webnovel

Ex-Bangsat Boys

Ini kelanjutan kisah cinta mantan leader Bangsat Boys. Kisah cinta si Bos dan Bu Bos ternyata tak semulus yang diharapkan, cinta mereka karam ditengah jalan. Sekarang si Bos bukan anak berandal seperti beberapa tahun lalu, ia telah menjadi mahasiswa jurusan bisnis manajemen merangkap owner kedai Boba. Bu Bos juga sudah bukan remaja polos lagi, kini ia telah menjadi selebgram hits yang kondang dimana-mana. Lama berpisah, keduanya kembali dipertemukan dalam keadaan yang berbeda. Kali ini apakah hubungan mereka akan berhasil? Atau kembali karam? Benarkah cinta hanya butuh waktu?

nyenyee_ · Famosos
Sin suficientes valoraciones
40 Chs

Kanjeng Ratu Unaya

Unaya keluar dari mobil taksi dengan gaun panjang hitam ketat sembari mengipas-ngipas wajahnya dengan kipas berukuran besar. Gadis itu baru saja selesai melakukan pemotretan, agak ribet karena ia melakukannya sendiri. Tanpa asisten juga manager, sudah berniat mengangkat Jeka sebagai managernya tapi tidak jadi gara-gara kejadian cemburu buta kemarin. Asisten memang belum punya, belum ada yang bisa Unaya percaya sebagai asisten.

"Bapak, bisa cepetan gak keluarin kopernya? Saya kepanasan nih". Omel Unaya pada sopir taksi yang merasa kesulitan mengeluarkan koper berukuran jumbo dari bagasi. Maklum artis kan perlengkapan syutingnya banyak, alhasil Unaya membawa koper untuk menyimpan barang-barangnya.

"Iya Mbak, sebentar". Sahut si sopir taksi dengan sabar. Unaya mendengus, gadis itu menaikkan kacamata hitamnya yang sedikit melorot. Omong-omong Unaya saat ini sedang ada didepan kedai Boba milik Jeka. Tadi si bos besar berpesan, setelah pulang pemotretan Unaya lebih baik menyempatkan diri untuk mampir ke kedainya. Sekedar untuk belajar meracik Boba, sekaligus mengenal lingkungan tempat kerja sebelum benar-benar terjun ke sana. Unaya akan dipandu oleh salah satu pegawainya, meski Juwi lebih mumpuni tapi Jeka tidak mau ambil resiko jika seandainya terjadi perang dunia kesekian kalinya. Ini saja masih mending karena Unaya sudah tidak marah lagi padanya, maksudnya sedikit jinak. Jeka juga sudah tidak mau ambil pusing soal Guan. Udah gedhe lho, apa-apa gak usah dibesar-besarin. Bawa santuy aja...

"Ini Mbak". Unaya langsung mengambil alih kopernya sembari mengulurkan uang seratus ribu kearah sopir taksi itu.

"Makasih". Kata Unaya dengan pongahnya. Unaya memang sedikit agak sombong setelah menjadi selebgram. Bukan bermaksud besar kepala lantaran tenar, melainkan sebagai bentuk perlindungan diri. Unaya ingin menjadi sosok yang kuat dan angkuh, bukan yang lemah hingga diinjak-injak seperti saat SMA dulu. Sejatinya gadis itu masihlah Unaya dengan hati lembut dan baik hati, namun pada orang asing ia tidak akan berlaku demikian.

"Kembaliannya Mbak?". Panggil sopir taksi sebelum Unaya melangkah pergi. Unaya berbaik kemudian menaikan kacamatanya diatas kepala.

"Buat Bapak aja, saya alergi uang receh". Sahut gadis itu sebelum melanjutkan langkahnya.

"Alhamdulilah, rejeki emang gak kemana". Ucap si sopir taksi setelah beberapa detik sempat bengong. Unaya diam-diam mengulum senyum tipis, begitulah caranya ia berbagi.

Tuk!

Tuk!

Tuk!

