webnovel

What Happen?

Pagi-pagi benar Damario mendapati Casta yang tangah bercermin di ruang santai dengan penampilan yang rapi dan segar.

Tanpa sengaja Casta menoleh kearah Damario yang sedang berdiri sambil melipat kedua tangannya dan bersandar di dinding.

Casta tak menghiraukan Damario. Ia terus memperbaiki penampilannya kemudian menuju pintu depan. Baru saja ia ingin membukanya, tangan Damario mecegahnya.

"Kemana?"

"Keluar."

"Kemana?"

Casta membalikkan tubuhnya dan menatap dingin wajah Damario.

"Hari ini Sandro mengajakku ke museum."

"Apa? Kau tidak boleh pergi!"

"Heh." Casta menepis tangan Damario dan membuka pintu lalu melangkah cepat membiarkan Damario yang masih dipenuhi berbagai pertanyaan dan kebingungan.

Apa yang terjadi padanya?

Baru saja ia ingin mengejar Casta akan tetapi Ariana sudah lebih dulu menghampirinya.

"Sayang hari ini aku ingin belanja."

"Fernando!"

"Ada apa tuan?"

"Temani dia belanja!"

"Baik tuan."

"Sayang aku ingin kau yang menemaniku."

Damario menatap sinis wajah Ariana dan meninggalkannya.

...…......

Casta merasa sedikit tenang ketika Sandro mengajaknya keluar. Pria itu tidak hanya membawanya ke museum tapi juga beberapa tempat dan taman. Casta benar-benar bahagia menghabiskan setengah waktunya diluar tanpa menyaksikan kemesraan Ariana dan Damario yang menyesakkan hatinya.

"Kau baik-baik saja?"

"Tentu. Kau membuatku bahagia. Terimakasih Sandro."

"Aku senang bisa membuatmu bahagia."

Casta tersenyum manis pada Sandro.

"Kau tahu Casta jika kau selalu tersenyum seperti itu, bisa-bisa semua pria melirikmu dan kau akan membuat Damario cemburu."

"hahaha benarkah? Kenapa dia harus cemburu jika menganggapku sebagai istrinya saja dia tidak sudi."

"Kau wanita paling kuat yang pernah aku temui. Damario benar-benar keterlaluan. Suatu saat dia akan menyesali perbuatannya."

"Pria itu tak pernah menyesal Sandro. Lagi pula aku juga sudah menyerah. Aku tak ingin berharap terlalu banyak padanya." Casta tersenyum kecut membayangkan nasib rumah tangganya yang tak kunjung membaik. Rumah tangga yang ia pertahankan selama 1 tahun lebih itu tak pernah berubah.

"Aku yakin dia akan sadar dengan perbuatannya suatu saat."

Sandro membelai rambut Casta dan tersenyum.

Jam 9 tepat ia kembali kerumah. Ia membuka pintu dan mendapati keadaan rumah sepi.

"Dari mana saja kau?"

Casta terkejut mendengar suara Damario tepat disampingnya.

"Ahh kau mengagetkanku."

"Dari mana saja kau?"

"Aku sudah bilang tadi."

"Mau kemana kau? Pertanyaanku belum dijawab."

"Bukankah sudah kukatakan tadi pagi?"

"Kau pasti bersenang-senang dengan pria itu dasar wanita murahan."

"Terserah."

Casta meninggalkan Damario dan pura-pura menunjukkan ekspresi sedatar mungkin agar Damario tak tahu betapa ia sangat terluka dan merindukan suaminya seperti beberapa bulan lalu sebelum Ariana tinggal di rumahnya.

"Kau benar-benar"

"Damario apa yang kammppptt...."

Dengan kuat Damario mencium istrinya. Casta mencoba mendorong tubuh pria itu beberapa kali tapi ia tak melepaskannya. Beberapa saat kemudian, pria itu baru melerai ciumannya membuat Casta benar-benar berada dipuncak kemarahannya.

"Kau....." Casta tak mampu berkata-kata lagi. Matanya berair. Baru saja Damario ingin menghapus air matanya, namun wanita itu lebih dulu menepis tangannya.

"Kenapa kau melakukan ini padaku Damario? Kau selalu saja mempermainkan perasaanku.hikss. Aku membencimu." dengan terbata-bata Casta meninggalkan Damario.