webnovel

Taman Bermain

"Siapa dia?" Mata Zen berbinar dan mendekati Kara sembari memegang tangannya "Kakak, kau cantik sekali. Siapa namamu?"

"Eh? Aku...namaku Kara."

"Maukah kau menungguku 3 tahun lagi? Aku sangat bosan hanya melihat mereka di rumah."

"Lepaskan tanganmu dasar nakal!" Ian melepas tangan Zen paksa yang memegang tangan Kara.

"Dia adik kalian?" tanya Kara.

"Oi Zen! dasar kau ini, ayo kemari," Onyx membawanya pergi. "Kau mau main apa, ayo main sama aku saja.." Onyx melirik Ian dan Kara.

"Apakah akhirnya Ian yang gila itu bisa lemah lembut pada gadis?" gumamnya bersemangat.

"Zen!" Elias datang. Ia menghampiri mereka.

"Elias!" Onyx sangat senang melihatnya karena dia biasanya tidak peduli pada apapun. "Apakah kau akhirnya peduli pada Cherry."

"Aku mencari Zen bukan gadis gila itu," Elias menarik Zen dari Onyx. Ia melirik Ian bersama gadis. "Aku lupa kalau kalian pada masa puber."

Lalu, Dean dan Sano bergabung. Kini mereka telah berada di satu tempat.

"Dean, Elias, Sano! Kemana kita mencari ini?" Onyx khawatir.

"Tidak mungkin di tempat seluas ini," sahut Ian.

"Kita akan membagi tim," usul Elias. "Dean?"

Semua orang menatap Dean untuk memberi perintah. Ia menangkap gadis asing di grup.

"Siapa kau?"

"Dia Kara, teman sekolah kami, ah panjang ceritanya," sahut Ian.

"Dean, bagi tim sekarang. Sebentar lagi sore," kata Sano.

"Onyx, Ian dan kau," Dean menunjuk Kara, "cari di setiap kafe dan food stand. Elias dan Zen, cari di wahana bermain, aku dan Sano akan mencari di tempat terbuka lain."

"Ah pasti sangat ramai di sana," keluh Sano.

Mereka semua mengangguk paham lalu berpencar. Kara yang agak kikuk di grup pria-pria dengan umur bervariasi itu hanya bisa ikut mengangguk. Sejujurnya ia tak terlalu paham situasinya.

Taman bermain sangat sesak karena ini hari Valentine. Ada kupon dimana-mana untuk couple dan family. Badut, boneka, maskot, dan yang lainnya. Anak-anak dan para remaja sangat menyesaki di setiap sudut.

Secara kebetulan, Tim sport club juga ada di sana, Tian dan Maya panik.

"Ada anggota club disini," kata Tian.

"Ha?" Maya ikut panik.

"Astaga! Kak Andra dan Kak Nina juga mencariku," sambung Nico.

"Apa?" Maya memukul jidatnya. "Untuk saat ini kita harus menghindari orang-orang yang kenal kita lebih dulu."

Nico, Tian dan Maya masih mencari Viola. Begitu juga Roy, Andra dan Nina masih mencari Nico.

"Aku akan mencari sendirian, " kata Onyx.

"Kau mau mencarinya sendirian?" Ian nampak tidak setuju.

"Kau bisa hilang di tempat seluas ini?" kata Kara yang juga tak menyetujuinya.

"Kau pikir aku bayi? Lagipula aku bisa mencari dua kali lipat lebih baik dari kalian."

Setelah itu Onyx berlari entah ke arah mana. Ia langsung hilang ditelan kerumunan.

"Siapa sebenarnya yang kita cari?" tanya Kara.

"Pacar kakakku," jawab Ian.

***

"Halo, May." Roy menelepon Maya.

"Kak Roy, aku tidak menemukan Viola dimanapun. Aku sudah mencarinya di wahana bermain dan kamar mandi."

"Aku juga sudah mencarinya di taman terbuka dan foodstand. Kau dimana?"

"Aku dekat tiang yang ada di tengah, ada penjual balon dan badut di sekitar."

"Baiklah, aku akan kesana." Roy lalu menutup panggilannya.

"Kita akan mencari kemana lagi?" Tian menyeka keringat di dahinya.

"Capek sekali," Nico berjongkok menumpukan tangan pada lututunya.

"Kita harus menemukannya." Maya melihat ponselnya, ada foto dirinya dan Viola saat ia menguncir rambutnya.

Tian dan Nico yang tadinya mengeluh melihat Maya yang murung.

