Lalu Neko berjalan masuk ke sana dan melihat sekitar. "Seharusnya aku meminta kalian membersihkan mayat mayat itu," tatap Neko. Dia langsung melirik ke Hyun dan Jun yang mulai terpaku.
". . . Ah, Bos, kami akan membersihkan nya," balas Hyun langsung mendorong Jun.
Kim terdiam harus apa. Dia lalu menoleh ke Neko dan menatap terkejut. "E.... Aku juga akan membersihkan nya," Kim langsung mengikuti Hyun dan Jun sehingga di sini Neko hanya menatap kedua Direktur itu.
"Dari sini kita sudah paham, apa yang membuat kalian ke sini bukan?" Neko menatap.
"Nona Neko, aku mohon, jangan bunuh aku," Direktur Hao hanya bisa memohon dari kursinya.
Tapi Kim mendekat dan mengatakan sesuatu. "Kematian mu terjamin, tapi keluarga mu tidak," kata Kim, seketika Direktur Hao terkejut. "Apa... Ap... Apa yang kau katakan?!"
Kim mengeluarkan ponselnya dan mengulurkan pelan padanya lalu memutar rekaman, itu adalah rekaman suara sebelum istri dan putri nya terbunuh.
Ketika rekaman itu selesai, seketika air mata miliknya tak bisa tertahan, dia menangis, kehilangan istri dan putrinya. "Tidak.... Tidak!! Kupikir aku sudah memohon pada kalian untuk tidak membunuh mereka!! Kenapa kalian melakukan itu!! Kalian benar benar keji!!" dia berteriak.
"K.. Kau... Benar benar monster!!" Direktur Geun menatap kesal pada Neko, padahal dia sendiri juga sedang gemetar. "(Dia bahkan membunuh istri dan putri Direktur Hao, pastinya tujuan nya agar mereka berdua tidak meminta bantuan dan membiarkan rencana nya menahan kami ini berhasil hingga ujung yang matang, tapi ini benar benar sudah keterlaluan...)"
"Direktur Hao, kupikir kita sudah sepakat dari awal, mungkin aku lupa bilang, bahwa ketika kau terlambat membayar hutang mu padaku, ini adalah penggandaan hukuman, tak perlu susah susah menangisi yang telah mati, cukup cari yang baru saja, wanita akan tertarik pada uang mu yang banyak itu, kau masih punya banyak perusahaan kan, tanah dan yang lain nya...." kata Neko.
". . . Kau tidak mengerti, aku sudah menjual semuanya!! Aku menjual semua perusahaan yang aku punya, tanah yang seharusnya aku gadaikan harus aku jual langsung, rumah rumah juga sudah di ambil orang lain, aku terpaksa berhutang di bank karena perusahaan ku bangkrut.... Uang yang aku berikan padamu adalah yang uang tersisa," Direktur Hao menatap kesal.
"Itu salah mu sendiri!!" Neko berteriak membuat suasana terdiam. "Kau benar benar tikus pemakan uang!! Aku sudah memberikan uang muka untuk tanah museum, kau malah bilang kurang terus menerus!! Aku selalu menambah dana nya saat kau mengulangi permintaan mu!! Tapi kenapa ketika museum itu milik Beum, uang yang aku berikan selama ini padamu, kenapa tidak kau kembalikan!! Apa hanya karena Beum membayar dengan harga tinggi, seharusnya kau mengembalikan uang ku!! Enak sekali kau makan uang ku," Neko menatap tajam.
Hal itu membuat Direktur Hao tak bisa berkata kata. "(Itu memang benar, aku tak mengembalikan uang nya dan menjadikan nya milik ku, itu karena dia pergi cukup lama.... Kupikir dia benar benar mati jadi kupikir uang itu bisa saja aku ambil... Sepertinya aku telah membuat kesalahan ganda.)"
"Kau sekarang bisa merasakan ini," tambah Neko, dia tersenyum kecil dengan puas membuat Direktur Hao dan Direktur Geun terdiam kaku.
