webnovel

Draft 10

Berbeda dengan keadaan Edward, Sasha saat ini dalam fase tenangnya dengan santai menuangkan teh pada cangkir yang ia siapkan. Bersiap untuk memanjakan diri setelah disibukkan dengan mimpi yang membuat ia terbangun dengan tidak mengenakkan dan juga menuliskan beberapa bab pertama cerita.

Berjalan ke ruang tengah untuk memjatuhkan diri pada kursi malas yang ada di sana. Mengambil posisi ternyaman yang ia bisa dan menyesap tehnya, sebelum menaruhnya pada meja kopi yang letaknnya bersebelahan.

Secara fisik, Sasha tampak tenang dan bersantai, pada kenyataaannya pikiran Sasha tidak dapat masuk dalam kondisi tersebut. Terus menerus berputar, memikirkan sesuatu atau lebih spesifik, seseorang. Hal itu membuat Sasha meraih ponselnya yang sebelumnya ia letakkan pada meja kopi.

Menyentuh layarnya untuk membuka kunci, demi melihat apakah ada notifikasi masuk di sana. Sama seperti beberapa menit lalu, di mana Sasha tinggalkan ponselnya untuk membuat teh. Ponselnya memang menunjukan beberapa notifikasi baru, namun sama sekali tidak menampakkan pembaruan yang ia inginkan.

Melihat itu membuat Sasha masuk ke dalam aplikasi surat elektroniknya, memeriksa kembali apakah cerita yang ia kirimkan sudah dalam status terkirim dan memeriksa alamat surat elektronik tujuannya. Surelnya masuk dalam berkas terkirim dan tidak ada kesalahan dalam menuliskan alamat tujuan.

Meski tidak ingin, dengan berat hati Sasha menghela napas berat untuk menggambarkan kekecewaannya. Semula ia berpikir dengan melemparkan provokasi yang tidak begitu halus, bahkan nyaris kasar, akan memunculkan reaksi dari Edward. Sasha tidak berharap akan menyeret pria itu ke hadapannya, tapi setidaknya, akan menanggalkan ketidakpedulian yang akhir-akhir ini Edward berikan padanya.

Tapi tampaknya, ia terlalu memberi ekspetasi lebih pada dirinya sendiri, pikir Sasha. Karena nyaris satu hari setelah ia mengirimkan pesan yang disertai bab cerita dengan provokasi ketara, jangankan menunjukkan diri. Edward tidak memberikan tanda-tanda bahwa ia membaca pesan yang Sasha kirimkan dengan membalasnya dan memberitahukan bahwa naskah baru Sasha telah ia terima.

Mau tidak mau sebuah pemikiran negatif muncul di diri Sasha atas keadaan itu. Akan kemungkinan Edwad sudah merasa bosan meluangkan waktu untuk bermain dengan seorang perempuan yang minim pengalaman.

Lagi-lagi sebuah helaan napas berat terhembus. Sama seperti masih menyimpan warna kekecewaan namun kini bercampur dengan frustrasi. Sebelum Sasha memikirkan apa pun untuk menindak lanjuti keadaan yang membuat perasaannya kacau ini, suara bel memenuhi ruangan.

Sasha mengingatkan diri untuk tidak terlalu berharap pada siapa yang berada di balik pintu. Namun meski mengingatkan diri untuk itu, harapan Sasha terus melambung tanpa diminta. Akhirnya pintu pun terbuka dan menampakkan sosok yang bertanggung jawab atas deringan bel yang terdengar.

Harapan yang Sasha rasakan tidak terkhianati, dengan adanya Edward berdiri di ambang pintu. Ekspetasi yang ia berikan pada provokasi yang ia lempar pun tidak ia tempatkan terlalu tinggi. Bahkan sebaliknya, Sasha menilai terlalu rendah, karena dalam ekspetasinya ia tidak pernah berharap atau berkhayal akan membuat Edward langsung mendatanginya.

Sasha tentu saja tidak menampilkan perasaan tersebut ke permukaan. Di hadapan Edward, Sasha memasang ekspresi seperti terkejut dan tidak menerima kedatangan pria itu mengunjunginya.

"Ada keperluan apa yang membawamu ke sini, Edward?" kata Sasha dengan nada bingung dan menyiratkan ketidaksukaan akan kehadiran Edward. Tentu saja hal itu palsu, namun Sasha sedikit banyak merasa kesal dengan ketidakacuhan Edward belakangan ini, juga karena lambatnya Edward dalam meresponsnya membuat ia berpikir buruk, menganggap tindakkannya adalah patut dan pantas diterima oleh Edward.

Edward tidak menyadari akan kepalsuan yang Sasha pasang di hadapannya, tanpa sengaja menyamai tindakan Sasha dengan mengucapkan kata yang sama penuh kepalsuannya. "Aku mengunjungimu untuk membahas naskah yang baru kamu kirimkan."

