Malam sudah semakin larut, namun mata dan otak Axel seperti sedang tidak bersahabat. Kedua matanya sudah ingin terpejam efek obat yang dia minum, tapi otaknya masih ingin bekerja keras. Axel menatap langit-langit kamar inapnya dengan kosong. Lova benar-benar tidak datang lagi setelah pagi tadi mengantarkan sarapan. Axel menghela nafas berat.
Axel mengangkat ponsel yang ada di tangan kirinya. Menatap caller id Lova yang disimpan menu kontak benda persegi itu. Sudah hampir satu jam setengah, Axel menimbang keputusannya. Telpon? Jangan? Axel sudah menghitung kancing baju pasiennya. Telepon? Jangan?
Axel menghela nafas kasar. Melemparkan ponselnya di atas nakas begitu saja, tanpa merasa takut benda pipih itu bisa rusak.
Mata Anisa yang sudah setengah terpejam langsung kembali terbuka lebar ketika mendengar suara yang cukup nyaring di dekatnya. Anisa yang sudah dalam posisi rebahan di bed penunggu pasien, sudah siap menuju alam mimpi dengan cepat menoleh ke samping.
"Nis?"
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com