Sudah hampir 4 bulan lamanya Rio mencari keberadaan Arya, tapi dia masih tidak dapat menemukan petunjuk apapun. Dia sudah hampir menyerah mencari keberadaan Arya, tapi pada akhirnya dia tetap mencoba untuk mencarinya, meski tidak sesering dulu.
Rio juga tidak pernah lagi mendapatkan kabar dari orang misterius yang memanggil dirinya sebagai Master. Meskipun Rio masih sering menghubungi ataupun bertemu dengan Dragonknight belakangan ini, tapi sayangnya dia juga tidak memdapatkan banyak informasi dari Master. Dia hanya dapat pesan untuk menunggu dan tidak berbuat sesuatu yang gegabah.
Rio sudah dapat menebak bahwa siapapun orang di balik nama Master itu, dia pasti adalah orang yang memiliki kekuatan untuk mengendalikan orang-orang dari belakang, jadi jika dia memberikan perintah seperti itu, Rio hanya bisa berpikir bahwa saat ini adalah saat yang berbahaya untuknya bergerak. Meskipun Rio sudah mengetahui hal tersebut, tapi dia tidak bisa menerimanya begitu saja.
Jika dia hanya disuruh untuk menunggu, Rio jadi tidak yakin kapan dia bisa bertemu kembali dengan Arya, jadi dia masih mengupayakan sedikit penyelidikan. Rio yakin bahwa Master masih mengawasi pergerakannya, jadi dia pasti tahu tentang penyelidikan kecilnya, jadi jika dia tidak mencoba menghentikannya, maka hal itu bukanlah masalah.
Contohnya seperti saat ini, Rio sedang berjalan menuju sebuah Cafe untuk bertemu dengan Drag yang ingin ikut membantu penyelidikan Rio. Dia sudah menerima semua smartphone yang tidak dibutuhkan oleh Rio, jadi dia merasa bahwa dia harus ikut membantu Rio sampai dia bertemu kembali dengan sahabatnya atau dia akan merasa sangat bersalah, karena telah menerima begitu banyak smartphone miliknya.
Saat Rio memasuki Cafe itu, dia segera melihat seorang pria yang sedang bermain game sendirian di smartphone-nya di pojok ruangan. Rio langsung berjalan menuju pria tersebut dan duduk di depannya.
"Maaf, menunggu lama!"
Kata Rio pada pria di hadapannya.
"Ya, tidak apa-apa."
Jawab pria tersebut sambil meletakan smartphone di tangannya ke atas meja.
"Tolong segelas kopi hitam!"
Rio berkata pada pelayan yang berada di dekatnya. Pelayan itu menganggukan kepalanya dan membuatkan pesanan Rio.
"Jadi, apakah kau menemukan informasi baru?"
Rio bertanya pada Drag, tapi pria itu hanya menggelengkan kepalanya. Rio sudah dapat menebak hal tersebut dengan melihat ekspresi wajahnya yang nampak tidak begitu bersemangat.
"Begitukah... kurasa memang tak akan mudah mencarinya..."
"Maaf, Aku tidak bisa membantu banyak!"
"Kau tidak perlu meminta maaf, Aku juga sudah lama mencarinya, tapi tidak menemukan info apapun... jadi kurasa memang tidak akan mudah mencari informasi seperti ini!"
"Aku sudah mencoba menghubungi semua temanku yang memiliki ketertarikan dengan dunia mistis dan semacamnya, tapi sayangnya informasi yang mereka semua miliki tidak begitu membantu... bahkan, kebanyakan info dari mereka adalah informasi palsu!"
"Begitukah... mengetahui kau sudah berusaha semampumu sudah membuatku sangat senang, jadi kau tidak perlu merasa bersalah..."
Drag masih nampak cukup murung di mata Rio. Sepertinya Drag merasa kecewa dengan dirinya, dia pasti berpikir bahwa dia bisa menemukan informasi yang berguna, jika dia menggunakan koneksinya dengan berbagai macam orang, tapi sayangnya hasilnya sungguh tak diduga olehnya, dia tidak bisa menemukan informasi apapun sampai saat ini.
"Dari pada itu, apakah kau memiliki rencana setelah ini?"
Drag mengangkat kepalanya kembali yang sedari tadi menunduk, lalu melihat wajah Rio sambil berpikir.
"Hmmm... kurasa Aku tidak memiliki rencana apapun, selain melanjutkan game-ku!"
"Kalau begitu, apakah kau tidak keberatan jika kita berkeliling kota?"