Tapi di tengah senyuman Neko, satu penjaga rupanya masih hidup, dia berusaha bangun dan posisi nya tepat ada di belakang Neko. Sehingga hanya dilihat Direktur Geun dan Direktur Hao saja. Mereka menjadi terdiam dan Direktur Geun malah tersenyum kecil.
"Kau akan mati, Neko!! (Tusuk dia... Tusuk dia....)"
Penjaga itu mengeluarkan pisau, berdiri dan tak disangka sangka menusuk bahu kanan Neko hingga pisau itu menancap begitu dalam.
"Akh..." Neko terkejut dan langsung membalik badan menendang orang itu hingga terjatuh. Lalu ia segera mencabut dengan cepat pisau itu dari bahunya. "(Ugh... Ini terlalu dalam,)" ia mencoba menahan sakit lalu melirik ke Tuan Geun.
Kim terkejut melihatnya dan segera mengeluarkan belati. "Sialan!!" mata miliknya menjadi tajam, dia langsung menyerang orang tadi dan menusuk nusuk nya. Meskipun hal itu sangat mengerikan, tapi Direktur Geun tertawa karena Neko terluka.
"Hahaha.... Bagaimana rasanya itu.... Kau benar benar sok berkuasa," Tuan Geun tertawa tapi di sini yang tidak berani apa apa hanyalah Direktur Hao karena dia benar benar pasrah.
Neko terdiam dan tersenyum kecil melepas tangan nya dari lukanya membiarkan darah itu terus mengalir. Sepertinya dia menahan kesakitan untuk membuat Direktur Geun melihat bahwa dia tidak akan mati hanya karena luka tusukan biasa.
"Itu bukan apa apa, tak apa aku terluka, yang penting kematian kalian ada padaku," tatap Neko dengan seringai.
"Ini...Tidak mungkin," Tuan Geun terdiam kaku dan hampir putus asa. "(Gadis itu... Benar benar iblis... Sebenar nya dengan apa dia di ciptakan, siapa dia... Bukan dia...Tapi Siapa orang yang telah membuat nya menjadi iblis seperti itu, dia bahkan bisa menahan luka orang mati, ini tidak bisa di biarkan... Gadis itu harus mati... Tapi bagaimana cara nya?!)" Direktur benar benar tak percaya dengan kekuatan Neko. Lalu ia teringat pada Cheong. "(Dia.... Dia gadis nya cheong bukan?)"
Terlihat Kim mendekat dan melihat lengan Neko. "Nona Akai, biarkan aku membalutnya," dia mengeluarkan kain dan membalut luka Neko.
"Direktur Geun, jika aku jadi kau, aku mungkin akan memberontak hingga melepaskan mu lalu mengadu pada Beum, tapi itu sayang sekali, itu karena kau lemah, terlalu banyak memerintah dan penyakit mu ini pun, kau tidak mau menerima kematian mu," kata Neko. Lalu dia berbalik dan berjalan pergi, di ikuti Kim dan yang berjaga di sana adalah Jun dan Hyun.
"Gadis itu benar benar sialan," Direktur Geun masih kesal. Lalu menoleh ke Direktur Hao.
"Bagaimana kau bisa kalah dengan nya?" tatapnya.
". . . Dia bukanlah yang pandai menangkap, tapi dia pandai dalam menyandera.... Itu yang membuat ku harus berlurut pasrah padanya," balas Direktur Hao.
"Benar benar sialan, dia sudah merendahkan harga diri kita sebagai orang tinggi, dia benar benar begitu kejam... Seharusnya dulu aku tidak usah berbisnis dengan nya..."
"Kau salah, yang seharusnya salah itu kita sendiri... Kita sudah tahu watak nya dari dulu... Gadis yang disebut sebagai harimau kengkangan di organisasi sindikat paling berpengaruh, dan dia adalah kandidat yang di putus oleh Beum, kita semua lupa, jika kita melakukan sesuatu padanya, dia akan langsung balas dendam, karena dia harimau, hewan buas yang tak pernah lupa pada balas dendam... Sekarang, yang sudah berurusan dengan nya adalah Beum, bagaikan Beum musuh nya, dia siap mengurung Beum dalam keamanan tinggi Beum sendiri... Layak nya binatang buas yang saling mengatur strategi untuk mengurung salah satu dari mereka," kata Direktur Hao membuat Direktur Geun terdiam.
