Seperti hari-hari biasanya. Satria akan selalu bangun lebih cepat daripada aku. Mataku mengerjap pelan, saat mendengar ocehan Satria yang sedang menelepon Ruben. Hari ini dia nggak masuk kerja karena menungguiku. Sebuah handsfree bluetooth menempel di telinga sebelah kanannya. Dia duduk menghadap sebuah berkas seraya terus bercuap-cuap. Entahlah, aku nggak mengerti dia membicarakan apa. Aku nggak terlalu peduli.
Padahal ini masih terlalu pagi untuk bicara soal pekerjaan. Dia itu beneran bos bukan sih? Yang sering aku baca di cerita-cerita, bos itu nggak sesibuk dia.
"Jangan samakan kehidupan nyata dengan novel yang sering kamu baca, Rea. Itu jelas beda. Pekerjaanku jauh lebih memusingkan daripada pegawaiku."
Itu yang Satria katakan suatu hari saat aku memprotes pekerjaannya.
"Bang," panggilku lirih. Dia masih saja terlihat fokus. Aku memanggilnya lebih keras lagi, baru dia menoleh.
"Eh, kamu udah bangun, Sayang?" Dia bergegas menghampiriku. "Ada yang ingin kamu lakukan?"
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com