Suara ketukan heels yang bersinggungan dengan jalan seakan menjadi sihir bagi orang-orang yang berpapasan dengan gadis itu. Semua mata tak bisa lepas dari sosok cantik selebgram yang tengah kondang itu. Unaya yang menyadari tengah menjadi pusat perhatian semakin besar kepala. Gadis itu mengibaskan rambut dengan sombong kemudian berjalan penuh gaya bak tengah melakukan catwalk. Jalan beraspal bak red carpet dimatanya, yoksi Unaya dengan sejuta pesonanya.

"Woahhhh...". Orang-orang mulai mengaga dan histeris, Unaya semakin dan semakin sombong. Saking menikmati dunia imajinasinya, Unaya tidak menyadari jika didepan-nya terdapat tanjakan hingga berakhir gadis itu terjatuh. Sungguh mengenaskan, eh bukan mengenaskan tapi lebih ke malunya itu loh!

"UNA FROZEEENNNN!!!!". Teriak para fans Unaya dengan begitu histeris kemudian langsung berlari menghampiri gadis itu. Bukannya membantu Unaya berdiri, para fans justru memaki-maki dan menendang aspal karena telah membuat Una Frozen terjatuh.

"Aspal gak tahu diri, bisa-bisanya bikin Una Frozen kita jatuh! Biar gue hajar sampai mampus!".

"Ya Tuhan, aspalnya ikut glowing gara-gara dijatuhin Una Frozen".

"Pakar keaspalan harus minta maaf nih karena bikin Una Frozen jatuh!".

Komentar-komentar nyeleneh para fans Unaya membuat gadis itu pusing sendiri. Pliss, ini Una lutut dan lengannya sudah berdarah tapi tak ada satupun orang yang menolongnya. Mereka justru salah fokus hingga Unaya yang jatuh keaspal mendadak trending.

Yuna yang memang selalu setia menunggu Jimi selesai kerja-pun, menatap keramaian dengan heran. Gadis berkaca mata bulat itu mendekat kesana dan mencari tahu apa yang sedang terjadi.

"Mbak, ada apaan sih? Rame bener sampai bikin jalanan macet. Ada reporter segala lagi". Tanya Yuna sembari berjinjit hendak melihat sumber keramaian tapi sayang tidak menemukan apapun.

"Itu loh Mbak, si Una Frozen selebgram kondang jatuh keaspal. Eh aspalnya ikutan glowing, lihat deh". Jawab Mbak-mbak tersebut sembari menunjukan hasil jepretannya.

"Ya ampun Mbak, bukannya di tolong malah diviralin. Astaga dasar people di negara ber-Flower". Omel Yuna yang tak habis fikir dengan orang-orang yang berkerumun hanya untuk menyaksikan Unaya terjatuh diaspal. Ya meski Yuna adalah jurnalis kampus yang kerap membuat kehebohan dengan berita-beritanya, namun gadis itu masih punya hati nurani. Orang jatuh ya ditolong, bukan malah ditonton.

"Awas! Awas minggir!". Yuna menerobos kerumunan dengan bar-barnya membuat beberapa orang mengumpati gadis itu. Sementara itu Unaya tertunduk malu ditempatnya, mau kabur tapi tidak ada celah. Gadis itu malu sekali diliput dalam keadaan seperti ini, lebih malu lagi kalau berita tentangnya bukan karena prestasi melainkan kejadian absurd yang tidak semestinya disebar luaskan.

"Una, Una ayo berdiri. Astaga kaki lo berdarah". Ujar Yuna dengan heboh sembari membantu Unaya berdiri. Unaya mendongak dan menatap Yuna dengan mata berkaca-kaca, dimatanya saat ini sosok Yuna tengah memakai baju putih, bersayap, juga ada cahaya yang memancar ditubuh gadis itu :')

"Lo gak apa-apa? Ayo gue bantu jalan". Ujar Yuna lagi yang kali ini sudah memapah tubuh Unaya dan berjalan menjauhi kerumunan.

Yuna membawa Unaya masuk kedalam kedai, kemudian mendudukkannya disebuah bangku. Orang-orang yang ada didalam kedai pun langsung menjadikan gadis itu pusat perhatian, lagi-lagi Unaya merasa tidak nyaman. Sudah pasti semua orang tahu apa yang terjadi pada Unaya, lha wong berita jatuhnya saja bahkan sampai dibuat artikel;

Una Frozen jatuh, Netizen; aspal yang salah!

