webnovel

Chapter 3

Setelah sekian lama di kelas para bangsawan pun akhirnya pulang dengan membawa rasa kesal terhadap Garron, dimana waktu mereka dipotong oleh seorang murid yang penasaran tentang ras pemimpin mereka.

Semua tentang ras Floire tentunya sudah dibukukan, setiap pemimpin atau siapapun meskipun berasal dari ras yang berbeda beda akan tetap di buat sejarah hidupnya atau rasnya.

Hari pun berganti, tidak ada hal special bagi kedua putri tersebut, didalam kerajaan hanyalah kemegahan yang diisikan kesepian, kedua putri yang bertolak belakang, bagi Agatha dia harus kuat, sedangkan Anatha dia harus memiliki banyak ilmu. Perbedaan yang saling melengkapi.

Waktu semakin dekat untuk berangkat ke Magical Florest, sekolah magic berdasar alam liar, hal yang sangat disukai Anatha.

Suara ketukan pintu terdengar, dia lah dayang untuk mengurusi kedua putri tersebut, "Tuan putri Anatha, dimana putri Agatha? tuan raja memanggil tuan putri, ia mengatakan untuk segera menghampiri ruangnya."

"Baiklah, akan segera ku panggilkan Agatha."

Seiring waktu berjalan seperti langkah kaki mereka menyusuri luasnya Istana yang ia tinggali, semua sudut diisi dengan foto leluhur serta barang barang emas yang sangat berkilau.

Anatha mencoba mengetuk pintu ruang raja, dengan pelan dan sopan memanggil sang raja, sampai balasan dari sang raja muncul dengan sebuah perintah yang berpesan untuk mencari seseorang yang bisa memperdalam ilmu ras Floire, berbagai penyihir kerajaan mencobanya, tapi yang membuat kesusahan adalah lembaran lembaran yang hilang antah berantah.

"Cari orang? kenapa tidak menyuruh kami saja? ini sebuah rahasia bukan?" sahut Agatha dengan nada sedikit meninggi, wajahnya sangat jengkel dengan kelakuan ayahnya.

Anatha langsung memotong pembicaraan Agatha yang seperti nya akan terus berbicara dengan nada tinggi, "Agatha, bicara yang sopan."

"Bukan begitu, kalian saja masih sekolah putri ku, berarti banyak ilmu yang harus dicari, ini bukanlah sebatas buku sihir yang bisa kalian mainkan, ini sebuah wasiat." ucap sang raja dengan lemah lembut menghadapi kedua putri nya.

"Apanya sih yang sulit? tinggal mencari lembarannya selesai kan?" cetus kesal Agatha.

Anatha yang memperlihatkan Agatha segera membawa tugas dari sang raja untuk keluar, Agatha terlalu keras kepala, "Baik, kami akan berusaha untuk membantu."

Saat berada didepan pintu sang raja memberhentikan langkah mereka, "Tunggu, buku ini jangan kalian kasih liat kesiapapun, cukup bertanya dan mencari tau, apalagi mencobanya!"

Peringatan tegas dari sang raja, sebagai ayah dari mereka berdua, sangat dikeraskan terutama Agatha, selama beberapa menit keluar dari ruang sang raja, tentu Agatha tidak diam begitu saja, saat berjalan keluar dia terus mencoba mengusik buku itu, mencoba lagi dan lagi mengambil buku dari tangan Anatha, berbagai gaya yang Anatha keluarkan untuk menghindari tangan jahil Agatha.

"Agatha, ini misi untuk kita, memang ada waktu untuk kita bermain main? jangan buat aku kesal." ucap Anatha.

"Kan cuman penasaran loh Anatha, lagian nanti juga kita lihat kan."

"Jawabannya sudah jelas, kamu mencoba untuk memakai sihirnya kan?!" tegas Anatha

Bagaikan malas mengurus kucing betina, Agatha berjalan kedepan meninggalkan Agatha dengan mengeluh, "Ah, ribet banget si punya adek, mending ke sekolah dari pada urusin tu misi."

"Agatha! kita beda 1 menit ya!" teriak Anatha menyusul sang kakak.

****

Sesampainya dikelas, pintu terbuka dengan banyak kursi yang masih kosong, tidak dengan kursi Garron, bahkan dia murid paling awal, ketika pintu terbuka mata Garron langsung menghadap kedua putri itu, membuat Agatha jengkel, "Mengapa bocah ini, menjengkelkan."

