webnovel

Kesalahpahaman

"ONYX!"

Kara dan Ian melihat kekacauan itu, lalu mendekat.

"Lepaskan dia!" Ian mendekat dan memegang tangan Maya. Ia memaksanya untuk melepaskannya. Ia khawatir melihat Onyx mimisan.

Ian membela Onyx.

"Woi gadis aneh, dia bukan orang seperti itu!"

"Ian! Onyx!" Elias dan Zen datang. Mereka kaget kenapa situasinya jadi begini. Dean dan Sano datang terakhir.

Dean merasa mengenal suara yang teriak-teriak. Suara Maya sangat keras dan beberapa orang memperhatikan mereka dan melihat kegaduhan yang Maya buat.

"Apa kalian orang yang mencuri barang milik orang lain secara paksa? Apa kalian mafia huh?!" Maya belum melirik Ian sedikitpun apalagi yang lain.

Dean, Sano, Elias terkejut mendengar kata 'mafia' dari mulut orang asing, mereka saling melihat dengan wajah tertekan.

Tian membisik, kalau itu bukan mafia tapi perampok.

Roy menggendong Viola dan meminta Maya untuk tenang, begitu juga Tian dan Nico yang memegangi Maya. Andra dan nina bingung situasi yang ada, begitu juga Kara.

"Gadis ini..." Dean mengenali Maya karena baru tadi pagi mereka bertemu.

"Maya, sebaiknya kau melepaskan bocah ini dulu. Dia terlihat lemas," saran Kak Andra.

Maya lalu berhenti dan sadar kalau dia terlalu terbawa emosi.

"Viola tidak apa-apa, May. Terima kasih," kata Roy.

Maya menoleh dan terkejut setengah mati, melihat deretan pria tinggi ada di sana, termasuk Dean. Karena malu, ia menyembunyikan wajahnya dengan menunduk dan bersembunyi di belakang punggung Nico dan Tian, namun Dean makin menatapnya dengan dingin dan jahat.

"Astaga...kenapa ada orang kaya itu lagi sih, sial sekali aku," batin Maya. "Dan apa-apaan pria-pria tinggi ini? Apa mereka mafia?"

"Mungkin...." Andra berbicara. Semua orang menoleh ke arahnya. "...kita perlu meluruskan situasi salah paham ini."

Mereka akhairnya meluruskan kesalahpahaman di kafe tempat Andra dan Nina tadi bersantai. Ada meja bundar besar di sana. Mereka semua duduk dengan tegang. Posisinya melingkar, urutannya mulai dari arah kiri ke kanan. Sano, Dean, Elias, Zen, Ian, Kara, Onyx, Tian, Maya, Nico, Nina, Andra, Viola lalu Roy, Roy duduk di samping Sano.

"Maafkan aku," kata Maya. "Maafkan aku Ian."

"Berapa kali kubilang namaku bukan Ian! Namaku onyx, yang Ian itu dia!" Onyx menunjuk tepat di depan muka Ian. "Kenapa kau dari tadi salah nyebut nama orang?!' Onyx kesal, ia menyumpal hidungnya dengan tisu, karena mimisan.

Semua orang nampak masih tidak percaya dengan situasi aneh ini. Dean duduk dengan tangan terlipat ke depan.

"Tidak, ini salahku. Dia hanya membantu mencari adikku yang hilang. Maafkan semuanya," kata Roy. "Dan terima kasih untuk..." Roy lupa pada nama Onyx.

"Onyx, namaku onyx."

"Terima kasih untuk Dik Onyx sudah menemukan Viola. Dan maaf membuat khawatir kakak-kakakmu."

"Untuk meluruskan kesalahpahaman ini, bolehkan saya tahu nama anda?" tanya Dean pada Roy.

"Nama saya Roy."

"Pak Roy, nama saya Dean, saya mewakili adik-adik saya ini," Dean menunjuk Onyx dan Ian. "Ah iya, dan kau yang menuduh Onyx tadi...." Dean melirik ke arah Maya.

Maya menelan saliva dengan susah payah.

"Siapa namamu?"

"Na...nama saya Maya." Maya berusaha tenang.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Sialan! Dia pasti sengaja," batin Maya.

"Dik Maya?" panggil Dean.

"TIDAK!"

Semua orang kaget melihat Maya berteriak, termasuk Tian dan Nico yang duduk di sampingnya.

"Maaf, maksud saya, kita tidak pernah bertemu sebelumnya."

"Oh begitu, ya."

"Jadi Maya salah mengira bahwa Dik Onyx berbuat jahat pada Viola, begitu kan?" kata Andra.

"Iya, saya tidak tahu."

