webnovel

Fons Cafe #2

Tatsuya Maruyama is a success lawyer. Alexander Kougami is genius physic teacher. Carlos Takamasa is the womanizer scriptwriter. Leonardo Shibasaki is the cold hand oncology surgeon. David Kajima is the funniest comedian of the year. Kris Aikawa is the funky business man. They all have the same problem about woman. --- Berteman sejak masa sekolah, menjadikan mereka berenam selalu paham satu sama lain, dan hingga pada akhirnya satu per satu di antara mereka pun memutuskan untuk mulai melangkah dan mencari pasangan hidupnya. Setelah Tatsuya, Alex dan Carlos menemukan tulang rusuk mereka. Mungkin kisah ini sudah selesai bagi mereka bertiga. Namun, tidak demikian bagi Leo, David dan Kris! Apakah Leo, David dan Kris mendapatkan kesempatan mereka juga untuk bahagia?

Abigail_Prasetyo · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
46 Chs

Episode 61

"Kireidesune--kau cantik!" Guman David setelah menunggu satu jam lebih sedikit. "Kerja bagus Sel! Oh, dan kalau Ibuku memberikan surat pengunduran diri untuk kau tanda tangani, datanglah padaku. Dengan senang hati aku akan menerimamu menjadi asisten pribadiku."

Selvi memaksakan senyumnya, "Terima kasih banyak atas tawaranmu. Tapi aku tidak akan tertarik sama sekali untuk menjadi asisten pribadimu!"

"Ya sudah kalau begitu... Tyas, ayo kita turun."

-----

Di restoran khas Jepang yang tadi mereka datangi pertama kali, David menuju ruang VIP utama bersama dengan Tyas. Sampai di depan pintu ruang VIP, David melepaskan sepatunya.

"Lepaskan sepatumu," kata David pada Tyas, "Biasanya yang memesan ruangan ini hanya orang yang benar-benar mengerti budaya Jepang. Jadi, aku harap kau bisa menyesuaikannya. Oh, jangan lupa untuk membungkuk di depan ibuku nanti."

"Baiklah," jawab Tyas sambil mengangguk paham.

Begitu rolling door kayu David buka, muncullah keluarga intinya. Semua keluarganya ada disana. Termasuk, Irika dan Karina yang seharusnya masih berada di Jepang.

Kedua bola mata David membulat. Bagaimana bisa ada orangtuanya dan saudara-saudaranya dengan lengkap seperti ini?

"Kau akan terus berdiri disana?" Tanya Ibunya dengan tegas. "Cepat masuk! Beri hormat dan duduk disana!"

David mendapati tangan Tyas yang dingin, dia pun segera mengaitkannya pada tangan kanannya. Lalu membungkuk sedikit, dan Tyas pun mengikutinya. David tersenyum di hadapan orangtuanya, Yasuo, Fuuka, Irika dan Karina. "Otousan, okasan, ini kekasihku, Ayuningtyas Clarisssa."

Ibunya David segera memerhatikan keseluruhan fisik dari Tyas. Tidak ada cacat fisik, tidak ada bekas luka, pakaian yang digunakannya sopan dan rapih. Baiklah untuk yang satu ini dia lulus.

"Senang bertemu dengan Paman dan Bibi. Ah, ini aku membawa sedikit buah tangan untuk Paman dan Bibi, mudah-mudahan suka," katanya dengan nada bicara yang lembut seperti biasanya.

Irika mengambil buah tangan yang diberikan kepada ayah dan ibunya.

Plus point! Batin Ibunya David.

"Baiklah, kalau begitu silahkan duduk, dan kita bisa mulai makan siang," kata Ibunya dengan tegas.

Sementara di Bandara, dengan waktu yang sama...

Kris mengajak Alex untuk menemaninya ke Bandara. Sebenarnya dia benci harus melakukan ini. Tapi, Ibunya David sangat keras kepala dan menyebalkan. Sekarang Kris mengerti alasan mengapa David bersikeras untuk keluar dari rumahnya itu. Bahkan, ngotot untuk pindah jurusan kuliah dan menyanggupi untuk membiayainya sendiri.