"Hai, Anatha." suara yang indah seperti sebuah melodi, menyapa Anatha, dengan ceria Anatha berbalik ke arah suara tersebut, ternyata itu dari seorang anak laki laki bertubuh tinggi, berpakaian yang sangat rapi, dengan senyum yang manis, Anatha segera menghampirinya.

Kejadian sekilas lewat didepan mata Garron, Anatha sungguh senang menjawab apapun yang keluar dari mulut anak laki laki tersebut, Garron hanya meratapi dari mejanya, pemandangan yang biasa didepan Agatha, perhatian Agatha tertuju terhadap Garron, dengan iseng Agatha mendekati nya, "Liat kan seharusnya tau siapa yang pantas."

Garron menggubris perkataan Agatha, dia malah bertanya balik dengan wajah yang polos, "Itu siapanya putri Anatha?"

Dengan geram dan jengkel bersatu padu menciptakan ekspresi Agatha saat ini, "Kalau putri pasangan nya apa? ya dia pangerannya, bego banget si."

"Oh dia pangeran." hanya sebatas itu respon yang keluar dari mulut Garron, dengan enteng mengabaikan putri Agatha, dia malah lanjut membaca bukunya.

"Cobaan macam apa lagi ini?" ucap Agatha jengkel dalam hatinya.

Tidak sebatas itu saja yang dipikirkan Garron, perhatiannya tidak teralihkan oleh putri Anatha yang masih berbicara didepan pintu bersama sang pangeran, Garron memikirkan sesuatu.

"Kalau jadi pangeran, berarti bisa jadiin putri Anatha, ratu? lalu aku jadi raja? hidup berdua dengannya, sungguh indah bukan."

Tak lama dari pemikiran Garron dia tersadar, dia hanyalah murid dengan keberuntungan yang besar bisa masuk ke sekolah bangsawan, dia hanyalah sebuah sampah yang ditaruh terpisah dari sampah lainnya, jika itu benar terjadi hanya membuat malu ras Floire tapi terlihat Garron memikirkan sebuah rencana dengan senyuman yang tiada habisnya.

Putri Anatha terlihat dari jauh menghampiri putri Agatha, seperti mereka menyudahi pembicaraannya, Anatha teringat dengan misi dari ayahnya, "Agatha, apa kamu memiliki solusi untuk misi kali ini? seharusnya kamu tau reward yang akan ayah berikan, kita akan belajar sihir tingkat lanjut! aku sangat menantikan hal itu!"

"Sihir sihir, apa apaan itu seharusnya ayah juga memberikan ku pelatih untuk melatih pedangku! menyebalkan." ketus Agatha, melihat adiknya kegirangan, justru baginya misi adalah sebuah perintah yang merepotkan.

"Itu kan dulu! sekarang kita sudah remaja, seharusnya dituruti dong!"

"Apa, kalian akan belajar sihir tingkat lanjut? jadi kalian disini hanya mengulang dan mengingat saja? keren."

Belum selesai berbicara, tiba tiba Garron datang dengan kegirangan setelah mendengar obrolan mereka, justru itu menimbulkan pandangan kesal dan aneh dari Agatha, "Apa apaan ini, kau seharusnya tau untuk tidak menguping terlebih lagi ikut campur?! dimana sopan santun mu?"

Garron terdiam, dikelas itu tidak hanya ada mereka bertiga selama Agatha dan Anatha mengobrol tentunya kursi akan terus diisi, terlebih sepertinya jumlah seisi kelas akan penuh dengan tingkah laku Garron lagi lagi menimbulkan kontroversi, dan membuat jelek namanya.

"Haduh, terlalu banyak tingkah ni bocah, bisa bisanya duduk dikelas kita." sahut seseorang di situ.

Hanya karena satu orang, semua seisi kelas bahkan satu persatu deretan kursi mulai membicarakan sikap Garron, Garron terduduk diam dengan membeku, seperti nya dia menyesali perbuatannya, tapi ternyata Garron mencoba memberi perlawanan, "Aku hanya mendengar karena tempat duduk ku tak jauh dari kedua putri itu, kenapa kalian menyalahkan ku?"

"Seharusnya kau tau batasan untuk mendengar!" teriak Agatha dari kursinya.

"Sudahlah, kalian hanya membesar besarkan masalah kecil." ucap Anatha mencoba menenangkan situasi.

Tuhkan aku tau, putri Anatha pasti akan membela ku!

Bersambung...