"Apakah kau ingin kembali mencari informasi tentang Arya di kota?"
Rio menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Drag.
"Aku ingin bersenang-senang, setelah sekian lama... jujur saja, belakangan ini kepalaku sering terasa pusing!"
Di saat itu, kopi yang dipesan Rio datang.
"Ini kopinya, Pak! Silahkan diminum!"
"Terima kasih!"
Rio meniup pelan kopi pesanannya, lalu menyeruput kopinya, sebelum akhirnya melanjutkan kembali omongannya.
"Jadi apakah kau ingin ikut denganku atau tetap melanjutkan game-mu?"
Drag nampak berpikir. Usia dan penampilan DragonKnight jauh lebih tua dari pada Rio, dia pasti terlihat aneh, jika jalan berduaan dengan Rio, tapi sepertinya Rio saat ini ingin memiliki teman, jadi menolak ajakannya sepertinya adalah ide yang buruk.
Meskipun bukan gayanya untuk bersenang-senang dengan berkeliling kota, tapi Drag menganggukan kepalanya.
"Meskipun kau sudah memberiku banyak smartphone, tapi sayangnya uangku saat ini tidaklah banyak, jadi bisakah kau tidak mengajakku ke tempat yang malah!"
"Kau tidak perlu khawatir tentang hal itu, Aku yang mengajakmu, jadi Aku yang akan membayarnya... Aku sedang ingin bermain di Game Center, jadi kau wajib ikut bermain denganku!"
Setelah mengatakan itu, Rio meminum habis kopinya, lalu membayar pesanannya dan meninggalkan Cafe itu dengan diikuti oleh Drag di belakangnya.
Rio memakirkan mobilnya cukup jauh dari lokasi Cafe itu, jadi dia perlu berjalan beberapa menit untuk sampai ke mobilnya. Setelah sampai di mobilnya, Rio segera duduk di kursi pengemudi, sedangkan Drag duduk di sampingnya.
Rio segera melajukan mobilnya ke arah Mal yang memiliki Game Center yang menjadi tempat favorit Rio menghabiskan waktunya.
Sesampainya di lokasi yang mereka tuju, Roy dan Drag segera mencoba berbagai permainan yang tersedia di sana, seperti Arcade, Basket, Whack a mole dan lain sebagainya. Sesuai yang dikatakan oleh Rio sebelumnya, semua biaya bermain mereka ditanggung oleh Rio seorang.
Meskipun pada awalnya Drag merasa tidak enak, tapi karena uang di dompetnya tidak banyak, jadi mau tidak mau, dia akhirnya menerima tawaran yang diberikan oleh Rio. Meskipun usianya sudah cukup tua, tapi dia cukup bersenang-senang selama bermain di Game Center.
Setelah puas bermain, mereka berdua duduk di kursi yang berada di dekat pintu masuk Game Center sambil meminum es teh yang mereka beli di toko yang tak jauh dari lokasi duduk mereka. Meskipun mereka tidak lagi memiliki niat untuk melanjutkan permainan mereka di Game Center, tapi mereka memutuskan duduk di sana, karena lokasinya yang cukup nyaman dan sejuk.
"Uhh... capek sekali...."
Drag nampak mengipasi dirinya dengan tangannya. Keringat juga nampak keluar dari pori-pori tubuhnya dan membasahi pakaiannya. Sepertinya bermain di Game Center adalah perkerjaan yang sangat memelahkan bagi pria setua Drag. Meski begitu, Rio harus mengakui bahwa dia juga sedikit kelelahan, setelah mencoba banyak permainan.
"Apa kau ingin ke pemandian setelah ini? Aku mengetahui pemandian umum yang cukup bagus di sekitar sini!"
Drag nampak ragu untuk menerima tawaran dari Rio. Sepertinya dia merasa tidak nyaman, jika harus mandi dengan orang lain. Harus Rio akui, dia juga tidak akan mandi di pemandian umum, jika tidak ada urusan mendadak, jadi dia bisa mengerti jika Drag tidak begitu suka dengan ajakannya.
"Mmm... kurasa tidaklah buruk untuk menyegarkan badan dengan mandi bersama, lagi pula badanku juga sudah mulai bau, jadi jika tidak terlalu mahal, Aku akan ikut denganmu!"
"Sudah kukatakan untuk tidak perlu mengkhawatirkan masalah seperti itu!"
Setelah saling melempar senyuman, mereka berdua segera kembali ke mobil Rio untuk berangkat ke lokasi pemandian umum.
