Jam mata kuliah telah berakhir. Aku dan Fita kini berada di kantin dan memakan mie ayam kesukaan kami.
"hai sayang" sapa Fito Dari belakang yang seketika mengagetkanku dan Fita. Kemudian Fito pun duduk diantara kami.
"sayang ke siapa nih? Aku atau El? " canda Fita
"ihh apaan sih lo Fit" gerutuku
"Fit? Fita atau Fito? " tanya Fito sebagai candaan
"tau ahh.. Terserah kalian deh.. Kalian tuh sama-sama nyebelin tahu gak" ucap ku kesal
"hahaha.. Becanda Elvira... Lo tuh gak humoris banget sihh" ucap Fita sambil tertawa begitu pun dengan Fito
Hubungan kami bertiga memang cukup dekat. Semenjak Fito pacaran dengan Fita, kami bertiga semakin dekat. Meskipun Fita dan Fito pacaran, tapi mereka tidak egois. Terkadang mereka mengajakku makan bersama mereka dan walaupun terkadang juga aku harus menjadi kambing di antara mereka :(
"makanya lo cepetan dong cari pacar biar kayak kita" ledek Fita
"eitt.. Dia udah punya pacar Beb" ucap Fito
"ohh yah? Kok aku gak tahu. Siapa orangnya? " tanya Fita
"kasih tahu gak ya? " goda Fito
"ihh nyebelin.. Siapa sih? El, siapa orangnya? Kok lo gak pernah cerita sama gue? " tanya Fita
"apaan sih lo? Lo juga" ucap ku pada Fita dan Fito kemudian memukul Fito karena kesal
"siapa sih Beb? Penasaran deh? " tanya Fita pada Fito
"Revan" jawab Fito enteng
"hah? Revan? Revan anak bahasa? Yang sekelas sama gue? " tanya nya tak percaya
Fito menganggukan kepala.
"beneran, El? " tanya Fita tak percaya
"ya enggak lah." jawabku
"boong, terus ngapain tadi lo berangkat sama dia? " tanya Fito
"apa? El, lo berangkat sama Revan? Beneran? Sejak kapan lo jadian sama dia? " tanya Fita rempong
"ihh apaan sih lo rempong banget. Ya enggak lah. Gue gak jadian sama dia. " jawabku kesal
"tapi tadi lo di bareng sama Revan? Beneran? " tanya Fita lagi
"iya, ternyata.... "
"apa? Serius? Demi apa? Gue gak mimpi kan? Lo beneran dianterin sama Revan? " ucap Fita sambil menggoyang-goyangkan bahuku
Aku melepaskan tangan Fita dengan kesal. "ihh makanya dengerin dulu. Alamat yang lo kasih tadi pagi, itu rumahnya Revan. Dan gak sengaja dia juga mau berangkat. Ya udah sekalian dia ngajak gue naik mobilnya" jelasku
"serius? " tanya nya tak percaya
"iya" jawabku singkat
"jadi kalian gak pacaran? " tanya Fito
"iya, lagian siapa sih nyebarin gosip kayak gitu? Emang kalau berangkat bareng ke kampus harus yang pacaran doang? " tanyaku kesal
"tapi masalahnya itu Revan, El. Revan.." jawab Fita
"emang kenapa kalau Revan?"
"asisten dosen, orang paling pinter, cerdas, ketua senat, kapten sepak bola, cowo keren, dan yang pasti cold handsome " jawab Fita
"gak jelas lo" ucapku kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.
Hari ini memang cukup siang. Aku melihat jam di tanganku telah menunjukan pukul dua. Sebelum aku kembali ke resto, sepertinya aku akan refreshing dulu sejenak untuk menenangkan pikiranku karena kelakuan pasangan yang sengklek itu.
Saat ini aku telah berada di sebuah danau dengan pemandangan yang cukup mengagumkan. Aku menarik nafas panjang dan memejamkan mataku agar bisa menikmati setiap keindahan Tuhan yang telah ia berikan.
Hal seperti ini memang hal yang aku butuhkan. Selama sebulan ini aku jarang pergi untuk sekedar refreshing karena tugas kuliah yang banyak dan juga waktu kerja yang semakin panjang.
Terkadang aku sempat berpikir, kapan aku bisa seperti mereka yang bisa dengan normalnya kuliah tanpa harus memikirkan biaya, kontrakan, makan, dan yang lainnya. Tapi aku tetap bersyukur, mungkin Tuhan ingin menjadikanku wanita yang tangguh dan kuat sehingga aku tak mudah tumbang dalam keadaan tersulit sekalipun.
Namun ketika sedang menikmati saat-saat indah seperti ini, pikiranku justru terlintas pada perkataan Bu Dona tadi di ruang Dosen sebelum aku pulang.
*flashback
Saat mata kuliah telah selesai, tiba-tiba Bu Dona memanggilku ke ruangannya.
"Elvira, maafkan ibu jika membuatmu resah tapi pihak tata usaha selalu bertanya pada ibu" ucap Bu Dona ketika kami sedang bicara di ruangannya.
"iya, Bu, saya akan usahakan secepatnya. " jawabku
"jika kamu tidak segera membayar biaya semester, kamu bisa terancam tidak mengikuti ulangan akhir Elvira"
"iya,Bu. Saya ucapkan terima kasih atas perhatian Ibu. Saya akan usahakan secepatnya saya akan membayarnya Bu"
"baiklah kalau begitu. Ibu percaya akan tanggung jawabmu"
"terima kasih, Bu. Kalau begitu saya permisi"
Uang semester belum aku bayar. Uang yang kukumpulkan telah habis untuk biaya rumah sakit adikku sebulan kemarin. Dan sekarang aku tak tahu harus mencari uang lagi kemana. Uang gajian dari resto pun tak akan cukup untuk membayarnya. Jika aku tak mengikuti ujian akhir berarti aku harus mengulang pelajaran di semester depan. Dan waktu untuk wisuda pun akan semakin panjang lagi.
Aku mulai membuka mata. Pikiran yang tadinya tenang kini mulai resah dan berkecamuk. Aku melihat jam di tanganku yang telah menunjukan pukul tiga lebih lima menit. Aku pun beranjak dan berniat untuk segera pergi bekerja ke resto.