"Jadi ini toh, salah satu alasan kenapa David memutuskan untuk pindah rumah sejak penghasilannya sudah cukup untuk membeli rumah," kata Kris, "Maaf membuatmu repot di hari liburmu, Lex."

"Tenanglah. Steffi sudah tahu kok. Lagipula, dia sudah merencanakan ingin liburan bersama Ellen ke Puncak. Dan tugas kuliah mahasiswaku juga sudah selesai aku urus."

"Oh, itu mereka," gumam Kris.

Tiga orang yang muncul dan di anggap Kris sebagai mereka itu menghampiri Kris dan Alex yang sudah menunggu di dekat coffee shop.

"Paman dan Bibi adalab orangtua Tyas?" Tanya Kris, "Aku Kris, yang menghubungi kalian dua hari yang lalu. Senang bisa bertemu dengan kalian."

Ayah Tyas tertawa bahagia, "Aku tidak menyangka bahwa anak perempuanku akan menikahi komedian yang sangat terkenal seperti David"

Kris tersenyum, "Oh ya, ini Alex. Dia juga merupakan sahabat David."

Tanpa membuang banyak waktu lagi, Kris pun segera mengantar mereka menuju Umejima, agar bisa bertemu langsung dengan keluarganya David yang sudah menunggu juga.

----

Makanan pembuka pun sudah datang, mereka juga sudah mengelilingi futami. David terlihat merasa tidak enak hati karena harus berada dalam keadaan begini, apalagi di sampingnya sudah ada Tyas, yang yang duduk di sebelahnya dengan pakaian yang tentunya tidak nyaman untuknya.

Tyas mengenakan kimono modern, dengan aksen bunga sakura. Kimono putih itu itu terlihat cocok di tubuh Tyas yang memiliki warna kulit agak gelap, walaupun sebenarnya warna kulit aslinya adalah putih.

"Ayuningtyas Clarissa," panggil Ibunya David sambil menghirup aroma teh hijau yang sudah mengepul dari gelasnya. "Apa pendidikan terakhirmu?"

"Okasan!" Bisik David agak keras. "Jangan menanyakan hal seperti itu di pertemuan pertama."

"Itu adalah salah satu hal yang penting untuk dipertanyakan, Daimon," balas Ibunya, dengan memanggil David menggunakan nama lahirnya.

Tyas tetap tersenyum tulus, "Saya lulusan dari Universitas Indonesia, jurusan ilmu komunikasi, Bibi."

"Ayuningtyas..." panggil Ayahnya David.

"Tyas saja, Paman."

"Baiklah, Tyas. Aku harus memuji bahwa putraku ternyata memiliki selera yang baik untuk perempuan yang disukainya."

"Paman terlalu memuji," balas Tyas.

"Sekedar informasi saja," kata Desi, Ibunya David, "Kedua kakak Daimon--Yasuo dan Fuuka-- adalah lulusan dari Swiss, jurusan perhotelan. Sementara Irika dan Karina, dari Todai. Yang berarti bahwa kami sangat menjunjung tinggi pendidikan."

Tyas mengangguk.

"Apa pantas perempuan sepertimu bersanding dengan Daimon?"

"Okasan!" Sanggah David.

Tepat saat David mau meluncurkan protesnya, rolling door VIP utama terbuka, dan Selvi mengumumkan kalau tamu Mrs. Kajima sudah sampai.

David mengerutkan dahinya, dia berpikir siapa yang menjadi tamunya dari Ibunya. Tidak mungkin Ibunya mengundang Indah kan? Pasalnya, selama David berkencan dengan beberapa wanita, hanya Indah yang lolos dari kualifikasi rumit Ibunya itu.

Baru David ingin menanya siapa yang datang, tiba-tiba saja, sosok seorang lelaki paruh baya beserta istrinya, dan seorang anak perempuan remaja akhir masuk ke dalam VIP utama.

"Selamat datang, Tuan Rama dan Nyonya Rita," sapa Desi dengan ramah. "Senang bisa bertemu denfan Anda."

Tyas mematung melihat kedua orangtuanya dan adik laki-lakinya yang sudah dua tahun terakhir ini belum pernah ditemuinya. Rasanya, Tyas melupakan segala ucapan kasar yang diucapkan oleh Desi.

