Jari Sasha dengan lincah meloncat dari satu tombol ke tombol lainnya pada papan ketik laptop yang ia gunakan. Menuangkan apa yang semula ia tulis pada notes ke lembar kerja program menulis. Di notes milik Sasha, hanya ada beberapa poin penting yang ia catat agar tidak terlupa. Selebihnya, Sasha mengandalkan otaknya untuk merangkai kata, membentuk kalimat yang menjadi sebuah paragraf.
Sasha tidak ingin mengakui, namun apa yang dilakukan oleh Edward padanya memberikan sebuah efek nyata pada tulisannya. Jika Sasha semula mengandalkan imaji untuk menutupi kekurangpengalamannya dalam hubungan intim dan kenikmatan yang didapat diperoleh atas itu, berkat Edward, Sasha mengetahui dengan baik dan bagaimana mendeskripsikannya. Tidak hanya itu, semua pengalaman yang Sasha dapat melalui Edward, membawanya pada mimpi liar yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Memberi Sasha sebuah inspirasi yang membuat ia dengan mudahnya memenuhi lembar kerja halaman demi halaman. Hal yang sebelumnya sangat sulit untuk Sasha lakukan sejak dipinta untuk merevisi naskah novel yang ia nulis. Tapi, tentu saja Sasha sangat keberatan jika harus berterima kasih dengan Edward.
Setelah apa yang Edward lakukan dengan segala keintiman yang seharusnya hanya dapat dilakukan oleh orang terpilih tanpa persetujuan, Sasha rasa memanfaatkan pria itu demi tulisannya bukanlah suatu hal yang salah sama sekali. Atas itu Sasha merasa sama sekali tidak berhutang apa pun pada Edward.
Pada akhirnya, saat hari menjelang petang, Sasha yang semula menulis dengan kecepatan tinggi, perlahan melambat. Saat titik Sasha bumbukan pada kalimat di paragraf paling akhir, gerakan Sasha sepenuhnya berhenti. Detik kemudian, tanpa ragu Sasha melemparkan diri ke belakang, untuk jatuh pada tumpukan bantal yang semula menyangga tubuhnya.
Beberapa saat, Sasha berbaring, untuk bersantai setelah menulis tanpa henti sejak ia terbangun dari mimpinya, dilanjuti dengan memuaskan diri untuk kemudian berjibaku dengan komputer jinjingnya untuk menuangkan ide yang meluap. Hanya untuk bangun kembali, meraih kembali laptop yang semula ia sisihkan ke samping. Kali ini Sasha tidak lagi bertujuan untuk menulis. Melainkan mengirimkan naskahnya melalui surel untuk diulas.
...
Sebuah dering pemberitahuan berdering pada ponsel pribadi Edward, yang tergeletak di atas meja kerja mahoni besar yang menempati salah satu sisi ruang kerja Edward. Ruang kerja yang dimaksud, bukanlah tempat di mana Edward dan Sasha bertemu untuk membicarakan kontrak yang berlanjut pada Edward merampas kegadisan Sasha. Melainkan ruang kerja di lantai tertinggi pada gedung yang mengololah bisnis raksasa keluarga Marton.
Edward yang semula fokus pada lembaran berkas baik cetak ataupun elektronik, teralih. Mengambil ponselnya untuk melihat surel yang baru saja datang. Tanpa perlu menebak dengan keras, Edward tahu siapa pengirimnya—Sasha. Karena memang hanya perempuan itu saja yang mengetahui alamat surel yang sengaja Edward buat demi membantu Sasha "mengulas" tulisannya.
Beberapa saat Edward memandangi layar yang menampilkan badan surat. Di sana tertuliskan kata pengantar formal yang Sasha buat sebagai pengiring berkas cerita yang perempuan itu lampirkan.
Sejak pertemuan terakhir mereka, yang mana secara kebetulan bertemu dengan Arthur—yang merupakan adik Sasha, di restoran. Lalu dengan secara tidak sengaja mendengar percakapan adik-kakak tersebut, menyangkut perasaan Sasha pada Leonis—yang merupakan adiknya sendiri. Edward secara sengaja menghindari Sasha.
Mengenai perasaan Sasha pada Leonis, bukanlah suatu hal yang baru. Bukan hanya Arthur, namun semua yang mengenal Sasha—termasuk Edward sendiri, mengetahui akan hal itu bagaikan sebuah rahasia publik. Yang mana semua orang tahu, namun demi menjaga perasaan orang yang terkait, sama sekali tidak ada yang membahas hal tersebut secara terang-terangan.
