webnovel

Flattery(COMPLETE+END)

coba kalian bayangin kalo misalnya dalam satu kelas siswa cowo modus semua , okelah kalo misalnya modusnya ke dede gemash atau kaka hitz. nah cerita ini menceritakan sebuah siswa konyol yang suka banget modus ke guru sendiri. akan jadi apa hayoo?.kepo gakk?baca kuyyy:)

Aname_Ada · Otras
Sin suficientes valoraciones
34 Chs

Sayang mereka

"Sebelumnya maaf kalau rapat ini saya mulai secara dadakan." Pak kevin memulai pembicaraan nya. Semua yang berada dalam ruang rapat pun hanya bisa bungkam. Tidak ada yang berani bertanya, berkomentar apalagi menyela perkataan pak kevin.

"Saya adakan rapat ini untuk membahas PAS atau yang sering disebut Penilaian Akhir Semester. Dimana ulangan ini akan menjadi ulangan terakhir untuk kelas 12. Karena di tahun depan mereka akan sangat sibuk untuk mengurusi Try Out, UJIKOM, USBN, dan UN. Saya mohon untuk partipasinya dalam menjalankan tugas masing-masing untuk PAS ini. Saya berharap banget PAS tahun ini akan berjalan lancar seperti PAS tahun lalu. Atau malah kalau bisa menjadi lebih bagus lagi. Sebagai guru juga siapkan soal untuk mata pelajarannya, untuk format soalnya akan diberikan kepada bu mina. Jika sudah selesai silahkan langsung berikan kepada bu mina atau pak fathir selaku guru piket. Soal paling lambat di berikan hari sabtu dikarenakan kita akan melaksanakan nya minggu depan." Pak kevin menjelaskannya secara sangat rinci. Bahkan untuk bertanya pun aku enggan .

"Ada yang ingin bertanya?"

"Yaudah kalau tidak maka rapat ini saya tutup. Terima kasih atas partisipasinya. sekian wassalam."

Semua yang berada di dalam ruang rapat pun satu persatu keluar. Aku merapihkan barang-barang ku dan berjalan ke arah luar sekolah untuk memesan grabcar. Selama aku menunggu tiba-tiba ada mobil hitam mewah berhenti tepat di depan ku. Aku pun terdiam dan melihat plat nomor mobil itu A 1V1N Setelah aku mengenalinya aku langsung menaiki mobil itu dan duduk di samping sang pengemudi.

"Kenapa ga minta jemput aku coba?" Ujar sang pengemudi itu. Ya siapa lagi kalau bukan pacar ku si Alvin.

"Takutnya kamu sibuk." Jawab ku singkat.

"Tadi gimana ngajar nya?" Tanyanya sambil menjalankan mobil nya menuju kearah rumah ku.

"Ya gitu. Biasa aja."

"Kenapa si gamau kerja di kantor aku aja? Kan kamu bisa jadi sekertaris aku."

"Aku kan udah bilang aku mau nyari pengalaman baru aja al. Siapa si yang gamau kerja bareng sama cowoknya? Aku sebagai cewek normal juga mau. Cuma aku pengen berjuang dari nol ga langsung instan gitu aja."

"Tapi aku gasuka kamu disana yang, aku juga tau kamu udah ga betah kan ngajar disana."

"Kalau aku bilang aku betah disana aku bohong. Aku emang ga betah ngajar disana. Cuma ada beberapa murid yang aku sayang banget disana, aku gatau nanti kalau aku resign nasib mereka kayak gimana. Mereka ga punya guru yang bener-benr ngerti gimana pola belajar mereka padahal mereka bentar lagi bakal ngerasain yang namanya UN. Kemungkinan kalau aku resign mereka ga bakal punya materi banyak untuk mengisi soal UN nanti."

"Emang guru disana yang ngajar kamu doang? Kan banyak yang. Mereka masih bisa ngasih materi yang lebih baik dari kamu."

"Jadi maksud kamu materi yang aku kasih ke meraka ga baik gitu?!"

"Ga gitu maksud aku."

"Tau ah." Aku memalingkan wajahku kearah jendela luar. Aku malas melihat wajah Alvin. Selalu saja masalah ini yang di bahas. Alvin pun hanya menghela nafas pelan. Aku baru sadar jalanan yang menuju rumah ku telah terlewati.

"Mau kemana? Aku lagi males kemana-mana." Ujar ku ketus.

"Aku Cuma gamau kamu pulang dalam keadaan marah kayak gitu. Aku mau ngelurusin pikiran kita, biar ga ada salah paham. Makanya aku ajak kamu ke resto biar kamu bisa makan sekaligus kita bisa ngobrol juga." Aku hanya diam dan tetep memalingkan wajahku.

****

Setelah beberapa menit akhirnya aku dan Alvin nyampai di resto favorite kita. Aku pun keluar mobil dan langsung berjalan masuk meninggalkan Alvin dan duduk dibangku pojok yang agak sepi. Setelah Alvin memarkinkan mobilnya dia pun duduk di depan bangku ku.

"Mau pesan apa mas, mba?" Tanya pelayan saat menghampiri meja kami.

"Kamu apa yang?" Tanya Alvin padaku. Sedangkan aku yang di Tanya hanya diam. Aku malas sekali membalas pertanyaannya.

"Steak.."

"Aku gamau makan!" potong ku cepat.

"Iced Cappucino aja dua mba." Alvin memesan minuman itu dan langsung dicatat oleh pelayan itu tak lupa pelayan itu pun langsung pergi.

"Maksud aku kan baik yang, aku pengen kamu betah di kerjaan kamu."

