webnovel

SAMA-SAMA GILA

29/6/22

Happy Reading

***

"Itu Tuan Jarvis sudah keluar, tuan Finn." 

Finn dengan cepat langsung menoleh. "Haiii, Jarvis!!" Finn berteriak kencang. "Kau masih ingat dengan wajah tampanku, kan?!" Finn melambaikan tangannya dengan semangat saat melihat Jarvis. 

Tapi, huhh! Kenapa wajahnya itu terlihat sangat suntuk sekali malam ini. Apakah Jarvis Lelah? Sakit? Rapat tidak berjalan lancar? Ada kabar yang kurang menyenangkan? Atau ada yang mengusik kehidupan pribadinya? Atau yang mana nih?

Ahh, jangan-jangan kesuntukkan Jarvis karena tidak suka melihatnya yang tiba-tiba muncul seperti ini? 

Mana selama satu minggu di negara ini, ia tidak memberi kabar padanya lagi. Hah, bisa-bisa Jarvis berpikir, kalau ia menganggapnya tidak ada lagi!

"Aku terlalu memikirkan Laya jadi lupa pada keluarga sendiri," batin Finn, menggaruk kepalanya dengan canggung saat melihat tatapan sinis yang diberikan Jarvis padanya.

"Apa kabar?!" Finn tanpa basi-basi langsung memeluk Jarvis dengan erat. Salah satu tangannya menepuk-nepuk punggung Jarvis dengan rindu. Jarvis tidak membalas pelukkan Finn, malah dia sangat risih dengan Finn yang seperti ini.

"Jangan salah paham." Finn menurunkan nada suaranya. "Maafkan aku karena tidak memberitahu kedatanganku. Kau baik-baik saja, kan?"

"Hah! Iya, baik … baik!!" Jarvis memutar bola matanya dengan malas. Ia berusaha menahan tubuh Finn dengan satu tangannya supaya tak terlalu erat memeluknya. 

Jujur saja dalam hati yang sangat dalam, sebenarnya ia sangat malas jika harus membalas pelukkan Finn seperti ini. 

Mana sok, akrab lagi! Huh! Bukankah sudah dikatakan sejak awal, jangan sok akrab atau sok kenal jika ditempat umum seperti ini.

Tapi, namanya juga Finn Lamant. Pria paling random dan gila yang pernah dikenalnya dalam hidupnya.

Andai saja, Finn bukan ….

"Lama juga kita tidak bertemu." Finn melepas pelukannya lalu menepuk-nepuk lengan Jarvis dengan penuh rasa gemas. "Terakhir kita bertemu, kalau tidak salah—"

"Tiga—"

"Tahun?" Finn mengernyitkan dahinya— sudah jadi habitatnya memotong ucapan Jarvis. Sebab, sejak awal bertemu dengan Jarvis pun pria itu juga hobi sekali memotong ucapannya seperti tadi. "Kan?"

"Bulan." Jarvis mendesahkan napasnya. 

"Ohhh!" Finn tertawa kecil. 

Untuk Jarvis, tidak ada yang lucu dalam hal ini. 

"Kalau tidak ada—"

"Ada." Finn merangkul pundak Jarvis.

Jarvis langsung menepiskan tangan Finn. Tidak suka. "Sudah ku bilang sejak awal jangan sok akrab denganku."

Finn langsung nyengir, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ayolah. Kau tidak merindukanku?" 

Huhhh. "Tidak! Katakan saja apa yang kau butuhkan? Lalu pulanglah!"

"Yahhh!" Finn mendesah kecewa. "Sebenarnya tidak ada yang kubutuhkan darimu. Aku hanya kebetulan lewat saja."

"Ohh, kalau begitu—"

"Astagaa, ayolah! Kau kan kakakku dan adikmu. Dengarkan aku, sekali saja, oke?!" Finn mendengus kesal melihat kakak tirinya yang selalu bersikap dingin padanya.

Yaaa, enam bulan lalu setelah satu tahun kematian Papanya— mamanya menikah lagi dengan Papanya Jarvis. 

Si orang kaya nomor satu di negara ini. Tuan Jonathan Isamu— orang kaya itu adalah Papa tirinya dan Jarvis Isamu adalah kakak tirinya yang sikapnya masih sama seperti dulu.

Dingin, cuek, kaku, tidak bersahabat dan misterius— seperti banyak rahasia yang Jarvis simpan sebagai manusia biasa— beda sekali dengan kakak perempuannya, Bunga Isamu, wanita itu sangat ramah, perhatian dan memiliki selera humor yang sangat baik. Satu frekuensi dengannya. 

Anehh!

"Kau tidak ingin tanya padaku, kenapa aku bisa ada disini?"

Jarvis lagi-lagi menghela napas panjang. Ada sesuatu yang lebih penting dibanding meladeni adik tirinya yang gila dan aneh ini. Baru juga jadi adiknya selama enam bulan, tapi rasa-rasanya Finn sudah menjadi adiknya selama 100 tahun. 

Sangat melelahkan mendengar kecerewetan dan keluh kesahnya saat bertemu seperti ini. 