Jeka yang saat ini sedang ada diruangannya pun berdecak melihat berita yang sungguh tidak bermutu ini. Meski belum sehat betul, Jeka memaksakan diri datang ke kedai. Jeka was-was kalau nanti Unaya dan Juwi bertemu terus gelut, pemuda itu bahkan tidak bisa istirahat dengan tenang karena terus memikirkannya. Tanpa menunggu lama, Jeka langsung keluar dari ruangannya bermaksud mencari Unaya. Namun pemuda itu langsung bernafas lega begitu melihat sosok Unaya yang tengah duduk disebuah bangku kedai, hendak diobati lukanya oleh Yuna.

Jeka merebut kotak P3K dari tangan Yuna kemudian tanpa aba-aba langsung menggendong Unaya ala brydal dan dibawa masuk kedalam ruangannya. Unaya yang digendong pun hanya bisa menghela nafas dan memendamkan kepalanya di dada Jeka karena malu.

"Kalau ada yang berani ambil foto saya, bakal saya perkarakan!". Ucap Jeka dengan tegas membuat pengunjung yang tadinya asyik memotretnya dan Unaya mendadak kicep. Karina yang tengah mengelap meja pun menghentakkan kakinya tidak suka. Meski ribuan kali Jeka bilang kalau Unaya itu kembarannya, tapi Karina tidak percaya. Mana ada kembaran yang mesra-mesraan gitu. Karina pun mendekati Yuna yang tengah menatap Unaya dengan kasihan.

"Yun, ngapain sih lo nolongin cewek manja itu?! Harusnya tadi lo biarin aja dia ngejogrok diaspal sampai jadi tengkorak". Omel Karina dengan sebalnya.

"Eh Karina gak boleh gitu, kasihan tahu Unaya jatuh terus jadi tontonan". Sahut Yuna dengan polos sembari menaikan kaca matanya. Karina mendengus lagi, benar-benar geregetan dengan Yuna yang otaknya agak geser itu.

"Yuna cantik, gebetannya Kak Jimi. Dengerin gue baik-baik, mulai detik ini Unaya itu musuh kita. Kita harus ada di tim Kak Juwi dan Bos Jeka. Jadi fokus kita tuh bikin dia menderita, paham?!". Kata Karina sambil menyentuh bahu Yuna, berusaha memberikan penjelasan pada gadis itu.

"Hah? Musuh kita? Lo aja kali, gue gak mau kemusuhan sama dia. Gue takut dilabrak sama Jeka kalau jahatin Unaya". Tolak Yuna sambil geleng-geleng kepala. Gadis itu menepis tangan Karina dipundaknya.

"Ihhh... Yuna!". Karina sebal setengah mati, gadis itu hendak menjambak rambut Yuna namun sudah langsung dicegah oleh Juwi.

"Kalau mau jadi orang jahat tuh gak usah ajak-ajak". Juwi menyentak tangan Karina dengan kasar kemudian mengusap-usap rambut Yuna yang berantakan. Yuna gemetar ketakutan, gadis itu bersembunyi dibalik tubuh Juwi.

"Apaan sih Kak, gak ada angin gak ada hujan muncul aja!".

"Lo tuh yang apaan. Gak usah nebar racun diotak Yuna deh. Kalau mau busuk, ya busuk aja sendiri. Dasar toxic! Ayo Yun". Juwi merangkul bahu Yuna kemudian mengajak gadis itu pergi dari hadapan Karina. Karina tentu saja sebal setengah mati, Yuna yang awalnya mudah sekali dipengaruhi kini mulai membangkang padanya.

--Ex-Bangsat Boys--

"Una-una, bisa-bisanya sih lo nyungsep ke aspal". Gumam Jeka yang saat ini tengah memotong bagian bawah gaun Unaya yang menutupi lukanya. Unaya duduk diatas sofa dan Jeka berjongkok dibawah gadis itu. Gadis yang diajak bicara tidak menyahuti, lebih fokus mencak-mencak lantaran video detik-detik ia jatuh tersebar di sosial media.