Termasuk dengan kedua orang tua mereka pun mengetahui fakta itu. Bukan hanya sekali, baik orang tua Sasha ataupun orang tua Edward, menyiratkan sebuah dorongan halus mengenai hubungan Sasha dan Leonis. Berharap keduanya terjalin pada sebuah perkawinan atau setidaknya, pertunangan.
Hanya saja, tidak ada satu dari keduanya mencoba melangkah pada tahap tersebut. Untuk Leonis, mengetahui adiknya dengan baik, Edward berspekulasi bahwa bocah itu terlalu menikmati kehidupannya yang bebas. Karena jika dibandingkan dengan Leonis, gelar playboy yang disandang oleh Edward, terbilang julukan yang terlalu berlebihan.
Jadi, Edward sama sekali tidak heran dengan sikap yang diambil Leonis mengenai hal ini. Namun untuk Sasha ..., bohong jika Edward mengatakan bahwa ia tidak terkejut. Dengan sikap yang terang-terangan memiliki rasa lebih pada Leonis, perempuan itu sama sekali tidak bersikap proaktif.
Mudah bagi Sasha untuk bersama dengan pria impiannya. Dengan mengatakan keinginannya dengan lantang, Edward merasa yakin jika Sasha melakukan itu, saat ini Sasha telah menjadi adik iparnya. Entah untuk alasan apa, Sasha tidak pernah melakukan itu. Bersikap kurang lebih sama seperti Leonis, menikmati status quo dan tidak berniat untuk merubahnya.
Oleh itu Edward seperti mengesampingkan fakta yang dengan jelas ia tahu. Hanya untuk disadarkan kembali akan kenyataan, saat kedua kakak-adik itu sambil lalu membicarakan perasaan Sasha pada Leonis.
Tersadar akan hal itu, membuat Edward mengambil sikap yang ia sendiri anggap kekanakan. Menjaga jarak dengan tidak menghubungi atau menemui Sasha. Padahal, sebelum tidak sengaja mendengar percakapan kakak-adik Jeffrish, bersinggungan dengan Sasha adalah suatu yang Edward masukan kedalam daftar pribadinya.
Tidak ingin Edward akui, namun sedikit banyak harga dirinya terusik dengan kenyataan itu. Mengingat bagaimana respons Sasha dalam pelukannya. Yang mana di awali dengan penolakan setengah hati dari pihak Sasha, berlanjut dengan meleburnya gairah murni dengan terkaitnya tubuh mereka dalam sebuah percintaan panas. Hanya untuk diingatkan kembali bahwa ada seorang pria yang mengisi hati perempuan itu.
Jika bukan dikarenakan Leonis adalah adiknya, Edward mungkin sudah melakukan suatu tindakan yang melanggar hukum hanya untuk mengenyahkan rasa tidak menyenangkan yang saat ini ia rasa. Namun, dikarenakan hal itu tidak memungkinkan, Edward memilih untuk menjaga jarak sampai ia dapat mengendalikan perasaannya.
Yang mengejutkan, Sasha-lah yang terlebih dahulu menghubunginya. Meski dalam konteks hubungan kerja. Mungkin hal itulah yang lebih mengejutkan bagi Edward. Dalam bayangan di skenario yang ia rancang, profesionalitas bukanlah suatu hal yang Sasha miliki. Oleh itu mudah bagi Sasha untuk membatalkan kontrak kerja yang sebelumnya ia tanda tangani, yang hanya ia urungkan dikarenakan tidak dapat membayar penalti yang ditanggungkan oleh pelanggar kontrak.
Tapi, jika Edward memikirkan kembali, mungkin keprofesionalitasan Sasha yang secara tiba-tiba muncul, bukanlah suatu yang begitu aneh. Sebelumnya, Sasha yang bertengkar oleh kedua orang tuanya dan kabur dari rumah, merupakan hal yang tidak pernah Edward bayangkan akan dilakukan oleh Sasha. Namun saat ini, hal itulah yang terjadi dan membuat Sasha dengan mudah jatuh dalam perangkap yang ia buat.
Pada akhirnya, Edward mengunduh berkas yang Sasha lampirkan dalam surelnya. Tanpa menaruh kecurigaan apa pun, Edward membacanya. Di awal, ia merasakan sedikit keanehan, namun terus melanjutkan membaca paragraf yang tertera. Hanya sampai satu pertiga bagian dari cerita yang Sasha tulis, Edward merasa yakin bahwa kecurigaannya bukanlah sekadar keparanoidan.
Pada detik yang sama dengan kejanggalan yang ia rasa terbukti benar, sebuah rasa sesal memenuhi Edward dikarenakan telah membaca cerita yang dituliskan oleh Sasha.
Erotica – Draft 8 | 22 Oktober 2021