Sesaat Sasha hanya memandangi Edward, sebelum akhirnya ia menepi. Memberi isyarat bahwa Sasha mempersilakan Edward masuk ke dalam apartemennya. Tentu saja Edward tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Tanpa ragu melangkah ke dalam properti pribadi Sasha.

"Duduklah terlebih dahulu," kata Sasha, "sementara aku akan menyiapkan teh untukmu."

Bibir Edward membentuk senyum miring yang penuh dengan ironi saat mendengar perkataan Sasha. Keadaan emosi Edward yang masih belum stabil, membuat ia tidak bisa menahan diri untuk berkata, "Tidak perlu kau merepotkan diri seakan aku tamu agung, Sasha."

Sasha yang masih menyimpan kekesalan yang tersisa, melemparkan kembali kata dengan maksud sama seperti Edward, namun dengan konten yang berbeda. "Tentu saja, kau bukan tamu agung, Edward. Maaf menghancurkan harapanmu. Asal kau tahu, sebelum kau datang, aku membuat teh dan masih memiliki banyak sisa. Kupikir tidak ada salahnya membaginya denganmu."

Mendapatkan balasan pasif-agresif yang tidak terduga dari Sasha, membuat Edward tidak berniat untuk melanjutkan pecakapan mereka yang lebih menyerupai melemparkan serangan tidak kasatmata antara satu sama lain. Karena tahu dengan baik, keadaan emosinya yang tidak stabil akan menjadi bumerang jika Edward terus melanjutkan.

Kedatangan Edward ke kediaman Sasha, memang memiliki tujuan untuk membuat Sasha menyesal karena telah memprovokasinya. Namun hal itu tidak ingin Edward dapat dengan beradu mulut atau mengucapkan kata serta kalimat yang mungkin akan ia sesali jika emosinya yang terpancing mereda. Untuk itu, Edward memilih untuk pergi ke ruang duduk lebih dulu dan meninggalkan Sasha di dapur.

Melihat sosok Edward yang menjauh dari sudut matanya, membuat Sasha menghela napas panjang untuk menenangkan diri dari antisipasi dan antusiasme. Sasha pun mengambil cangkir dan menuangkan teh yang ia jadikan alasan untuk memberikannya waktu menyesuaikan diri.

Saat di ruang duduk, Sasha melihat Edward telah menanggalkan baik mantel panjang ataupun jas yang ia gunakan. Meletakkannya di lengan sofa yang ia ambil untuk duduk. Bersikap santai seolah menjadikan apartemen Sasha sebagai tempat pribadinya tanpa izin. Meski secara teknis, Edward yang merupakan pemilik gedung apartemen Sasha.

Namun Sasha yang telah membayar sewa menolak ide itu dan memutuskan sikap Edward adalah tindakan kekurangajaran. Tapi, tentu saja Sasha tidak mengatakan keberatan itu. Bukan dikarenakan takut, namun disebabkan ia mengetahui dengan baik, merupakan kesia-siaan melakukan protes dengan orang yang sebelumnya bahkan memasuki apartemennya tanpa izin.

"Ini tehmu, Edward." Sasha akhirnya hanya mengucapkan kalimat itu, dan memberikan cangkir teh yang baru saja ia siapkan pada Edward. Edward tanpa ragu menerimanya dan menyesap teh yang diberikan Sasha.

"Darjeeling, khasmu Sasha," kata Edward mengomentari.

Seperti perasaan Sasha pada Leonis, Edward pun mengetahui kesukaan Sasha pada teh yang sering disebut sebagai sampanye-nya teh. Edward tahu teh yang Sasha berikan merupakan bentuk ketidaksengajaan, namun tidak pelak memberikan tusukan halus yang membuat Edward mengingat kembali hal yang ingin ia lupakan. "Bukankah lebih baik kau menyudahi pertengkaranmu dengan orang tuamu, Sasha. Kembali bersikap seperti halnya nona muda kelas atas dibanding tinggal di apartemen satu kamar dan menuliskan cerita erotis."

Kekesalan Sasha yang semula memudar, muncul kembali. Membuat ia melemparkan jawaban ketus untuk merespons perkataan Edward yang baginya tidak pada tempatnya. "Apakah tulisanku seburuk itu, Edward? Hingga membuatmu berhak mengeluarkan komentar yang tidak pantas seperti itu?"

Kali ini bukan Sasha, namun Edward-lah yang menghela napas panjang sebelum berkata, "Maafkan aku sebelumnya atas komentarku. Lalu, mari kita bicarakan mengenai naskah yang baru saja kau kirim."

Erotica – Draft 10 | 27 Nopember 2021