Malam itu, Eric dan Cecil berbaring di atas ranjang yang sama, saling berhadapan, tapi dengan Niko di tengah-tengah mereka.
"Kenapa kau belum tidur juga?" tanya Eric. "Niko sudah tidur dari tadi."
Cecil mengedik kecil. "Hanya … tidak bisa tidur."
Eric mengerutkan kening. "Kenapa? Perutmu sakit?" tanyanya.
Cecil mendengus pelan dan menggeleng. "Kau kenapa tidak tidur? Karena kau sepanjang hari tadi tidak tidur, seharusnya kau sekarang mengantuk, kan?"
Eric ganti mendengus. "Kenapa? Kau mau mencoba menyerangku lagi? Dengan apa? Belati? Gunting? Pistol?"
Cecil menggeleng. "Pistol terlalu berisik, Niko bisa bangun."
Eric melotot mendengar itu. "Kau benar-benar berniat menyerangku?"
"Sedang kupertimbangkan," balas Cecil.
Eric mendengus geli menyadari gadis itu tidak serius. Ia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Cecil dengan lembut.
"Tidurlah. Aku akan berjaga kalau Niko terbangun," Eric berkata.
"Boleh aku bertanya sesuatu padamu?" tanya Cecil.
"Apa?" Eric balas bertanya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com