webnovel

MAKAN BERSAMA

29/7/22

Happy Reading

***

"Kau mau makan apa, bos?" Laya balik badan— sejak masuk ke hippomart Jarvis berjalan di belakangnya— melihat Jarvis yang sepertinya kebingungan dalam memilih menu.

Jarvis mengedipkan matanya. Ia menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Jujur, ia sangat bingung dengan menu-menu makanan yang berjajar rapi di rak-rak ini.

"Mau makan mie instan saja?" tanya Laya menunjuk ke rak mie. "Kau suka mie kuah atau mie goreng?"

"Bedanya?" Jarvis mengedipkan matanya lagi. Seumur hidup ia tidak pernah memakan mie instan. Apalagi yang dibuat ditempat seperti ini.

"Astaga, kau ini!" Laya berseru gemas. "Jangan bilang, kau tidak pernah makan mie instan?" 

Jarvis mengangguk.

"Kau?" Laya melotot tak percaya. 

Jarvis mengangguk. Meyakinkan Laya.

"Astaga, kau ini benar-benar anak orang kaya sekali, ya?!" Laya terkekeh. "Mau kubuatkan?"

Jarvis mengangguk ragu. 

"Yang kuah, ya?"

Jarvis mengedikan bahu. Yang artinya tidak tahu dan terserah Laya saja.

"Oke, kau duduklah di sana," kata Laya sambil menunjuk tempat duduk yang kosong. "Kau minum kopi tidak?"

Jarvis mengangguk. "Air bening saja kalau bisa."

Laya tertawa gemas. "Oke, siap, tuanku," ucapnya. "Aku akan siapkan semuanya untukmu, oke."

Jarvis mengangguk. Kedua mata bulatnya berkedip bingung melihat Laya yang sudah berlari … eum, entah kemana. 

Oke, katanya disuruh menunggu disana.

Alhasil Jarvis hanya bisa memperhatikan Laya yang mondar-mandir memilih menu makanan. Pun gadis itu memasak dua mie instan dengan cekatan.

Tidak lama ….

Laya membawa sebuah baki yang berisi dua macam menu makanan, dua mie instan, dua nasi instan, dua kue coklat, dua buah semangka, dua kopi susu dan dua botol air mineral.

"Oke." Laya dengan cekatan meletakkan semua makanan itu di meja dengan rapi. "Silahkan dimakan, aku yakin kau pasti suka dengan semua makanan ini," ucapnya sambil memberikan sumpit, sendok dan garpu sekaligus.

"Hem." Jarvis mengangguk. Mencoba percaya dengan semua rekomendasi makanan yang Laya pilih.

Ia mulai menikmati satu persatu makanan itu. Dari mie instan kuah rasa … eum, ini rasa apa? Enak juga ternyata.

Srupp!

Laya tidak bisa berkonsentrasi makan jika begini caranya. Jarvis terlihat sangat lucu saat menyeruput mie itu. Bibirnya jadi merah dan pipinya pun terlihat menggembung gemas.

Ah, lucunya!

"Tidak mau pakai nasi, bos?" Laya membuka cup nasi instan untuk Jarvis. 

"Boleh." Jarvis mendorong mangkuknya, dan dengan hati-hati Laya menaruh nasi itu ke dalam mangkuk. "Setengahnya saja," ucap Jarvis.

"Ah, iya."

"Kau tidak makan?" Jarvis melirik mangkuk mie Laya yang isinya masih banyak— ia mengemut ujung sumpit yang berlumur kuah mie.

"Makan, kok," kata Laya menyeruput mienya dengan salah tingkah, ia menaruh setengah nasi Jarvis kedalam mangkuknya.

Hem, bagaimana Laya bisa fokus makan jika di depannya ini ada pria yang ternyata sangat menggemaskan saat makan. 

Ah, wanita diluaran sana tahu tidak, ya? Jika seorang Jarvis Isamu sangat lucu dan begitu menggemaskan. 

Terjadi keheningan ….

Jarvis dan Laya sama-sama terhanyut dalam menikmati makanan mereka. Mereka berdua sama sekali tak sadar jika ada seseorang yang mengawasi dari jauh— didalam mobil hitam.

"Benar itu Jarvis?"

"Benar, tuan. Itu Tuan muda Jarvis," jawab asisten pribadi Jonathan yang bernama Han.

"Itukah gadisnya?" tanya Jonathan penasaran. Binaran matanya terlihat sangat bahagia. 

"Kalau sesuai dengan foto yang kita lihat, memang itu gadisnya, tuan."

"Wahh, dilihat dari jauh saja terlihat sangat cantik." Jonathan tersenyum bangga. "Jauh lebih cantik daripada yang ada di foto."

"Itu, benar, tuan." Han mengangguk setuju.

"Di dalam sana ada Mor, kan?"

"Iya, tuan."

"Baiklah." Jonathan sebenarnya ingin menyapa kedua anak muda itu, tapi sepertinya waktunya belum tepat muncul di hadapan Laya dan memperkenalkan diri pada gadis itu. Pasti Jarvis akan marah padanya karena ikut campur urusan pribadi putranya itu.

