webnovel

5. Kelas di luar cerita novel

"Cepaaat!" Suara Putra Mahkota semakin keras.

byuuuuurrrr

Ramuan itu bukan diminum lewat mulutnya. Namun, oleh semua tubuhnya.

Betrand menatap gadis kecil itu dengan nanar. Menariknya dengan paksa menarik kedua pipinya. "Apa yang kau lakukan, Bocah?"

Wajah Putra Mahkota yang tepat berada di depan hidungnya, membuat Viola merasa gerah. Wajahnya terlalu tampan. Matanya pun berbeda dari yang lain.

Bocah? Emangnya dia dari mana? Kenapa bisa mengeluarkan kata-kata 'bocah' seperti itu?

Viola mengerjap-ngerjapkan matanya. Sekarang dia mengerti, kenapa Xena sampai jatuh cinta pada pria ini. Saat pesona garang seperti ini saja dia begitu menggerahkan, apalagi jika dia seorang yang lembut. Betrand teringat bagian ciuman di antara Pangeran Gerald dengan Xena.

Putra Mahkota menarik dagu Xena dengan lembut. Mencium gadis itu mulai dari bagian kening, hidung, berakhir di bibir dengan ciuman yang panjang.

Betrand menyunggingkan senyuman sinisnya. Dia akan mempraktekan isi cerita itu kepada gadis yang tengah dijepitnya ini.

Betrand mulai mendekatkan bibirnya pada kening Xena. Dewa yang melihat rencana sang Putra Mahkota jadi-jadian ini menjentikan jemarinya, sehingga menyadarkan Viola yang termakan pesona sang pangeran. Dengan refleks Viola mendorong sang Putra Mahkota itu hingga jatuh terjerembab.

Betrand menunjuk Xena dengan perasaan kesal. "Berani sekali Kau! Awas yaaaa!"

Viola berlari keluar dari kamar tersebut. "Ah, sial. Pesona dia benar-benar membuat jiwa Xena yang sedang tertidur sempat terbangun. Untung saja aku bisa menghindari ciuman itu. Apakah ini berarti aku bisa menghindari kematian keluarga Leonard Currie, esok hari?

💖

Keesokan hari, beredar sebuah berita baik. Berita itu mengabarkan bahwa malam tadi Putra Mahkota tertidur dengan pulas. Ini untuk pertama kali semenjak usia enam belas tahun, sang Putra Mahkota tidak mengamuk di malam hari.

Betrand memandangi wajah Gerald di dalam cermin. Dia berpendapat, hal yang membuat Gerald tidak mengamuk, disebabkan karena di dalam diri Gerald sudah ada dia yang mengisi jiwa sang Putra Mahkota itu. Tidak ada hubungannya dengan penyiraman obat yang dilakukan oleh anak kecil kemarin.

Hari ini Putra Mahkota diizinkan untuk keluar menghirup udara segar. Namun, dia masih belum diizinkan untuk keluar dari istana. Sang Permaisyuri yang mengetahui putranya sedang menikmati waktu di taman, segera berjalan ke sana untuk menemui anaknya.

Permaisyuri melihat Sang Pangeran merenung memandangi bermacam bentuk dan warna bunga-bunga yang ada di taman sana. Sudah cukup lama sang raja mengurung putranya ini. Karena dia takut, jika suatu Gerald mencelakakan orang lain, di saat dia tiba-tiba berubah bentuk.

"Putraku, Pangeran Gerald ...?" Permaisyuri bergerak semakin mendekat.

Betrand pun merasa bingung, bagian ini tidak ada lagi di dalam cerita. Dia tidak tahu harus memanggil siapa kepada ibu dari Gerald ini. "Iya, Ma? Ada apa?"

Permasyuri terkejut mendengar ucapan aneh sang pangeran. "Apakah setelah sekian waktu dikurung, pikiranmu jadi berubah, Anakku?"

Betrand mengatup mulutnya. Dia bingung harus memanggil siapa kepadanya. "Apakah aku boleh memanggilmu Mama?"

Permaisyuri hanya mengangguk bingung. Betrand menjelaskan semua tentang panggilan Mama itu adalah panggilang untuk wanita yang melahirkan seorang anak.

"Jadi, aku adalah Mama?" Permaisyuri bertanya dengan wajah serius.

"Iya, apakah aku diizinkan memanggil dengan sebutan Mama?"

Permausyuri merangkul putranya itu. "Tentu saja, apa pun itu. Yang penting dirimu adalah darah daging kami. Anak yang pernah bersemayam selama sembilan bulan di dalam rahimku. Panggil lah dengan Mama, jika Kamu lebih menyukai itu."