"(Itu benar benar sialan...) . . . Dia milik Cheong bukan?"
"Tidak, dia bukan milik Cheong... Sama sekali bukan," balas sekali lagi membuat Direktur Geun juga kembali terdiam. "(Bagaimanapun juga, Suzune harus mengadukan ini.... Harus...)"
Di sisi lain. "Ayah! Ayah.... Kemana Ayah?" Suzune mencari Ayah nya di banyak tempat di gedung ayah nya sendiri.
"Apa yang terjadi, dimana ayah sebenarnya.... Kenapa tidak ada...." ia bingung lalu bertanya pada pengawal sekitar, tapi mereka hanya membalas. "Maafkan kami Nona Suzune, kami melihat Direktur Geun tadi pergi menemui seseorang membawa banyak orang, mungkin itu pertemuan penting."
"Hm... Mungkin memang pertemuan penting, sudahlah," dia berjalan pergi tak peduli padahal ayah nya dalam bahaya. Dia tak ada rasa khawatir sama sekali.
Hari esok di kantor, tampak Pei lei berjalan membawa dokumen.
"Luna, ada dokumen yang harus kau kerjakan hari ini, aku harap kau bisa mengurus nya dengan cepat....hm? " Pei Lei membuka kantor Neko tapi tak ada dia sama sekali. Biasanya Neko akan duduk di kursi meja kantornya dan melihat Pei Lei yang masuk, tapi sekarang tak terlihat. "Kemana dia?" ia bingung dan berjalan keluar lalu kebetulan datang Beum dan dia datang mendekat.
"Pei lei, bisa ikut aku sebentar," ia menatap. Lalu Pei Lei mengikuti Beum masuk ke kantor Neko.
"Soal proposal departemen museum, bisa kau minta semua karyawan melakukan semuanya dengan cepat, aku ingin menyelesaikan hal ini secepatnya agar aku bisa menambah bisnis, lalu aku juga sangat susah menghubungi Direktur Geun tadi malam, tadinya kita ingin membahas rapat bersama tapi sepertinya dia sama sekali tidak mengangkat panggilan ku. Aku juga menghubungi pihak maupun asisten nya, mereka bilang bahwa mereka tak mendapatkan kabar juga dari Direktur dan tak berani mengganggu, karena terakhir kali, Direktur melakukan pertemuan penting bersama orang yang tidak di ketahui," kata Beum.
Pei Lei menjadi terdiam dan berpikir sesuatu.
"(Jika begini caranya, bagaimana dengan kerja sama mereka berdua.... Apakah Direktur cepat pulang nya?)"
Sementara itu, Matthew terduduk di kursi sebuah kafe menatap ponselnya. Ia terdiam tak membuka apapun di ponselnya selain melihat pantulan wajahnya dari ponsel hingga ia teringat pada Neko. "(. . . Bagaimana bisa dia melakukan ini, kenapa dia begitu bersikap seolah olah hubungan ini telah berakhir.... Tapi dia berjanji padaku untuk memisahkan aku dengan Suzune... Aku hanya perlu menunggu kapan dia melakukan itu hingga pada saat nya tiba.. Aku akan melakukan apa yang seharusnya aku lakukan dari dulu ketika bertemu dia sejak sudah sangat lama,)" pikirnya.
Tapi ada yang memanggil. "Matthew," rupanya Suzune, dia langsung duduk di hadapan Matthew. "Matthew apa kamu tahu, Ayah ku dari tadi malam hingga pagi sama sekali tak ada, aku bingung mencarinya, apa kamu tahu dia ada dimana?" Suzune menatap.
Seketika Matthew terdiam ingat perkataan Neko. "(Jangan jangan...) Neko... Dia telah melakukan nya," tatap Matthew dengan tatapan kosong, tanpa sadar dia telah mengatakan sesuatu yang membuat Suzune terdiam. "Ada apa Matthew?"
". . . Ta.. Tak ada apa apa..." Matthew langsung membalas membuat Suzune semakin bingung.