"Aduh Jeka! Reputasi gue bisa hancur gak sih? Berita gak bermutu kayak gini langsung nutupin semua prestasi gue". Rengek Unaya, gadis itu pusing. Membanting ponselnya kesamping kemudian memejamkan mata.

"Na ini Indonesia. Semakin banyak sensasi, lo semakin banyak Job". Sahut Jeka sambil tersenyum miring. Pemuda itu mulai mengobati lutut Unaya hingga siempunya beberapa kali meringis menahan perih.

"Terus maksud lo gue kudu banyak-banyakin bikin sensasi gitu? Sorry gue pingin hidup tenang". Ujar Unaya dengan sebal. Jeka terkekeh, ia hanya bercanda kok. Percaya Unaya bukanlah orang yang gemar membuat huru-hara.

"Ya siapa tahu, ada main belakang sama manajer misalnya. Bakal viral gak tuh?". Canda Jeka. Unaya geleng-geleng kepala sambil tersenyum kecil. Gadis itu kemudian menepuk-nepuk pundaknya.

"Manajer aja gue belum dapet, mau jadiin lo manajer tapi males aja jadinya gara-gara.... ah udahlah gak penting". Ujar Unaya mendadak ketus. Lagi-lagi teringat Jeka sama Juwi, repeat seratus kali di otaknya.

"Males kenapa hayoooo?". Goda Jeka yang membuat Unaya mendengus. Gadis itu memukul pundak Jeka sebelum bertitah.

"Pijitin boleh lah Pak manager, pegel nih". Jeka segera memasukkan obat-obatan kedalam kotak P3K kemudian beringsut duduk disamping Unaya.

"Jadi ceritanya gue diangkat jadi manager nih? Gak pakai kontrak kerja? Bayaran gue apa?". Tantang Jeka. Unaya tersenyum kecil kemudian mendekatkan wajahnya kewajah Jeka, merangkul leher pemuda itu dengan manja. Aduh seduktif sekali Unaya...

"Kontrak kerja-nya mau yang simbiosis jenis apa? Simbiosis mutualisme?". Jeka dan Unaya kemudian terkekeh, jadi ingat jaman-jaman masih bocah. Duhhh... jadi ingat kontrak pacaran konyol jaman SMA. Tapi tanpa kontrak pacaran konyol itu, mereka tentu tidak akan saling cinta seperti saat ini.

"Hmmmm... soal bayaran gue mau yang lebih". Jeka merengkuh pinggang Unaya hingga jarak mereka terkikis habis.

"Sebutin! Gue bayar berapapun". Sahut Unaya tanpa ragu. Jeka medekatkan bibirnya ketelinga Unaya dan membisikkan sesuatu.

"Bayar gue pakai cinta dan kasih sayang". Nafas Jeka yang menyapu telinga dan lehernya membuat bulu kuduk Unaya berdiri. Gadis itu menjauhkan tubuhnya kemudian menatap Jeka dengan penuh damba.

"Oke, deal. Sekarang pijitin gue".

"Dengan senang hati Kanjeng Ratu Unaya". Jeka membalikan tubuh Unaya dengan lembut sebelum memijit pundak gadis itu. Baru kali ini kan lihat Bos mijitin karyawannya? Kalau di kedai posisi Jeka Bos dong, beda lagi kalau di lokasi syuting.

"Pfftttt... apaan tuh Kanjeng Ratu Unaya? Cringe tahu". Komentar Unaya sambil menahan tawa.

"Penampilan lo kelihatan kayak Kanjeng, cantik". Bisik Jeka ditengkuk Unaya, sukses membuat gadis itu merinding.

"Makasih. Btw Jeka, lo bisa hubungin media buat hapus berita gue? Kalau bisa sekalian ambil tindakan hukum buat yang udah nge-viralin". Pinta Unaya. Sedang tidak mood menanggapi gombalan Jeka, bawaannya emosi aja kalau ingat ia viral gara-gara jatuh.

