Beberapa menit berlalu dan Yana masih menutup matanya.
Mereka menunggu dengan perasaan cemas.
"...coba dengar"
Yana melihat ke arah mereka.
"kemarilah, aku ingin kalian melihat dengan jelas musuh-musuh yang ada di depan sana"
Mereka saling bertatapan.
Mereka mengerti penting untuk para pria mengetahui musuh-musuh mereka. Namun para wanita juga? untuk apa?
"a..ayo lakukan apa yang tuan Yana minta.." Shanti berusaha meyakinkan mereka
Dengan sedikit keraguan, mereka berjalan ke depan. Sekarang semua warga desa dapat melihat dengan jelas musuh-musuh yang berada di dalam hutan.
Anak-anak berada di belakang bersama Shanti.
"bisa kalian semua lihat? yang ada di depan sana?"
"ya.... savior .... jumlah mereka banyak sekali.."
"menurut kalian apa yang akan terjadi? kalau kalian kalah?"
"mereka akan membunuh kami .... dan menghancurkan desa ini"
"menarik. Kalian belum pernah bertemu dengan manusia sebelumnya, tapi kalian yakin mereka akan membunuh kalian? kenapa?"
"karena .... begitu banyak kabar buruk tentang mereka savior.. dari para elf, dwarf, dryad, dan ras lain.. dan lagi pula... buat apa mereka membawa begitu banyak orang dan senjata? kalau bukan ingin berperang dengan kami?"
"haha, bagus. Insting dan cara berpikir kalian sudah bagus. Tapi kalian melupakan sesuatu"
"apa itu savior..."
Yana berjalan ke depan.
Ia memunggungi musuhnya dan menghadap ke arah warga desa.
Ia menatap mata mereka dan menyadari bahwa mereka masih kekurangan sesuatu untuk menghadapi perang yang akan terjadi di hadapan mereka.
"-fuuh- kalian sudah lihat musuh di sana, dan apa yang mereka inginkan dari kalian"
Ia berjalan dari kanan ke kiri, seperti seorang komandan di hadapan para prajuritnya.
"kalian semua masih punya keraguan di hati kalian.... ini hal yang sangat fatal.. sekuat apapun kalian, kalau ada keraguan.. kalian pasti kalah"
"sekarang coba dengarkan aku"
Ia berhenti tepat di tengah-tengah barisan mereka.
"kalau kalian kalah, kalian akan dibunuh dan desa kalian akan hancur. Ya, itu sudah pasti akan terjadi.. tapi itu bukan akhirnya. Perang tidak semanis dan sesederhana itu"
Telinga mereka semua terangkat ke atas. Kata-kata Yana menarik perhatian mereka.
Mereka mencoba untuk fokus dan mendengarkan perkataan savior mereka.
"biar kuberi tahu sebuah cerita... cerita ketika kalian kalah berperang melawan mereka. Pertama, mereka akan membunuh semua semua orang yang turun bertarung"
"para wanita, orang tua, dan anak-anak akan tetap diam di desa kan? nah, setelah semua para pria yang bertarung melawan mereka terbunuh... kira-kira apa yang akan kalian lakukan? biar kutebak... memohon atas nyawa kalian? mencoba untuk berdamai? bernegosiasi?... coba lihat mereka.. akankah mereka mendengarkan kalian?"
Yana menunjuk ke arah musuh-musuh yang berada di dalam hutan.
-glek-
Warga desa mulai dapat merasakan kengerian apa yang akan terjadi jika mereka kalah dalam perang ini.
Para pria menggenggam erat pedang pendek mereka dan para wanita melihat ke arah anak-anak mereka.
Setiap detik, kata-kata Yana meresap ke dalam pikiran mereka.
"kalian akan memohon ampun atas nyawa kalian... para ibu akan memeluk erat anak-anak mereka... orang tua akan mulai berdoa kepada para dewa... Kemudian mereka akan memulai "kesenangan" mereka"
Yana merendahkan suaranya dan merubah tempo bicaranya. Suasananya menjadi semakin serius.
