webnovel

Chapter 10

Terlebih kalimat yang keluar dari mulut Agatha sangat mengintimidasi Anatha, sampai sampai Anatha harus memalingkan pandangannya demi menjawab pertanyaan dari sang kakak.

"Ehm...dia hanya berbicara tentang lembaran yang hilang dikelas."

"Apa lagi yang ia katakan, sampai sampai kau mau pergi berdua saja? jangan berpikir semudah itu, Anatha."

Kedua mata Anatha terbelalak setelah mendengar fakta dimana Agatha sempat memasuki aliran pikirannya, detik itu juga Anatha berpikir bagaimana bisa Agatha masuk tanpa tanda tanda, setelah berdiam lama Anatha memberikan alasan lain yang membuat Agatha tersenyum tipis.

"Mau sampai kapan berdalih terus menerus? aku hanya menunggu kejujuran mu Anatha, tidak peduli dirimu harus kebingungan yang jelas ini adalah hal yang salah."

"Apa? dari mana salah ku? aku tak mengatakan semuanya, aku hanya ingin sihirku berlanjut! jika terus menunggu mu aku tak akan maju, karena dirimu saja tak tertarik dengan sihir!" balas Anatha meninggikan suaranya.

"Jika menurutmu benar, apa yang terlihat benar dimata mu? itu hanya pembelaan untuk pemikiran mu yang jelas jelas salah, bukan? pikir saja menaruh rasa percaya ke orang lain bahkan dia tak punya hubungan darah sekalipun, apa itu hal yang wajar? aku sudah bertahun tahun menjadi kakak mu Anatha."

"Jika menurutku benar, berarti itu pilihan ku! aku yang memegang misi kali ini, mau aku membawamu atau tidak itu hak ku! sekalipun membawa mu hanya membawa barang tidak berguna."

Agatha yang berdiri didepannya, mendengar dengan jelas bahkan ia ditunjuk tunjuk Anatha lalu mengatakan Agatha tak layak. Jelas membuat emosi Agatha memuncak, tak lama dari hal itu Agatha menampar wajah Anatha, ia tak menambahkan energi apapun hanya dengan dorongan rasa kesal dan emosi yang ia ayunkan ke wajah Anatha.

Dengan perasaan terkejut bagaikan diberi jumpscare, Anatha memegang pipi kirinya bekas tamparan Agatha, pipi Anatha yang jelas memerah dengan tatapan tajam dari Agatha yang masih belum merasa puas bahkan tangan Agatha masih berada di samping pipi Anatha, Anatha yang ketakutan dan kecewa ia pun bergegas berlari sambil memegang pipinya.

Dengan mata yang berkaca kaca menahan rasa sakit Anatha berlari menuju toilet, sesampainya ditoilet, Anatha menyentuh pipinya lalu membasahi dengan sedikit air dan menekan pipinya sembari membaca sebuah mantra untuk menyembuhkan rasa sakit yang ia alami.

Sementara Agatha yang masih merasa kesal, ia tak berniat menyusul adiknya lalu meminta maaf kali ini sudah tak bisa dibiarkan, Agatha langsung menuju ruang ayahnya dan meminta untuk ia memimpin misi kali ini, di depan wajah ayahnya Agatha menjelaskan kejadian yang barusan terjadi, saat ia menampar sang adik pun dengan jujur Agatha katakan.

Sang ayah menganggap serius untuk masalah kali ini, ia memercayai anak perempuannya itu karena ia tau bagaimana sikap Anatha yang sebenarnya, meski sedikit kecewa sang ayah mengatakan bahwa adiknya sangat persis seperti ibunya, jadi Agatha harus berhati hati.

Dengan izin dari sang ayah Agatha langsung menemui adiknya yang ia duga berada ditoilet, benar saja Anatha yang masih di depan kaca sambil memegang pipinya tiba tiba pundaknya di pegang Agatha, saat itu juga mereka bersampingan. Tepat didepan cermin Agatha langsung berbicara dengan selembut mungkin untuk meminta buku dan misi kali ini.

Anatha langsung mendorong Agatha dan berkata, "Tidak akan aku berikan! kali ini harus aku!"