Hem, biarkan hubungan mereka berjalan sesuai dengan takdir yang ditentukan.

*

*

*

"Bos, tidak sibuk atau bagaimana?" tanya Laya.

"Free," jawab Jarvis singkat. 

Mereka baru saja menyelesaikan makannya.

"Ini enak semua," kata Jarvis. "Terima kasih untuk sarapannya. Aku sangat menikmatinya."

Eh?!

Entah kenapa, mendapat penghargaan sederhana dari Jarvis seperti itu membuat wajah Laya mendadak hangat—tersipu malu.

"Haha, sama-sama, bos. Kalau kau ingin sarapan dengan lagi, katakan saja. Kapan pun aku siap menemanimu." Laya mengatakan hal itu tanpa sadar.

Detik berikutnya …

"Eh, maksudku … maaf," kata Laya tersenyum kikuk.

"Kau bisa masak?" tanya Jarvis.

Laya mengangguk dengan cepat. 

"Hem." 

Hem? Hanya, hem? Astaga!

Setelah, 'Oh' terbitlah kata 'Hem'.

Tidak ada kata lain apa?

Heran lho!!

"Makanan kesukaanmu apa, bos?"

"Apa saja, yang penting enak." Jarvis menjawab dengan begitu entengnya.

"Maksudku yang spesifik. Jadi aku bisa belajar membuatnya dari sekarang." Laya jadi geregetan sendiri.

"Tidak ada."

"Yakin? Berarti kau pemakan segala?" 

"Keju. Aku tidak suka dengan itu." 

"Ahhh." Laya bernapas lega. Akhirnya. "Berarti yang berhubungan dengan keju kau tidak suka?"

"Kecambah." 

"Itu juga?"

"Mmm." Jarvis mengangguk mantap.

"Kenapa? Kecambah kan enak kalau dicampur sayur-sayuran." 

Jarvis menggeleng ngeri. "Baunya aku tidak suka."

"Hihihi, kau benar-benar lucu, bos." Laya terkekeh gemas. "Baiklah akan aku ingat."

"Kenapa kau harus mengingat makanan yang tidak aku suka?" tanya Jarvis, sedikit penasaran.

"Katanya, kau memintaku untuk tinggal bersamamu. Bukankah kalau tinggal bersama, setidaknya sesekali aku harus memasak untukmu, kan?"

"Oh." Jarvis beroh ria.

Mulai?!

"Berarti kau sudah memutuskan untuk tinggal bersamaku?"

Laya mengangguk dengan cepat. 

Eh?! Maksudnya ….

"Bukankah kesepakatannya seperti itu?" Laya berkedip salah tingkah. Kenapa sih?! Kalau seperti ini, ia sama sekali tidak bisa mengerem ucapannya.

"Hem." Jarvis mengangguk.

Hanya, hem?!!!

"Aku akan menunggu kedatanganmu."

"I-iya, setelah semuanya selesai aku akan segera datang ke apartemenmu," kata Laya. 

"Hem."

*

*

*

"Bos?"

"Hem?"

Jarvis dan Laya berjalan di trotoar bersama. Mereka berjalan berdampingan. 

"Setelah ini mau kemana?" tanya Laya.

"Kembali ke kantor."

"Oh." Laya mengangguk, mengerti. 

"Tapi bagaimana kalau kau menemaniku sampai operasi Vihan selesai. Aku butuh teman." Laya ingin mengatakan hal itu tapi ia tidak berani. Canggung dan malu.

"Mau kutemani?"

"Eh?" Laya langsung menegakkan kepalanya. "Ma-maksudnya?"

"Tidak ada maksud apa-apa," ucap Jarvis, sedikit salah fokus dengan mobil yang baru saja keluar dari parkiran. 

Itu mobil Papa bukan, ya? Kalau iya, sedang apa Papa disini? Sakit atau …

Jangan-jangan baru saja melihat jalannya operasi tunangan Laya? Kenapa Mor tidak menghubunginya?

Hem, dasar pria tua menyebalkan!

"Kalau kau tidak keberatan, bos."

"Apa?" Jarvis jadi melihat Laya. 

"Katanya kau mau menemaniku?" Laya mengernyitkan dahinya. Jangan bilang tidak jadi, huh!!

"Ahh, iyaa," ucap Jarvis. "Oh, yaa, aku lupa menanyakan sesuatu padamu."

"Apa?"

"Kau sudah baik-baik saja?" Jarvis bertanya penasaran. 

Kemarin, ia dengar dari Mor kalau Laya tidak bisa berjalan lancar. Mor sudah menawarkan Laya untuk periksa ke dokter, tapi gadisnya itu tidak mau. Dan, tujuan utamanya selain ia penasaran … sebenarnya ia kesini untuk memastikan keadaan Laya.

"A-aku baik-baik saja," jawab Laya salah tingkah.

"Maksudku … a-anu?!" 

***

Salam

Busa Lin

Terima Kasih ●.●

Busa_Lincreators' thoughts