Saat mereka memasuki gedung pemandian itu, Drag nampak melihat ke sekelilingnya. Sepertinya ini adalah pertama kalinya dia berada di dalam pemandian umum, jadi wajar saja bila dia merasa penasaran. Sebetulnya pemandian ini hanya nampak seperti pemandian umum yang berada di Jepang dan tak ada yang benar-benar istimewa dari tempat ini. Jadi Rio nampak tertawa kecil saat melihat tingkah Drag.
"Jadi beginilah isi pemandian umum... kira-kira berapa harga pemandian di sini?"
Drag bertanya sambil melihat jajanan yang disediakan oleh pihak pemandian. Sepertinya dari pada mandi, Drag lebih tertarik pada makan.
"Kau tidak perlu tahu tentang hal seperti itu!"
Rio yakin bahwa Drag akan merasa segan, jika dia mengetahui harga untuk mandi di sana. Meskipun mereka tidak dibatasi oleh waktu, tapi harga yang ditawarkan oleh pihak pemandian memang cukup mahal untuk masyarakat umum.
"Kau hanya perlu menganggap ini sebagai liburan! Ayo, masuk!"
Rio segera mengajak Drag masuk ke dalam ruang ganti. Pria itu langsung mengalihkan perhatian dari jajan yang membuatnya keroncongan untuk segera menyusul Rio yang sudah memasuki ruang ganti.
Saat berada di ruang ganti. Rio mendengar percakapan dari dua orang yang sepertinya baru selesai mandi.
"Apa kau tahu bahwa pria besar yang tadi itu sudah sering mandi di sini? Katanya belakangan ini di setiap hari mandi di sini dari siang hari sampai lebih dari 3 jam lamanya!"
"Apakah dia penyuka pemandian?"
"Entahlah... tapi sepertinya dia bisa mandi di sini secara gratis, karena tidak ada yang pernah melihatnya membayar apapun pada kasir!"
"Eh, benarkah? Apa mungkin dia itu pemilik dari pemandian ini?"
"Entahlah... tapi sepertinya gara-gara dia sering mandi di sini, pemandian ini menjadi lebih ramai, karena orang-orang penasaran untuk melihatnya!"
"Be-begitukah... jangan-jangan kau ke sini, karena penasaran juga?"
"Ya, begitulah..."
Rio entah mengapa sangat tertarik dengan isi pembicaraan kedua orang itu. Dia sudah lebih dari 3 bulan tidak ke sini, jadi dia tidak tahu bahwa ada sesuatu seperti itu terjadi di sini. Ngomong-ngomong soal pria besar, Rio juga bertemu dengan orang yang memiliki badan besar saat dia terakhir kali ke sini.
"Ada apa? Apa kau tidak ingin masuk?"
Drag memanggil Rio yang sedari tadi terdiam, dia saat ini sudah berada di dekat pintu kamar mandi. Rio segera terbangun dari lamunannya dan menyusul Drag.
"Jadi begini ya, isi dari pemandian umum itu... ini terlihat cukup mewah!"
Itu adalah komentar pertama Drag saat dia melihat isi dari kamar mandi yang luas itu.
Saat matanya tengah melihat-lihat isi dari pemandian, matanya juga menangkap seorang pria besar yang sedang berendam di dalam bak mandi. Drag merasa sedikit takut dengan tubuh besar dari pria tersebut. Dia mundur satu langkah dari posisinya semula saat mata dari pria besar itu mengarah padanya.
"Hei, sepertinya ada pria menakutkan di sini!"
"Ya, Aku tahu!"
Tentu saja Rio sudah menyadari keberadaan dari pria besar itu, justru pria besar itu adalah yang pertama kali dia lihat saat memasuki kamar mandi.
Saat Rio berjalan mendekatinya, pria besar itu mengangkat tangannya seakan mengajak Rio untuk berendam di dekatnya.
"Aku sudah menunggumu, Rio!"
Kata pria itu saat Rio sudah berada di dekatnya.
Rio terkejut dengan perkataan dari pria besar itu. Apakah mungkin pria besar itu selalu mandi di sini setiap hari selama lebih dari tiga jam hanya untuk menunggu Rio datang ke pemandian ini? Waktu itu dia datang ke sini hanya kebetulan semata, jadi ada kemungkinan bahwa Rio tidak akan pernah ke sini lagi.
Rio merasa beruntung, karena dia datang ke sini hari ini atau dia akan membuat pria besar itu menunggu selamanya.
"Hei.. apa kau mengenal pria besar itu, Rio?"
