Aku menatap Axel jengkel. Seandainya ada lakban, aku mungkin sudah memplester mulutnya saat ini juga.
"Gue nggak doain lu," ujarnya kemudian.
"Jelas-jelas lu doain gue janda."
"Nggak, Re. Gue cuma bilang nunggu janda lu. Bukan doain lu janda."
"Denger ya, Pak. Kalau pun gue janda, belum tentu juga gue mau sama lu." Aku mendorong piringku ke tengah. Akhirnya aku berhasil menghabiskan makanan di piringku.
"Mustahil, ada cewek yang nggak mau sama gue."
"Nggak mustahil kalau buat gue." Aku menyeruput minumanku hingga tandas. Saat itulah, ponselku berdering dan menampilkan nama Satria di sana.
"Nah kalau dia." Aku menunjukkan layar ponselku pada Axel. "Jelas mustahil kalau gue nggak jatuh cinta sama dia."
"Ya iyalah! Dia laki lu!" Axel mendengus. Aku tersenyum demi melihatnya kesal saat aku menerima panggilan Satria.
"Ya, Bang."
Aku melirik Axel, bibirnya komat-komit menirukan aku bicara.
"Aku malam ini ke Bandung. Elen minta ketemu, akan aku kenalkan kamu padanya."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com