"Kita harus menemukan Viola, iya kan?" kata Nico. Ia melirik Tian.

"Oh, iya. Iya tentu saja, kita pasti akan menemukannya, May," sahut Tian menambahi Nico.

Mereka berdua membuat Maya tidak sedih.

Onyx berhenti di dekat tak jauh dia berdiri dari tim Maya. Ia juga sama capeknya, terik mentari siang hari yang sangat menyengat. Dirinya bingung kenapa orang yang mau berdesak-desakkan di tempat panas seperti ini cuma untuk merayakan valentine?

"Bukankah setiap hari hari kasih sayang? Kalo aku sih mending tidur, meskipun dikasih kupon gratis ke sini."

Onyx mengipas-ngipaskan kerah seragamnya, mendadak matanya menangkap seorang gadis yang tengah duduk di bangku tidak jauh dari sana. Di sekitarnya ada gelembung-gelembung kecil karena tukang balon ada di sana dan juga anak-anak yang main. Rambut panjang gadis itu mengibas karena angin sehingga menutupi wajahnya.

"Kenapa Elias tidak bilang si Cherry pakai baju apa?" Onyx khawatir kalau itu bukan Cherry, namun tidak ada salahnya memastikan.

Ia lalu berjalan mendekat. Onyx duduk di sampingnya dengan hati-hati.

"Per...permisi..." Onyx hendak menyentuh bahunya namun tiba-tiba gadis itu tertidur di bahunya. Kepalanya menyandar di bahu kanannya, seperti pingsan tiba-tiba.

Onyx terkejut setengah mati. Saat melihat wajahnya ternyata dia memang salah orang.

"Astagaaaa!" jeritnya dalam hati. "B..bagaimana ini... Elias sialan! Harusnya dia bilang si Cherry pakai baju warna apa. Mati aku! Siapa gadis yang tiba-tiba tidur di pundak orang asing ini!!!"

Onyx menelan salivanya dengan kesusahan. Ia tidak bisa bergerak, lagi pula dirinya tidak pernah sedekat ini dengan gadis. Wajah Onyx memerah seperti tomat kepanasan.

Sedangkan Cherry yang dicari, tengah asyik mencoba semua makanan yang ada di food stand. Ada barcode yang bisa digunakan untuk membayar dengan credit card.

Tiba-tiba dengan mata elangnya, Maya yang tak jauh berdiri dari sana, panik melihat Viola duduk bersama orang asing.

"I...itu...VIOLA!"

Tian dan Nico melihat ke arah yang ditunjuk Maya. Mereka bertiga lalu berlari ke sana.

"Siapa anak ini?" Nico marah melihat.

"Dia pakai seragam sekolah. Apa kau teman Viola?" tanya Tian.

Berbeda dengan Maya yang negative thinking. Ia bersiap bertempur dan menyengat orang yang mengganggu Viola.

"Kau siapa?! Kau pasti membiusnya kan?! Ayo ngaku! Kau pasti orang jahat kan?! Dasar orang jahat! Dara brengsek!" Maya meraih kerah Onyx, hingga Viola hampir terbentur kursi, namun dengan sigap Tian menangkapnya dan membangunkannya.

"Dek Viola! Bangun Dek!"

Nico menenangkan Maya, sedang Onyx terlalu lemah karena wajahnya yang memerah karena ini pertama kalinya dekat dengan gadis.

"Kau pasti membiusnya kan?! OI JAWAB!"

Maya murka dan menarik kerah onyx dan menggoncangkan tubuhnya.

"May, May tunggu dulu May. Dia terlihat tidak seperti itu," Nico berusaha membuat Maya tenang tapi gagal.

Karena suara menggelegar Maya, semua orang sempat berhenti dan melihat. Orang-orang berbisik-bisik kalau ada pertengkaran di taman. Roy yang mendengarnya segera berlari, ia akhirnya menemukan adiknya.

"Viola!" teriaknya.

Tian lalu menyerahkannya pada Roy.

"Viola! Viola! Bangun!" Roy berusaha membangunkannya. "Sepertinya dia tertidur."

Roy panik melihat Maya yang marah besar dan mencengkram kerah anak sekolah tak bersalah itu. Onyx bahkan mimisan.

"Astaga! Maya, hentikan May. Sepertinya Viola hanya tertidur."

Viola, Onyx, Nico dan Tian menoleh bersamaan.

Tiba-tiba dari arah berlawanan, Andra dan Nina datang.

"Nico!" teriak Andra.

"Kakak-kakak! Kenapa kalian di sini?"