"Woi gadis aneh! Apa kau tidak lihat dia ini pakai seragam, mana mungkin dia menculik orang!" Ian masih marah.

"Sudah, Ian," Kara menenangkannya. "Dia kan sudah minta maaf."

"Ian! Sudah hentikan," Sano meliriknya dan menyuruhnya diam.

"Apa kalian keluarga besar?" tanya Roy berusaha mencairkan suasana di tengah situasi yang memanas.

"Iya, mereka semua saudara saya," jawab Dean sopan.

"Oh begitu, ya."

"Apa adik anda baik-baik saja?" tanya Elias.

"Viola memang sering mengalami narkolepsi. Maya adalah mantan pengasuhnya. Dia sangat dekat dengan adikku. Kukira dia pergi bersamanya."

"Bukankah kita harus cari Kak Cherry?" celetuk Zen.

"Hah gadis onar itu.." Elias mulai malas mencarinya. Ia mengambil minumnya dan meminumnya sampai habis.

"Sebenarnya kami juga mencari seseorang," kata Dean.

"Maaf sudah menyita waktu kalian. Bukankah kalian masih harus mencarinya?" tanya Roy.

Ting!

"Wah! Aku harus mencoba semua menu enak di sini, hahaha!"

Doeng!

Cherry membuka matanya dan kaget melihat seluruh anggota Sky Lynx mendadak ada di kafe itu.

"APAAA INIII!"

Cherry secepat kilat berbalik tapi gagal, Elias dan Sano segera berdiri dan menangkapnya. Mereka mengangkat tangan Cherry hingga dia tak bisa lari lagi. Cherry lalu duduk di antara Dean dan Sano.

Semua orang terkejut melihat kebetulan ini.

"Gadis itu..." Maya mengenalinya. "Bukankah yang ada di bar saat itu?" Ia memang gadis yang sama yang saat itu hampir tidur dengan Jeffry. Dean juga menyelamatkannya malam itu.

"Berarti kesalahpahaman ini sudah selesai," kata Nico kemudian.

"Kalian sudah menemukan orang yang hilang, syukurlah," kata Andra.

"Apakah anda yang tadi di taman?" tanya Dean.

"Oh benarkah? Anda yang jatuh tadi?"

Anggota Sky Lynx kaget dan menoleh bersamaan ke arah Dean.

"Apa ini? Kau jatuh saat mencariku, Sayang?" Cherry berglayutan manja di lengan Dean.

"Kau jatuh? Kakimu baik-baik saja?" Elias cemas.

"Kenapa kau memaksakan diri demi gadis gila sepertinya?" teriak Ian lagi.

"Sudah hentikan, Cher! Cepat minta maaf sama semua orang!" kata Sano yang menarik Cherry agar berhenti menempel pada Dean.

"Apa dia pacarnya kakakmu?" tanya Kara pada Onyx.

"Ya, bisa dibilang begitu."

"Tapi kenapa mereka bertengkar?"

"Entahlah, aku juga bingung hubungan mereka apa." Onyx menghela napas.

Sky Lynx sibuk sendiri karena Cherry.

"Viola, masih tidur?" tanya Maya pada Roy.

Roy menepuk pipi adiknya, baru kemudian Viola bangun. Ia membawa baju biasa ke sekolah dan memang sudah merencanakan pembolosan itu.

"Kak Roy," panggil Viola pelan.

"Viola!" panggil Maya.

"Maya! Kenapa kau ada di sini?"

"Kau tidak boleh berbohong seperti ini, Vi."

"Maaf aku membuatmu panik. Ini semua salahmu karena tidak membaca chatku. Kau dimana kemarin malam?"

"Eh?" Maya cemas, kemarin malam tentu saja dia tidak bisa membalas karena dia tengah berada di bar dan cekcok dengan Jeffry. Dean melirik Maya.

"Tentu saja gadis itu tidak membalas. Mana sempat dia membuka ponsel saat dirinya hampir diperkosa," batinnya.

Maya melirik ke arah Dean. Ia tahu orang itu memelototinya.

"Maaf, Viola. Aku sedang bekerja. Lain kali aku akan membalas pesanmu, Aku janji. Tapi kau jangan main kabur seperti ini. Kakakmu panik setengah mati, tauk."

Viola membuang muka, tak mempedulikan nasehat Maya.

"Kukira dia gadis manis yang lembut, ternyata..." Nico tidak percaya melihat Viola yang ternyata sangat kasar.

"Dia benar-benar sulit ditangani. Maya pasti sangat effort menjadi pengasuhnya," tambah Tian.

Nico dan Tian geleng-geleng prihatin.

"Maya, siapa nama belakangmu?"