Betrand mengangguk, dia merasa sangat terharu. Dalam kehidupan nyata, dia tidak memiliki seseorang yang bisa dipanggilnya dengan Mama.

Karena beliau meninggal saat melahirkannya dulu, yang dalam keadaan sangat susah saat mengandung dirinya. Sehingga, saat hadir di dunia pun, Betrand terlahir tak sempurna. Membawa cacat di bagian jantung semenjak ia lahir, hingga kemarin sebelum sampai ke dunia Gerald ini.

💖

"Bagaimana semuanya? Sudah ada yang berhasil meracik ramuan yang bisa menenangkan orang sakit yang dalam keadaan yang kurang baik?" tanya Madam Veronica Duilzing.

Tampak Sisillia Hoachman mengangkat tangannya. "Saya sudah berhasil, Madam!"

"Waaah, hebat!" Madam Veronica Duilzing memberikan tepuk tangan sebagai penghargaan kepada Sesillia yang dianggap orang pertama menyelesaikan tugasnya.

"Madam, tunggu!" Sebuah suara mencegat keputusan Madam Veronica. "Saya melihat, bahwa Xena lah yang lebih dulu menyelesaikan misi pembuatan ramuan ini, Madam."

Kening Madam sedikit berkerut. "Dari mana Kamu belajar, Xena?

Kening Madam sedikit berkerut. "Dari mana Kamu mempelajarinya, Xena?"

Viola melirik temannya yang tadi bersorak. Dia berkata namanya Barbara. Dia langsung akrab saat Xena baru sampai di sekolah.

"Xena, kenapa Kau tidak hadir di hari lalu?"

Viola hanya menjelaskan sekedarnya. Hari ini adalah bagian yang sama sekali tidak ada di dalam cerita. Viola hanya bisa mengikuti alur yang tidak bisa dia tebak kelanjutannya.

Ketika kelas dimulai, Viola baru tahu dia duduk dekat dengan Barbara. Ini menandakan bahwa hubungan mereka bukan hanya teman biasa. Barbara dan Xena ternyata adalah sejenis bestie di dunia nyata.

Kelas dimulai, guru mereka memerintahkan untuk membuat ramuan penenang dengan bahan yang telah disediakan. Beberapa jenis tanaman dan rempah telah disediakan oleh Madam Veronica. Semua murid dipersilakan untuk memilih sendirian. Maka pilihan Xena jatuh pada kecubung.

Setahunya tanaman kecubung memiliki efek menenangkan. Jadi, jika takarannya pas, kecubung bisa merelaksasi dan menenangkan bagi pasien yang memiliki gangguan kecemasan. Namun takarannya dan jenisnya harus pas, tidak boleh sembarangan. Jika salah takaran, maka efeknya akan berubah menjadi racun bagi yang mengomsumsinya. Hal ini sudah dipelajarinya dalam dunia kedokteran modern.

Barbara masih meracik dan meramu bahan pilihannya, Viola sudah menyelesaikan semuanya. Sembari menunggu yang lain selesai, Viola membuka buku pengobatan yang disiapkan oleh pihak sekolah. Tak beberapa lama, Sesillia menginformasikan bahwa telah menyelesaikan membuat ramuannya. Bahkan mendapat penghargaan oleh Madam Veronica Duilzing.

Barbara yang mengetahui semua, tentu menyela saat Sesillia yang dinobatkan oleh guru mereka tersebut. Karena Xena, adalah orang yang pertama menyelesaikan dibanding yang lain. Bahkan Xena sudah membersihkan peralatan yang digunakan saat meramu dan meracik itu semua.

"Xena Leonard Currie, maju lah! Bawa ramuan yang Kau racik ke hadapan rekan kelasmu!"

Viola membawa ramuan yang sudah siap dikonsumsi ke hadapan Madam Veronica. Ramuan yang diracik Viola disandingkan dengan ramuan milik Sesillia.

"Sekarang coba kalian jelaskan bahan-bahan yang kalian pilih dan alasan mengapa memilih itu!"

Selillia mendapat giliran pertama. Dia memilih bahan yang dibuat dari tanaman solanaceae yang dipadukan dengan tanaman tembakau. Mendengar penjelasan tersebut wajah Viola menegang. Karena, di dunia nyata penggunaan bahan itu sangat tidak dianjurkan untuk digabungkan.

"Aku memilih bahan ini, karena bisa menenangkan pasien yang memiliki gangguan dalam batinnya. Dia yang tidak bisa tenang, bisa lebih tenang jika mengonsumsi ramuan ini."