"mereka akan mengumpulkan semua orang di alun-alun desa.. semua rumah akan dijarah. Orang-orang tua? akan langsung dibunuh tanpa pikir panjang. Kalian tau kenapa? karena tidak ada gunanya buat mereka... yang masih muda mungkin bisa jadi tahanan atau budak, tapi orang-orang tua? cuma buang-buang waktu dan persediaan makanan mereka"
"aku tidak akan biarkan itu terjadi!!"
Barry berteriak dengan wajah marahnya. Pupil matanya yang seperti kucing itu mengecil dan taringnya dapat terlihat.
Yana mendekatinya dan bertanya.
"hoo, bagaimana caranya? kamu kan sudah mati terbunuh?"
Barry terdiam dan tidak mampu untuk menjawab.
"itu bahkan bukan acara puncaknya... setelah membunuh orang-orang tua.. mereka akan memisahkan para ibu dari anak-anak mereka..."
Beberapa wanita mulai menangis membayangkan hal itu. Para pria menunjukkan taring mereka. Urat-urat bermunculan di tangan mereka. Ciri-ciri Half-beast mereka mulai terlihat.
"anak-anak akan dijual. Biasanya para bangsawan atau orang-orang kaya ingin peliharaan yang unik seperti Half-beast. Mereka akan dirantai, dipaksa bertarung dengan hewan buas, atau.... kurasa aku tidak perlu menjelaskannya lebih jauh"
-krrrrrrrrr-
Suara geraman dapat terdengar. Para ibu mengangkat telinga mereka ke atas dan menunjukkan taring mereka.
Kuku mereka menjadi panjang dan tajam. Ekspresi kebencian terlihat pada wajah mereka.
"TIDAK AKAN KUBIARKAN MEREKA MENYENTUH ANAKKU"
Suaranya bergetar dan penuh dengan kemarahan.
"perlu aku beritau apa yang akan terjadi dengan para wanita?"
Yana melanjutkan kata-katanya.
"mereka akan membunuh kalian, tapi setelah puas bermain dengan tubuh kalian.. penyiksaan.... pemerkosaan.. dalam keadaan menyedihkan itu kalian memandang anak-anak kalian.... hanya kematian yang akan kalian inginkan di situasi itu"
"TERKUTUK KALIAN MANUSIA!!"
Pikiran mereka sekarang sudah menjadi satu.
"bagus, sekarang kalian benar-benar mengerti apa yang akan terjadi kalau kalian kalah dalam perang ini"
"Dewa.... tolonglah kami"
Shanti menggenggam tangannya dan mulai berdoa.
"savior!!! tolong bantu kami untuk menang!!"
Barry dan para pria sudah siap untuk bertarung.
"tentu saja. Seperti yang sudah kubilang, aku akan memenuhi tugasku. Tapi, hasil akhirnya tergantung dari kalian semua"
Yana berteriak ke arah mereka.
"APAKAH KALIAN AKAN BIARKAN MEREKA MENANG?!"
"TIDAK AKAN!!"
"APAKAH KALIAN AKAN BIARKAN MEREKA MEMBUNUH KALIAN?!!"
"TIDAK AKAN!!"
"APAKAH KALIAN AKAN BIARKAN MEREKA MEREBUT ANAK-ANAK KALIAN?!!"
"TIDAK AKAN!!"
Sekarang mereka benar-benar berbeda dibandingkan saat beberapa menit lalu. Keraguan mereka sirna dan keinginan untuk bertahan hidup menjadi prioritas mereka.
Tidak berhenti di sana, Yana berjalan mendekati Shanti dan anak-anak di belakang.
Ia bertanya hal serupa kepada mereka.
"apakah kalian akan biarkan ibu kalian dibunuh dan direbut dari kalian?"
Anak-anak tersebut menatapnya dengan pandangan membunuh dan menunjukkan taring mereka.
Yana mengerti bahwa ia tidak perlu cemas dengan mereka.
"TIDAK!! KAMI AKAN MELINDUNGI IBU DAN DESA INI!!"
"bagus"
Yana mengusap kepala mereka.
"-fuuh- paling tidak kalian sekarang tau, apa yang sedang dipertaruhkan di sini"
Ia menatap musuh-musuh mereka.
Perang akan segera dimulai.
-----( Chapter 6 "Yang sedang dipertaruhkan" )-----