"Bukan urusanku mendengar—"

"Saat aku mau membooking kamar …." Finn dengan cepat memotong ucapan Jarvis. "Mor tadi yang menyapaku lebih dulu lalu dia bilang kau sedang mengadakan rapat disini. Aku sudah menunggumu selama satu jam, Vis."

Jarvis melihat Mor, mencari kebenaran atas pernyataan Finn barusan.

"I-itu, benar, Tuan." Mor berkedip takut. Dari isyarat matanya, tidak ada yang saya katakan selain menanyakan kabar Tuan Finn. "Saya kebetulan bertemu dengan Tuan Finn di lobi hotel jadi saya langsung menyapanya dan Tuan Finn hanya menunggu selama 10 menit."

Finn mendelik kesal pada Mor. Bisa-bisanya Mor tidak mendukungnya?!

"Hemm." Jarvis mengangguk, sedikit tidak mempedulikan kebohongan Finn. 

"Maaf," kata Finn. Melirik sungkan melihat Jarvis. "Aku hanya ingin istirahat saja disini, Vis." Finn mengedikan bahu. 

Lelah dan tidak yakin juga dengan apa yang dikatakannya— padahal tujuan awalnya kemari adalah untuk mencari Laya. 

Finn tadi tidak sengaja melihat Laya turun dari angkutan umum dan berlari kencang menuju hotel ini. Hahh! Jangan-jangan apa yang dipikirkannya benar lagi? Wanita yang dilihatnya di Starlight Moon itu adalah Laya Gemina— wanita yang dikaguminya selama ini.

"Istirahatlah," kata Jarvis. Tulus dan ikhlas mengatakan itu. "Aku masih ada—"

"Ehhh." Finn menghalangi jalan Jarvis. "Pasti kau ingin mananyakan sesuatu padaku tapi kau gengsi menanyakannya, kan?"

"Heuh?" Jarvis mengangkat satu alisnya. Tidak paham dengan apa yang dikatakan Finn.

"Pasti kau ingin mengatakan, daripada menginap di hotel kenapa kau tidak pulang kerumah saja? Pasti Papa dan Bibi Airin sedang menunggumu pulang. Kau tidak kasihan pada Bibi Airin yang selalu merindukanmu. Kau kan' sudah sangat lama tidak pulang. Setidaknya jangan keluyuran seperti ini, bisa? Kau pasti mengkhawatirkan aku, kan, Vis? Iya, kan? Ngaku, dehh?!" 

Finn bertingkah layaknya anak kecil yang butuh perhatian Kakak lelakinya. Ia adalah anak tunggal dan tidak punya saudara sama sekali. 

Jadi sewaktu tahu Papa tirinya punya dua anak— cowok dan cewek— perasaannya takut-takut senang. Takut jika saudaranya itu tidak menerimanya dengan baik dan sangat bahagia karena akan memiliki saudara.  

Mana langsung dikasih dua lagi, Kak Bunga Isamu dan Jarvis Isamu.

"Hahaha, santai saja, aku baik-baik saja," lanjut Finn.

Jarvis mendecih samar.

"Kau tahu tidak?"

Jarvis langsung menggelang— berharap obrolan satu arah ini selesai, dan lagi sampai kapan ia harus meladeni adik tirinya ini.

Mana ini sudah sangat malam lagi. Pasti Laya sudah menunggunya sejak tadi. 

Hah, semoga saja, Laya tidak ketiduran.

"Aku baru saja bertemu dengan wanita yang selama ini kucari, Vis." 

"Lalu?" 

"Hilang lagi." Finn langsung menunduk lalu tertawa getir. 

"Cihhh!!" Jarvis bergeleng gemas. Baru bertemu setelah sekian lama langsung curhat. Mana sepertinya patah lagi. 

Pasti ditinggal nikah, nih!! 

Ingin rasanya ia mengelus kepala adik tirinya ini dan memberinya semangat tapi, yaa, jujur saja, ia masih gengsi dan canggung melakukan hal seperti itu. 

Lagipula mereka berdua juga jarang bertemu dan hampir tidak pernah berkomunikasi secara santai jadi yaa, aneh saja rasanya.

Apalagi, Finn Lamant adalah adik ketemu besar. Rasanya aneh sekali, di usiamu yang saat itu menginjak umur 29 tahun tiba-tiba saja kau diberi hadiah seorang adik laki-laki yang usianya sudah 25 tahun. 

Mimpi apa coba!! Mana kelakuannya menyebalkan lagi! 

Mau mengakrabkan diri dengan Finn pun, rasanya susah sekali dan selera humornya pun sebelas dua belas dengan kakak perempuannya. Absurd!

"Iyaa, aku tahu aku bodoh, Vin." Finn cemberut lalu menegakkan kepalanya lagi. "Aku sangat bodoh!!" Bibirnya mengerucut karena Jarvis sepertinya tidak peduli dengan keadaan hatinya. 

"Ya." Jarvis melihat jam tangannya. Sudah hampir jam 11 lagi.

"Kau masih ada kepentingan, ya?" 

"Akhirnya kau sadar juga." Jarvis menghela napas lega. "Aku pergi—"

***

Salam

Busa Lin

Terim Kasih ●.●

Busa_Lincreators' thoughts