Keenan menanti jawaban Kanaya, yang masih sibuk menikmati es krimnya. Kanaya tersenyum simpul, hendak menjawab, namun tiba-tiba Keenan menjulurkan sebelah tangannya, menyeka es krim dari sudut bibir Kanaya.
"Belepotan, tuh," ujar Keenan. Membuat Kanaya cekikikan.
Bergantian, Kanaya yang menjulurkan sebelah tangannya, menyeka es krim yang tertinggal di sudut bibir Keenan. "Sama, tuh! Belepotan juga," balas Kanaya. Membuat mereka berdua tertawa.
"Jadi, sejak kapan, kamu tau, Nay, kalau aku cucu pemilik Yayasan Darmanto?" tanya Keenan mengulang pertanyaannya.
"Umm, ... kapan, yah ...," jawab Kanaya, pura-pura berpikir, sambil tersenyum jahil.
"Nay." Keenan sengaja menggenggam erat tangan Kanaya, karena gemas.
"Kamu inget, waktu bazaar yang pertama lalu?" tanya Kanaya memberi petunjuk.
"Bazaar panti di alun-alun kota?" tanya Keenan, mengerutkan dahi. Berpikir. "Jadi, kamu, ...." Sudah tahu identitasku sejak awal, lanjut Keenan dalam hati. Sial!
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com