Mataku kontan melebar. Dia menciumku ketika dirinya nggak yakin kalau ini adalah aku. Bahkan kedua tangannya kini meraih pipiku.
Aku sedikit terkejut. Awalnya aku hanya bisa diam, tapi Satria mengigit bibir bawahku, memaksaku membuka mulut. Ini terlalu tiba-tiba, aku nggak nyangka bakal dapat serangan kayak gini.
Satria benar-benar mencecahku tanpa ampun, sampai-sampai aku kehabisan napas. Aku dengan sekuat tenaga mendorong tubuhnya menjauh. Tapi bukannya menjauh, malah dugong ini semakin merapat. Bahkan kini lidahnya menjelajahi perpotongan leherku. Jaket yang aku kenakan pun sudah dia lepas.
Apa ini karena efek mabuk?
Napasku tersengal begitu Satria melepas ciumannya. Namun, belum sepenuhnya aku bisa bernapas lega, dia mengangkat tubuhku, dan membawanya ke kamar.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com