"Trus kamu pikir kalau kau masuk ke kantor kamu aku langsung betah gitu?"

"Ya setidaknya kan ada aku jadinya kamu ga bosen-bosen banget kalaupun nanti kamu bakal ga betah."

"Egois."

"Yaudah terserah kamu!" Bentak Alvin kepadaku.

Aku paling tidak suka dibentak oleh siapapun itu. Avin sering banget ga bisa nahan emosi dan ujung-ujung nya pasti ngebentak. Aku langsung diam mengambil tasku dan berdiri namun Alvin lebih dulu mencegah tangan ku dan berkata "Duduk." Secara tegas. Aku pun akhir nya duduk kembali.

"Ma.." ucapnya terpotong oleh seorang pelayan yang memberikan pesanan kami tadi. Setelah pelayan itu pergi Alvin segra melanjutkan bicaranya.

"Maafin aku udah bentak kamu tadi. Aku ga sengaja." Ujar nya lembut.

"Hm."

"Yaudah iya aku ga bakal bahas tentang pekerjaan kamu lagi. Terserah kamu mau kerja dimana. Aku bakal dukung mulai sekarang." Mendengar hal itu pun aku langsung menatap wajah nya dan memberikan senyum terindah ku.

"Beneran? Janji?" Tanya ku antusias.

"Iya janji."

"Al, laperrrr. Pesen makanan yaa."

"Tadi gamau. Yaudah aku pesenin. Mau pesen apa?"

"Emm. Apa aja deh." Alvin pun menjentikan jarinya, bermaksud untuk memanggil sang pelayan. Setelah pelayan tiba Alvin memesan dua porsi makanan yang serupa.

"Aku mau tanya ke kamu boleh ga? Tapi pas aku nanya aku gamau kita berantem lagi." Sambil menunggu makanan Alvin pun mengajakku untuk mengobrol.

"Tergantung kamu nanya nya apa dulu."

"Kamu kenapa si ngotot banget ngajar di sekolah itu? Jangan-jangan ada guru cowok yang kamu taksir ya?" tebak Alvin.

"Yaampun vin, ngaco kamu mah! Ya ga mungkin lah aku suka sama guru cowok disana. Guru cowok disana tuh udah pada tua semua, kalaupun ada yang muda pasti udah pada nikah juga. Aku masih waras untuk ga jadi pelakor dihubungan mereka. Lagian aku udah punya kamu." Jawabku sembari terkekeh.

"Ya trus kenapa?"

"Emm. Lebih tepatnya aku nyaman sama anak murid nya."

"Hah?! Kamu suka sama berondong yang?" tanyanya. Belum sempat aku menjawab makanan yang kami pesan pun tiba. Aku memilih untuk memakan pesananku saja daripada menjawab pertannyaan Alvin yang sangat tidak masuk akal itu.

"Aku nanya serius ga bercanda. Jawab!" Ujarnya tegas.

"Apaan si. Kamu mah kebiasaan suka bikin asumsi sendiri nanti ujung-ujungnya ngebuat aku kesel trus kita marahan lagi."

"Ya lagian setiap aku nanya serius kamu nya kayak main-main gitu."

"Pertannyaan kamu ga logis banget tau ga al. yakali aku suka sama anak SMK yang umurnya aja beda 3-4 tahun sama aku. Aku gabakal kepincut sama berondong-berondong itu sayangggggg."

"Ya trus kamu nyaman nya karena apa?"

"Ada banyak banget kelas di sana. Tapi ada satu kelas yang isinya anak-anak nakal semua. Ga cewek nya ataupun cowok nya. Mereka yang ngebuat aku nyaman. Mereka selalu bilang ke aku gini bu kalau ada yang gasuka sama ibu diemin aja, tutup kuping, buka mata. Ibu hanya perlu diam dan tunjukkin ke mereka kalau apa yang ibu lakuin itu udah bener. Biarin mereka menghina kita sekarang tapi suatu saat nanti kita akan tunjukkan ke mereka kalau kita bisa sukses. Pada mulanya semua orang tergeli-geli melihat tingkah kita tapi nanti mereka akan tergila-gila saat kita bukan lagi menjadi orang yang mereka remehkan dulu. Aku tau itu bukan beneran kata mereka Cuma mereka ngebuat aku buka mata aku kalau aku punya mereka yang akan support aku apapun keadaan aku. Aku sayang banget sama mereka." Cerita ku panjang lebar.

"Aku kayaknya mau ngajar disana juga deh yang, gimana menurut kamu?" Pertannyaan Alvin membuat ku tercengang. Bagaimana tidak? Dia sudah memimpin beberapa perusahaan dan menjadi seorang arsitek. Sekarang di tambah akan menjadi guru SMK? Apakah cowo di depan ku ini robot?!

"Ngaco kamu mah! Aku ga setuju kamu ngajar disana. Pekerjaan kamu udah banyak. Kesian badan kamu."

"Aku masih bisa ko. Aku Cuma gamau pisah lama sama kamu. Gimana kalau kita nikah aja yuk yang? Biar kamu gabisa jauh dari aku dan aku punya hak sepenuhnya atas kamu."

"Aku mau. Tapi ga sekarang. Nunggu anak murid yang aku ajar lulus. Setelah itu aku janji kita bakal nikah."

"Yaudah kita tunangan dulu gimana? Biar kamu terikat sama aku."

"Yaudah terserah kamu."

"Aku bakal langsung bilang sama mama papa aku yang. Biar kita bisa tunangan secepatnya. Ihh gasabar aku." Aku pun hanya tersenyum geli dan menggelengkan kepalaku pelan.

Pov Lili End

*******