webnovel

Pria yang Pertama Kali Dia Temui

Editor: Wave Literature

Seseorang berbadan kecil sedang berjongkok di ujung jalanan yang sepi sambil menguap. Kedua matanya yang setengah tertutup dan nampak bosan sedang melihat ke arah tim yang berpatroli di jalanan ramai, dia pun mengeluarkan apel dari dalam bajunya, lalu dia memakan apel itu dengan gigitan yang besar.

Menggunakan pakaian khas pengemis, usang, compang-camping dan jorok, wajahnya yang kotor berlumuran lumpur dan debu, rambutnya ditutupi dengan kain yang robek, ia benar-benar terlihat seperti pengemis kecil yang kurus dan kekurangan gizi. Tidak ada yang mengira, kalau orang yang membuat walikota murka hingga menyuruh banyak orang mencari gadis dari rumah bordil itu, adalah seorang pengemis kecil yang berada di ujung jalanan.

"Sungguh sial! Bagaimana caranya aku bisa keluar dari sini? Meskipun aku sabar menunggu, racun di dalam tubuhku akan tetap bereaksi!" Sambil menggigit apel, Feng Jiu menghela nafas. Kalau saja dia tahu jika pria hidung belang dan menjijikan yang dia bunuh semalam adalah putra tunggal walikota, pasti dia akan membiarkannya hidup, dan walikota tidak akan menyuruh para penjaga mencari dirinya di seluruh penjuru kota.

Tapi, siapakah pria berjubah hitam itu? Pembunuh bayaran?

Mengingat energi yang mengelilingi tubuh pria itu saat dia melakukan jurusnya, dia mulai merasa gugup. Dia berpikir bahwa setelah hidup kembali, setidaknya dia akan hidup di bawah pemerintahan dinasti kuno. Siapa yang akan mengira kalau orang-orang disini berlatih ilmu keabadian? Kultivasi Keabadian, itu adalah hal yang masuk ke dalam ranah dunia fantasi! Namun, mengingat kalau dia – seseorang dari abad ke 21 – bisa terlahir kembali di tempat yang terkutuk seperti ini, semuanya tidak lagi terasa aneh .

Kultivasi Keabadian! Lalu, seluruh keterampilan yang dia kuasai akan sia-sia bila dihadapkan pada orang yang berlatih ilmu keabadian!

Dia melempar apel yang sudah setengah dimakan dan duduk disana sambil menghela nafas, merasa putus asa. Hingga sebuah suara terdengar jelas tepat di hadapannya.

'Cling! Cling! Cling!'

Tiba-tiba sebongkah perak kecil berputar mengelilingi bagian dalam mangkuk yang ada di depannya, sebelum akhirnya berhenti tepat di tengah mangkok itu. Feng Jiu menatap kosong ke arah perak di dalam mangkuk itu dan mengambilnya untuk dilihat. Rasanya tidak ada bedanya dengan batu biasa, hanya saja ada lapisan perak di luarnya.

Dia mendongak ke atas, lalu menoleh ke arah orang yang melempar bongkahan perak ke dalam mangkuknya tadi, dan dia melihat punggung seseorang yang memakai jubah berwarna hitam. Orang itu berjalan dengan pelan, langkahnya ringan namun tegas, dan aura dingin terpancar dari seluruh tubuhnya, yang membuat orang-orang pergi menjauhinya.

Setelah menoleh, dia segera melompat untuk menangkap kaki si pria tanpa berpikir panjang. Dia merengek sedih dengan suara yang kencang: "Huuu.... Kakak ipar! Akhirnya aku menemukanmu, oh kakak ipar!" Pria itu tiba-tiba menghindar secepat kilat, dan dia tidak berhasil menangkapnya. Dia pun terjatuh ke depan, menggesekkan kedua tangannya dan merintih kesakitan.

Pria berjubah hitam itu mengernyitkan dahi, tatapannya yang tajam tertuju ke arah si pengemis, sebelum dia melanjutkan langkahnya untuk maju. Hanya dengan satu lirikan, dan dia bisa menebak kalau pengemis kecil itu hanyalah orang biasa yang tidak memiliki keahlian kultivasi.

Tentu saja, saat ini Feng Jiu hanyalah orang biasa. Sedikit keahlian kultivasi yang dimiliki oleh pemilik tubuh itu sebelumnya, telah dirusak oleh racun yang diberikan Su Ruo Yun lewat mulutnya, dan sekarang dia hanya orang biasa yang tidak memiliki keahlian kultivasi apapun.

Karena itulah, orang-orang yang memiliki ilmu kultivasi keabadian akan menurunkan pertahanan mereka, saat mereka melihat orang biasa yang tidak memiliki keahlian kultivasi seperti dirinya.

"Kakak ipar! Jangan tinggalkan aku! Wahh... Aku mengalami banyak kesulitan sebelum aku bisa menemukan kakak ipar! Kakak ipar..." Dia berdiri dan melompat lagi, dia gagal beberapa kali, sampai si pria berjubah hitam di depan itu akhirnya menghentikan langkahnya.

"KAKAK IPAR!" Kesempatan ini jangan sampai terlewat! Feng Jiu merapatkan kedua tangan dan kakinya untuk memeluk kaki sang pria, kemudian dia mengangkat kedua matanya yang berlinang air mata untuk melihat pria itu, dengan sedikit rasa malu.

Dan ketika dia melihat wajah pria itu, tanpa sadar bibirnya menjadi tegang... Kaki yang dia peluk seperti koala ini, mungkinkah milik orang yang salah?