"Begitulah... meski kami hanya pernah bertemu sekali!"
Rio ingat betul dengan nama pria besar itu, karena nama mereka yang mirip. Roy, itu adalah nama pria besar tersebut.
"Bisakah kau menungguku sebentar... kami perlu membersihkan tubuh kami sebelum berendam!"
Roy menganggukan kepalanya sebagai tanda persetujuannya. Rio dan Drag segera membersihkan tubuh mereka, sebelum bergabung dengan Roy di bak mandi.
"Perkenalkan, dia adalah DragonKnight, tapi kau bisa memanggilnya dengan Drag!"
"Halo, Aku Drag!"
"Roy!"
Roy nampak kebingungan saat Rio memperkenalkan Drag padanya. Mungkin itu karena nama samaran Drag yang memang aneh. Pria itu tidak pernah memberitahu Rio siapa nama aslinya, jadi Rio tidak memiliki pilihan selain memberikan nama samarannya pada Roy.
"Aku ke sini ingin mempertemukanmu dengan seseorang!"
"Mempertemukanku? Dengan siapa?"
"Arya!"
Rio tidak mungkin tidak terkejut dengan nama yang keluar dari mulut pria besar itu. Apakah tadi dia berkata Arya? Maksudnya pasti adalah Arya yang itu, kan? Arya yang merupakan sahabat baik Rio sejak kecil.
"Apa kau tadi berkata Arya?"
Roy menganggukan kepalanya.
"Meski kau tidak bisa bertemu dengannya saat ini.... tapi Aku akan mengabarkanmu saat dia sudah bisa bertemu denganmu... jadi... bolehkah Aku meminta nomor teleponmu?"
Jika dipikir-pikir lagi, Rio dan Roy tidak bertukar nomor telepon saat terakhir kali mereka bertemu. Jadi itulah alasan dia selalu menunggu di sini.
Rio memandang Roy bagaikan cahaya harapan. Rio tidak tahu bagaimana cara dia bertemu dengan Arya, tapi Rio yakin bahwa cerita tentang masa lalunya dan Arya yang membuat pria itu mau bertemu dengan Rio agar dia bisa bertemu kembali dengan sahabatnya. Rio sepertinya akan berhutang banyak pada pria besar itu, jika dia berhasil bertemu dengan Arya sekali lagi.
"Aku mengerti!"
Tanpa menanyakan alasan kenapa dia tidak bisa segera bertemu dengan Arya, Rio segera keluar dari kamar mandi untuk meminta kertas dan pulpen pada penjaga pemandian agar dia bisa memberikan nomornya pada Roy.
Sekarang yang berada di dalam bak mandi hanyalah Roy dan Drag. Drag merasa sangat ketakutan saat berdua dengan pria besar itu, jadi dia menjaga jarak darinya. Sementara Roy hanya diam di tempatnya tanpa mengatakan apapun.
Tak lama kemudian, Roy kembali dengan dua lembar kertas dan sebuah pulpen di tangannya.
"Ini nomorku! Jadi apakah Aku bisa meminta nomormu?"
Roy segera keluar dari bak mandi. Setelah mengelap tangannya dengan handuk, dia mengambil kertas di tangan Rio, lalu menuliskan nomornya dengan pulpen yang dipinjam dari Rio.
Mereka lalu saling bertukar kertas yang berisi nomor telepon mereka.
Rio terus menatap dengan pandangan haru pada nomor yang tertera pada kertas di tangannya. Sementara itu, Roy sudah berjalan meninggalkan kamar mandi itu tanpa mengatakan apapun.
"Terima kasih banyak, Roy! Aku berhutang budi padamu!"
Tanpa mengetahui bahwa Roy sudah pergi dari sana, Rio mengucapkan rasa terima kasihnya dengan suara yang keras.
"Kalau kau mencari pria besar itu... dia sudah keluar dari kamar mandi sejak tadi!"
Rio merasa sangat malu saat Drag mengatakan hal tersebut. Karena dia tidak ingin merusak kertas di tangannya, Rio segera keluar dari pemandian tersebut untuk menyimpan nomor itu pada smartphone-nya.
Meskipun dia tidak tahu apakah yang dikatakan oleh Roy itu benar atau tidak, tapi dia ini adalah harapan terbesarnya untuk bertemu kali dengan Arya. Jika apa yang Roy katakan tadi itu benar, maka pertemuan kembali mereka hanya ada di depan matanya.
Rio tidak sabar menunggu datangnya hari itu.