Aku belum sempat melakukan penolakan saat tiba-tiba Satria mendorong tubuhku ke depan. Aku terpaksa berpegangan kuat pada pagar balkon ketika tanpa aba-aba Satria mulai melakukan penyatuannya. Ya Tuhan, dia benar-benar melakukannya di sini. Aku merapal dalam hati semoga nggak ada yang melihat tindakan kami.
"Berengsek kamu, Bang," umpatku tertahan.
Satria menaikkan rambutku dan mencium leher bagian belakangku bertubi-tubi. "Menyenangkan bukan?"
"Ini gila, Bang. Kamu mau kita jadi tontonan?"
"Nggak ada yang bisa lihat kita, ini balkon yang lumayan privasi. Dibangun khusus agar bisa melakukan kegiatan seperti ini dibawah cahaya bintang."
Konyol! Dia menjelaskannya tanpa beban sedikit pun. Padahal aku sudah was-was dari tadi. Sebenarnya kami masih berpakaian lengkap, tapi jika dilihat orang lain pasti gerakan kami akan tampak aneh.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com