Agatha yang terdorong kesamping langsung menghampiri Anatha yang sedang menggila dalam sihirnya, terpaksa Agatha harus mengambil buku yang Anatha simpan dalam dirinya. Setelah mendekati Anatha dan menahan tubuhnya yang terus meraung raung bagaikan macan, Agatha memasuki pikirannya Anatha dalam posisi berdiri, keduanya berdiri di depan cermin.

Saat memasuki pikiran Anatha, Agatha mencari sana kemari di mana pintu yang ia cari, pintu yang menyimpan segudang barang dalam energi. Selama mencari ia menemukan sebuah pintu aneh yang membuat Agatha jengkel, terlebih dari warna yang sangat suram dan aura hitam kepekatan sangat memancar dari ruangan tersebut.

Tanpa lama menunggu Agatha mencoba memasuki ruangan itu, tak semudah yang Agatha kira ia harus mencari cara untuk dapat memasuki ruangan aneh dan janggal itu. Dianggap tak menemukan cara setelah berlama lama di dalam pikiran Anatha, Agatha langsung keluar tanpa hasil dari pikiran Anatha. Anatha yang di buat pingsan terpaksa harus di gendong Agatha menuju kamar mereka.

Disitulah moment yang ditunggu tunggu, Agatha bergegas mencari cara bagaimana memasuki ruangan yang terlihat sangat suram itu, ia harus memasukinya atau setidaknya mendapatkan buku dan misi yang disimpan Anatha sebelum Anatha terbangun, "Pikir, berpikirlah dengan jelas! tolong lah aku butuh cara!"

Berpikir terlalu lama tanpa jawaban Agatha memutuskan untuk masuk kembali tapi hanya mengambil buku dan misi yang ia butuhkan.

Di dalam pikiran, Agatha mencoba mengabaikan pintu aneh itu meski aura hitam yang terus menarik dirinya untuk memasuki ruangan itu, "Tidak, tidak, tidak, mungkin lain kali aku akan mengunjungi mu." ucap Agatha melewati pintu tersebut.

Di depan pintu gudang energi, Agatha langsung membuka pintu tersebut dengan sebagian energi nya, karena mereka satu darah jadi energi dan aura yang dihasilkan cocok satu sama lain, sehingga pintu terbuka dengan mudah, semua berjalan lancar Agatha mendapatkan buku dan misi itu meski mendapati fakta tentang pintu aneh yang harus ia pelajari lagi.

Tak lama dari kepergian Agatha dari aliran pikiran Anatha, kesadaran Anatha pun terbangun, Anatha melihat Agatha yang tertidur di samping dirinya, mengira ini sudah malam Anatha mengecek jendela dengan membuka gorden, cahaya yang terang dan sangat menyilaukan pun terpancar dari luar membuat mata Agatha berkedip satu persatu, mengetahui kejadian itu Agatha bergegas membuat situasi layaknya ia di bangun kan oleh Anatha.

Anatha setelah membuka gorden ia menuju meja rias dan melihat kakaknya yang baru saja bangun dari tidurnya, Anatha mengabaikan tatapan Agatha sembari melihat lihat pipinya di depan jendela tersebut. Agatha menyadari nya dan bertanya, "Tidak tersisa bekas bukan? aku membantu menghilangkan nya." ucap Agatha berdiri dari tempat tidurnya.

"Huh, mana mungkin kau melakukannya, jelas jelas aku yang melakukannya di dalam toilet,...HAH! toilet?! bukannya, tadi aku di dalam toilet? kenapa ada di sini! lalu kenapa aku bangun dari tidur? ini kan bukan malah hari!" Anatha yang histeris di depan cermin mengarah ke sana kemari, sedangkan Agatha dengan santai berjalan di depannya.

"Agatha! jelaskan apa yang kau lakukan terhadapku! kenapa kau bisa bilang bahwa kau yang membantu menyembuhkan luka ini! jelas jelas aku yang melakukannya di toilet, sendirian tidak ada siapapun, aku hanya ditemani bayanganku di depan cermin! dan lebih anehnya kenapa aku harus tidur di jam segini! ini masih pagi Agatha!!" teriak Anatha menjelaskan kejadian menurut pemikirannya.

Agatha yang kesal melihat Anatha di depan meja rias dia berhenti sejenak dan berkata, "Hey, kau berteriak layaknya bocah yang tak mendapatkan mainan, ini sudah berganti hari, dasar bodoh."