Satria sangat kesal dengan keputusan yang Kakek buat. Sesampainya di kamar, dia langsung misuh-misuh. Dia nggak terima ketika 25 persen saham yang aku punya dipangkas dan diberikan kepada Andra. Padahal Kakek sudah menjelaskan bahwa ada hak Andra di situ. Tepatnya milik almarhum ibu Andra.
"Ya udah sih Bang, aku juga biasa aja," kataku melihat Satria masih saja misuh-misuh.
"Kakek itu nggak jelas banget. Kalau memang itu ada hak Tante Inggit kenapa nggak dari dulu diberikan. Aneh kalau menurutku."
"Kita terima saja keputusan Kakek, Bang. Toh aku nggak merasa berjasa dalam ngurus perusahaan. Jadi, buatku nggak masalah."
Satria melihatku kesal. "Harusnya kamu pertahanankan hak kamu. Jangan merasa nggak berjasa. Kamu sudah mengorbankan hidup kamu menikah denganku. Kamu sudah pantas mendapatkan itu."
Tumben sekali dia peduli.
"Rea, aku ingatkan kamu untuk jangan terlalu dekat dengan Andra."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com