"Silahkan duduk," ajak Desi, yang mempersilakan Rama, Rita dan Bisma, adik Tyas untuk duduk di hadapannya.

Mereka semua mulai menyantap makanan yang sudah dipersiapkan oleh restoran sesuai pilihan Desi.

Mereka semua mulai berbicara lagi setelah makanan terakhir keluar, dan di ganti dengan hidangan penutup. Davis terlihat kikuk, sehingga membuat Desi curiga. Apalagi, saat David menggaruk-garuk lehernya karena gugup.

"David, berapa umurmu?"

"Tiga puluh satu, Okasan."

"Dan umur kekasihmu?"

"Dua puluh lima tahun. Ada apa, Okasan?"

Ibunya tertawa renyah. "Tidak masalah. Ibu hanya ingin tahu saja. Oh Tyas, omong-omong apa pekerjaanmu?"

Skakmat!

David menelan ludahnya dengan berat.

"Pramugari."

Umemura, Yasuo, Fuuka, Irika dan Karina membulatkan matanya secara serentak, lalu menoleh pada Desi. Dan ekspresi Desi hanya tersenyum, namun senyuman tersebut adalah senyuman yang dibuat karena terpaksa.

"Pramugari?" Ulang Desi. "Apa kau serius ingin menikahi pramugari Daimon Kajima?!"

Pertanyaan jengkel yang muncul dengan bahasa Jepang itu di sambut dengan jawaban yang tak kalah spontan dan jengkel juga oleh David dengan tegas pula, sambil memakai bahasa Jepang.

"Tentu saja. Memangnya Okasan kira atas dasar apa aku tidak ingin menikahi seorang gadis yang baik sepertinya?"

"Dia itu pramugari Daimon! Pramugari! Kau seharusnya tahu kalau bisa saja dia sudah bergonta-ganti kekasih! Apalagi bersama dengan lelaki lain yang ditemuinya di pesawat yang--"

"Cukup, Okasan!" Seru David. "Ini sudah keterlaluan!"

David berdiri, lalu mengajak Tyas berdiri juga. Tak lupa, dia pun mengajak Rama, Rita dan Bisma untuk ikut berdiri dan keluar dari ruangan itu.

"Gomenasai, Otousan--maafkan aku Ayah. Tapi aku akan tetap menikahi Tyas, dan aku harap Ibu tidak menghalanginya. Aku permisi untuk pergi dulu."

"Wakarimashita--aku mengerti. Pergilah."

-----

David kini berada bersama keluarga kecil Tyas.

"Maafkan aku atas perlakuan kasar Ibuku tadi," kata David, sambil berjalan di sekitar taman hotel, bersama dengan orangtua dan adiknya. "Ibuku memang seperti itu, dan aku tidak pernah bisa mengerti apa yang harus aku lakukan jika ia sudah begitu."

"Bukan masalah," kata Tyas, "Lagi pula--"

"Paman Rama," panggil David kepada ayahnya Tyas yang berada di belakangnya. "Aku ingin memohon pada Paman untuk memberikan izin kepadaku, untuk menikahi Tyas."

Rama menatap kedua mata lembut David yang memancarkan kelembutan dan keyakinan. Dan seolah bisa terhubung dengan David, Rama kemudian mengangguk. "Tentu. Tapi kurasa, kau harus bertanya terlebih dulu pada Caca."

"Papa!" Seru Tyas, karena memanggilnya dengan nama rumahnya itu.

David meraih tangan kiri Tyas lalu, dia berlutut dengan satu kaki, kemudian berkata, "Ayuningtyas Clarissa, aku tidak tahu impianmu untuk dilamar seperti apa. Tapi, aku, disini, saat ini, berlutut dihadapanmu untuk memintamu menjadi istriku, teman hidupku yang satu-satunya untuk selamanya."

Tyas merasa bahwa dia sudah mengenal David cukup lama. Dia juga merasa kalau David memang sudah menjadi bagian dalam hidupnya, walaupun dia baru bertemu dan kenal David selama beberapa minggu saja.

Rama, dan Rita juga Bisma memancarkan wajah penuh haru untuk Tyas.

Entah Tyas sadar atau tidak, tapi dia menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ya, aku mau."