Seorang prajurit menoleh ke atas dan melihat begitu banyak benda hitam yang berterbangan ke arah nya.
-whooosh-
Tekanan udara dan kecepatan dari proyektil-proyektil itu menciptakan suara yang jelas ketika mereka mendekat.
Para prajurit itu menyadari apa yang sedang terbang ke arah mereka, namun semuanya sudah terlambat.
"semuanya!! mundur! ini adalah...."
-splaat-
Darah segar terciprat dari kepala prajurit tersebut.
Salah satu proyektil tepat mengenai matanya dan ia kemudian jatuh ke tanah seperti sebuah boneka.
-bruuug-
Satu orang tumbang, namun tidak ada yang menyadarinya. Mereka sibuk menghadapi lawan kuat yang berada di hadapan mereka.
"-kggh- bagaimana caranya... mereka bisa menghindari.. seranganku!"
Mereka mengayunkan pedang mereka, namun musuh mereka sudah menghindar lebih dulu.
"awas! tunggu saja..."
-splaat-
Prajurit itu terjatuh ke tanah. Darah mengalir dari kepalanya dan ia tidak bergerak lagi.
-bruuug-
Tidak lama berselang, satu persatu dari para prajurit berjatuhan. Proyektil-proyektil itu terbang dua kali lebih cepat dari pada panah biasa.
"mundur!! kita mundur sampai daerah serang para pemanah kita!!"
"maju!! ini saatnya kita menyerang!!"
Barry memberikan sinyal kepada yang lain.
Jumlah para Half-beast tidak sampai separuh dari jumlah para prajurit, namun berkat serangan jarak jauh dari proyektil dan keunggulan fisik mereka mengakibatkan alur perang ini berpihak pada mereka.
"hmm, bagaimana mungkin mereka tidak sadar? beban dari baju pelindung dan senjata mereka, tanpa pelindung kepala, dan berada di luar jarak serang pemanah mereka.."
"jika ini semua murni karena harga diri dan keunggulan jumlah mereka maka..."
Yana mengamati setiap pergerakan dari musuhnya.
Sepuluh menit berlalu sejak perang dimulai, lebih dari tiga puluh prajurit telah gugur. Serangan mematikan dari para Half-beast dan proyektil-proyektil itu membuat mereka tidak punya banyak pilihan.
Memilih bertarung atau mundur, keduanya tidak mudah bagi mereka.
Setiap kali mereka ingin mundur, para Half-beast akan menggunakan kesempatan itu untuk menyerang mereka. Kalau pun mereka dapat menghindar, proyektil-proyektil telah siap menyerang mereka.
"panggil bala bantuan! para pemanah maju!"
Ketua platon mereka memberikan perintah.
"pasukan! maju!"
Seluruh sisa pasukan serentak maju ke medan perang.
"angkat perisai kalian! lindungi bagian kepala!"
Mereka ingin mencegah serangan proyektil tersebut.
Para pemanah maju perlahan-lahan hingga mereka mulai mendekati para Half-beast.
-bruuug-
Prajurit terakhir dari barisan pertama jatuh ke tanah.
Barry menghirup nafas panjang dan mencoba untuk mengendalikan tubuhnya.
Ini pertama kalinya ia membunuh seseorang dan pergi berperang, namun ia tidak merasakan kesulitan yang berarti dan kematian musuhnya tidak mengganggu pikirannya.
"ini persis seperti yang savior katakan... padahal kami kalah jumlah.."
-whoaaaa-
Empat puluh prajurit menerjang maju ke arah mereka. Kali ini dengan perisai besi yang melindungi kepala mereka.
"berhenti!"
Yana berteriak ke arah para wanita dan anak-anak.
"mengapa savior? bukankah serangan kami berguna?"
"justru karena itu... aku butuh dua orang untuk ikut denganku. Salah satunya akan membawa semua sisa proyektil disini"
"ijinkan saya ikut savior!"
Shanti mengajukan dirinya tanpa pikir panjang.
"saya juga akan ikut. Apakah ini cukup savior?"
Salah satu wanita membawa sebuah karung berukuran sedang dengan berisi batu-batu dan proyektil lainnya.
"bagus. Tidak ada keraguan di matamu"
Yana melakukan sedikit perenggangan untuk melemaskan tubuhnya.
"tuan Yana....? anda ingin pergi kemana?"
Shanti sedikit kebingungan.
"aku? kita yang akan pergi"
"-huup- saya siap. Selama saya bisa melindungi anak dan keluarga saya, saya akan melakukan apapun"
Wanita itu memanggul karung itu di punggungnya.
"-fuuh- ayo pergi.. kita masuk ke barisan depan"
"hah?!"
Shanti masih kebingungan sampai akhir.
-----( Chapter 9 "Menuju ke baris depan" )-----