak kuasa menahan desahannya saat Abri sudah mulai meremas payudaranya. Dia selalu tidak tahan apabila Abri bermain-main dengan benda tersensitiv di tubuhnya. Jiao akan langsung lemah saat Abri mulai bermain dengan payudaranya. Sementara Abri menatap dalam mata Jiao yang kini menatapnya penuh cinta dan sangat pasrah. Tatapan itu membuat Abri semakin bergairah menikmati tubuh istrinya. Dia kini mulai menyusuri setiap jengkal tubuh Jiao. Gadis polos nan lgu itu kini sudah kehilangan kepolosannya. Abri sudah membuatnya menjadi seorang wanita yang selalu membuatnya menginginkan tubuhnya.

"Apa Sayang?" tanya Abri kini mencium leher jenjang milik jiao. Dia menciumnya tetapi tidak membuat tanda merah disana. Abri kemudian semakin menuruni leher Jiao dan kini sampai di dada Jiao, dia kemudian membuat tanda merah disana. Mulai dari dada, payudara, perut, punggung dan paha jiao tidak ada yang terlewat. Semuanya terdapat tanda kepemilikan yang Abri buat. Bahkan Jiao sendiri merasa ngeri saat melihat bekas gigitan Abri diseluruh tubuhnya. Kini Abri sampai pada inti tubuh Jiao. Abri berlutut di lantai pesawat sementara Jiao berbaring dengan kaki menggantung ditepi tempat tidur. Abri kemudian mengangkat kedua kaki Jiao dan meletakkannya di kedua bahunya sehingga kini wajahnya dapat melihat dengan jelas kewanitaan Jiao yang begitu menggoda.

Abri kemudian mendekatkan wajahnya pada kewanitaan Jiao dan seperti biasa dia langsung membuat Jiao memanggil namanya berulang kali. Hanya saja yang membuat Abri agak kesal karena Jiao masih tetap memanggilnya tuan. Kini dia segera memasukkan lidahnya pada kewanitaan Jiao sehingga istri kecilnya menggelinjang dan beberapa saat kemudian Abri bisa merasakan manisnya cairan milik Jiao. Dia kemudian tersenyum dan segera menindih tubuh istrinya. Abri kini sudah memindahkan tubuh Jiao ke posisi yang sangat nyaman. Abri kini kembali menyusu kepada Jiao dan dia juga sudah berada di dalam tubuh Jiao.