"Siap laksanakan! Udah gak usah dipikirin, serahin aja sama gue. Semua beres Unaya". Hibur Jeka yang masih setia memijat pundak kecil gadis itu. Jeka tahu Unaya hobinya overthingking, sebisa mungkin pemuda itu mencoba menenangkan gadis itu. Mungkin kata-kata saja tidak cukup, tapi selama dirinya ada disamping Unaya, Jeka pastikan gadis itu aman.

"Omong-omong gue ada rencana buat jadiin Yuna asisten gue, menurut lo gimana?". Tanya Unaya sembari menepuk paha Jeka. Pijatan Jeka dipundak Unaya pun reflek berhenti membuat si empunya berbalik untuk menatap ekspresi pemuda itu.

"Yakin? Yuna lemot kayak gitu. Gak kompeten, kalau gue sih No!". Sahut Jeka langsung, Unaya menggeleng tidak setuju.

"Kalau gue sih Yes!". Debat Unaya sangat yakin. Jeka menatap Unaya dengan mata memicing.

"Alasannya?".

"Gue yakin Yuna bisa jadi asisten yang baik dan bisa dipercaya. Dia cuma butuh diajarin aja. Dia baik, gue bisa rasain itu". Penjelasan Unaya membuat Jeka berdecak.

"Yaelah Unaya-unaya, lo tuh dari dulu tetap aja naif, perangai lo aja yang berubah jadi agak angkuh. Kita gak mungkin tahu sifat asli seseorang kecuali orang itu sendiri. Jangan berekspektasi terlalu tinggi, kalau lo mau jadiin Yuna asisten cukup lo bilang kalau cocok sama dia. Gak perlu menduga-duga sifatnya". Nasehat Jeka panjang lebar sukses membuat Unaya speechlees, Wow Jeka berubah banyak ya? Kelihatan makin keren deh. Unaya mengacak rambut Jeka dengan gemas.

"Duhhh... udah gedhe aja sih lo Jek. Jadi tambah sayang". Ujar Unaya dengan nada imut sembari bergelanyut manja dilengan Jeka.

"Ya iyalah, masa mau kecil terus. Unaya juga udah gedhe, semuanya gedhe. Bulat hehe". Kata Jeka ambigu. Unaya langsung menatap Jeka horor, yang ditatap justru nyengir.

"Heh?! Apanya yang gedhe bulat?".

"I-itu tekadnya yang bulat maksudnya. Ho-oh tekad yang bulat". Sahut Jeka tergagap, pemuda itu selalu saja salah fokus. Apalagi Unaya yang pakai gaun press body begitu, ya kelihatan jelas dong lekukannya.

"Oh...". Unaya mengangguk paham tidak berniat memperpanjang. Jeka pun bernafas lega karena Unaya langsung percaya begitu saja.

"Tapi tetep ya Jek, gue mau jadiin Yuna asisten gue. Gue udah ngerasa cocok sama dia meski gak terlalu kenal". Lanjutnya. Jeka menghela nafas berat.

"Hhhh... terserah lo deh, asal hati-hati jangan terlalu kenal dan jangan terbuka banget ke dia. Rahasia seorang Unaya kalau terbongkar dimedia bisa jadi topik panas". Nasehat Jeka yang membuat Unaya manggut-manggut.

"Lupain soal Yuna. Gue butuh kejelasan soal ini, gimana kelanjutan hubungan kita? Lo udah nemu jalannya?". Unaya menatap Jeka dengan sendu.

"Ihhhhh... ya belum. Jangan ditanya, gue pusing". Keluh Unaya. Jeka tersenyum tipis kemudian mengusap-usap kepala Unaya dan dikecup pucuknya.

"Aduhhh... kasihan ini otaknya sudah bekerja keras". Ujar Jeka lembut membuat Unaya terkekeh, Duh gemas.

"Jeka, besok atau lusa mau ya ketemu Mas Guan. Siapa tahu kalian bisa deket". Jeka blank, deket? Yang bener aja Bro?! Gak lucu si Unaya ini, tapi ya mana mungkin Jeka bisa nolak? Unaya minta Jeka nyari jarum ditumpukan jerami aja bakal dijabanin. Halah lebay :')

"Hah? Oke...".

--Ex-Bangsat Boys--