Aku melihat Rea dan Ardan terlihat asik menyantap seblak. Tanpa peduli padaku yang sedari tadi hanya bisa menelan ludah. Biasanya Rea akan menawariku setiap dia makan sesuatu. Tapi kali ini tidak. Dia menikmati makanan itu sendiri, padahal wanginya sudah sangat menggangguku.
"Kamu yakin habis?" tanyaku melihat mangkoknya yang isinya sudah habis setengah.
"Ya iya dong. Seblak itu salah satu jajan favoritku juga. Orang mansion mana tahu menu ini."
Lagi-lagi aku meneguk ludah ketika Rea tampak begitu sedang memasukkan sendok ke mulutnya.
"Aku yakin, orang mansion pasti tahu. Nanti akan aku suruh mereka membuat yang lebih higienis."
Rea mencibir. "Aku yakin nggak akan seenak seblak ini. Aku nggak lupa soal rujak buah tempo hari itu. Rasanya jauh dari kata enak."
Gadis ini selalu saja ada jawaban dari setiap perkataanku. Tidak mau mengalah sama sekali. Aku menggeser tatapanku pada Ardan. Pelipisnya dipenuhi buliran keringat. Dia tampak kepedasan. Aku tersenyum sinis.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com